• Tidak ada hasil yang ditemukan

III.6 BERKAH DAN KAROMAH

Dalam dokumen Presentasi Kehadiran dan Irama Kosmik da (Halaman 60-63)

ZIARAH – AKSI PERFORMATIF III 1 KISAH PARA PEZIARAH

III.6 BERKAH DAN KAROMAH

Para peziarah yang datang ke makam seorang Wali adalah orang-orang yang

telah diberkahi. Seperti ungkapan Mbah Da’al mengenai para pezirah; menurutnya

para peziarah itu adalah para Tamu-Wali. Mereka adalah orang-orang yang diundang para Wali untuk datang ditempat seorang Wali bersemayam. Tak semua orang mendapatkan berkesempatan untuk berziarah. Terkadang orang-orang yang memiliki cukup daya dan kekuatan tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berziarah, juga terkadang orang yang memiliki waktu dan kesempatan namun tidak memiliki cukup daya dan kekuatan, maka berziarah ke makam Wali adalah suatu berkah.

Tak hanya datang berziarah yang merupakan berkah, dalam satu rangkaian

ziarah, biasanya seseorang peziarah mengambil air yang dipercaya memiliki keistimewaan untuk berbagai macam keperluan. Di Kompleks Makam Keramat Sunan Gunung Jati terdapat empat buah sumur keramat yang dipercaya dapat memberikan berkah kepada siapapun yang memanfaatkannya, baik diminum, untuk mandi, atau untuk keperluan lainnya. Sumur-sumur tersebut bernama sumur

kejayaan, sumur keberkahan, sumur kerezekian dan sumur Jalatunda. Hampir para

setiap para peziarah yang datang mengambil air dari sumur-sumur tersebut. tak terkecuali Ahyana yang selalu membawa air yang ia ambil dari sumur-sumur keramat dimakam seorang Wali. Tak hanya untuk diminum, pada jam-jam menjelang tengah malam, banyak para wanita (biasanya biduan—wanita yang bekerja sebagai

penyanyi) biasanya mandi di sumur Jalatunda yang terletak di MSGJ untuk

mendapat penglarisan.

Ada lagi cerita dari teh Neneng mengenai berkah-karomah Wali Sunan

Gunung Jati. Ia bercerita tentang seorang peziarah perempuan yang pernah ia jumpai di makam Sunan Gunung Jati yang sukses dalam usahanya bertani. Menurutnya ibu- ibu (begitu Neneng menyebutnya dalam satu wawancara saya) yang ia temui tersebut membawa benih padi yang tersimpan di tempat juru kunci Makam Sunan Gunung Jati untuk ia tanam di sejumlah petak sawah miliknya. Pada saat musim panen tiba, sawah-sawah lainnya yang ada disekitar sawah milik ibu-ibu tadi itu rusak karena diserang hama. Hanya sawah milik ibu-ibu tadi yang tidak diserang hama, dan jumlahnya setelah dipanen jadi semakin banyak dari biasanya ia menanam dengan

jumlah bibit yang sama, tutur Neneng, hal tersebut itu karena karomah Sunan

Gunung Jati.

Pak Yusuf, seorang juru kunci yang saya temui di makam Sunan Gunung Jati juga mencerikatan berbagai karomah yang hadir di makam Sunan Gunung Jati. Ia menceritakan mengenai seorang wanita yang telah lama tidak dikarunia anak dalam pernikahannya, lalu ia berziarah dan menjalani tirakat, kemudian oleh seorang juru kunci, wanita tersebut disuruh untuk mengambil buah belimbing yang tumbuh di dalam kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Beberapa waktu kemudian setelah peziarahan yang wanita tersebut lakukan, ia kembali lagi berziarah ke makam Sunan Gunung Jati dan menemui juru kunci untuk berterima kasih serta member kabar bahwa dia telah mengandung seorang anak. Menurut Pak Yusuf, para peziarah yang

telah merasakan berkah serta karomah pasti akan datang lagi ke Makam Sunan

Gunung Jati ini, seperti halnya wanita yang ia ceritakan tadi.

Tak hanya para peziarah yang mendapatkan berkah dan karomah Sunan

Gunung Jati. Pak Yusuf sendiri bercerita bahwa dari keseluruhan 120 juru kunci yang bertugas di Makam Sunan Gunung Jati, mereka tidak digaji oleh keraton atau pemerintah setempat. Hidup para juru kunci hanya didapat dari derma para peziarah

yang memberikan uang, beras atau lauk-pauk pada mereka dan mereka masih dapat terus menjalani kehidupan mereka beserta keluarga mereka. Hal itu juga dianggap sebuah berkah dengan mengurusi Makam Sunan Gunung Jati.

Karomah yang juga diceritakan Pak Yusuf adalah bagaimana kejadian yang ada di Makam Keramat Sunan Gunung Jati ini juga terhubung dengan kejadian di Indonesia ini. Ia mencontohkan ketika peristiwa G30SPKI malamnya itu batu di puncak makam tempat Sunan Gunung Jati bersemayam menyala merah. Keesokan harinya ternyata ada peristiwa tersebut tuturnya. Tak hanya itu, ketika Pak Harto lengser, sebelumnya juru kunci yang biasa masuk ke kompleks inti makam yang akan wmembersihkan makam mendapati kunci yang digunakan untuk membuka salah satu pintu patah. Ia juga menambahkan ketika wawancara saya langsungkan dengan Pak Yusuf ini, ia menceritakan bahwa seluruh kunci yang digunakan untuk membuka pintu-pintu makam yang biasanya ada di Makam Sunan Gunung Jati diambil oleh Keraton Kasepuhan karena ada perebutan kekuasaan antara saudara dalam satu keluarga di Keraton Kasepuhan, hal ini parallel menurut Pak Yusuf dengan peristiwa kekacauan yang terjadi di Negeri ini dengan maraknya korupsi di Pemerintahan.

Berkah dan Karomah memancar dari sosok seorang Wali—seperti seorang Wali Sunan Gunung Jati—yang juga terpancar dari makam tempatnya bersemayam. Hal ini yang juga menarik para peziarah secara personal untuk datang

mendapatkannya. Berkah dan Karomah menjadi sangat personal ketika hal tersebut

merupakan bentuk perwujudan atas doa yang terkabul dalam laku dan tirakat yang

mereka jalani. Berkah dan Karomah juga lah yang merupakan bentuk-bentuk mitos

mengenai kehadiran seorang Wali dalam satu wilayah. Melalui adanya Berkah dan

Karomah peziarah Wali melakukan penandaan atas keber’ada’an seorang Wali dalam Makam keramatnya. Sebagai bentuk mitos yang diperformakan, ziarah Wali selalu

berkenaan dengan kehadiran seorang Wali yang ditandai dengan berkah dan karomah

BAB IV

ZIARAH WALI: PRESENTASI KEHADIRAN DAN IRAMA

Dalam dokumen Presentasi Kehadiran dan Irama Kosmik da (Halaman 60-63)

Dokumen terkait