• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nyi Ong Tien

Dalam dokumen Presentasi Kehadiran dan Irama Kosmik da (Halaman 35-39)

NARASI SUNAN GUNUNG JAT

II. 1 Sunan Gunung Jati: antara Mitos dan Kenyataan

3. Nyi Ong Tien

4.Nyi Ageng Tepasari

Ratu Wulung Ayu Pangeran Muhammad Arifin

Ilustrasi dibuat oleh Saya (selaku penulis) berdasarkan sumber data dari buku “Sekitar Komplek Makam Sunan Gunung Jatii dan Sekilas Riwayatnya”.

1. Istri pertama Sunan Gunung Jati adalah Nyi Ratu Pangkungwati, Putri

dari Pangeran Cakrabuana. Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Ratu Pangkungwati tidak dikaruniai putra-putri.

2. Istri Kedua Sunan Gunung Jati adalah Nyi Ratu Kawunganten, putri dari

Adipati Banten. Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Ratu Kawunganten dikaruniai dua orang anak yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sabakingking

3. Istri ketiga Sunan Gunung Jati adalah Nyi Ong Tien (Nyi Ratu Rara

Sumanding), putri dari Kaisar Tiongkok. Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Ong Tien tidak dikaruniai putra-putri.

4. Istri keempat Sunan Gunung Jati adalah Nyi Ageng Tepasari, Putri

mantan seorang pembesar Majapahit, Ki Ageng Tepasan. Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Ageng Tepasari dikaruniai dua orang anak, yaitu Ratu Wulung Ayu dan Pangeran Muhammad Arifin (Pangeran Pasarean)

Langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh Sultan Cirebon Maulana Syarif Hidayatullah adalah melakukan perluasan wilayah Islam ke

Negeri-negeri sekitar Kesultanan Cirebon. Untuk itu beliau menarik kembali Fatahillah yang sudah menduduki jabatan Bupati Jayakarta untuk memimpin pasukannya guna memperluas perkembangan Agama Islam. Adapun beberapah daerah sekitar Cirebon tersebut yang berhasil ditaklukkan adalah :

1. Talaga, sebuah kerajaan kecil di sebelah Barat Daya Cirebon di bawah

kekuasaan Prabu Pucukumun yang beragama Buddha. Nyi Mas Gandasari, Srikandi dari Pasai yang ikut ke Cirebon bersama Pangeran Cakrabuana semasa pulang dari Mekkah menjadi panglima memimpin pasukan dalam misi penaklukan daerah Talaga. Hal ini untuk menandingi Senapati yang juga seorang wanita, puteri dari Prabu Pucukumun bernama Nyi Tanjung Raragam. Pada akhirnya salah seorang dari putera Talaga Arya Salingsingan berhasil dibawa ke Cirebon dan menyatakan diri masuk Islam, sedangkan Prabu Pucukumun dan Nyi Tanjung Raragam melarikan diri ke lereng Gunung Ciremai.

2. Rajagaluh, bekas pusat Pajajaran sebelum pindah ke Psayaan (Bogor)

diperintah oleh Prabu Cakraningrat. Sebagai bekas Pemerintahan Pajajaran, Rajagaluh menuntut agar Cirebon tunduk dan mengirim upeti seperti dulu. Senapati dari Cirebon oleh Fatahillah dipercayakan kepada Aria Kamuning, anak angkat Sunan Gunung Jati dari Ki Lurah Agung untuk menghadapi Aria Kiban, Senopati Rajagaluh. Meski banyak pasukan Cirebon yang gugur namun Rajagaluh dapat ditundukkan dengan tewasnya Aria Kiban dan Prabu Cakraningrat, dalam penaklukkan Rajagaluh itu, selain Aria Kamuning dan Nyi Mas Gandasari, tampil juga seorang pemuda pendatang dari Baghdad, yaitu Raden Magelung Sakti. Selesai penaklukan Talaga dan Rajagaluh, Sultan Cirebon Syarif Hidayatullah mengadakan selamatan dan tasysayaran bersamaan dengan itu Syarif Hidayatullah menikahkan Fatahillah dengan puterinya Ratu Wulung Ayu. Bersamaan dengan ini, jabatan Bupati Jayakarta secara resmi diserahkan kepada Ki Bagus Angke. Pangeran Muhammad Arifin putera Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah kemudian menggantikan ayahnya menjadi Sultan ke II Cirebon dengan gelar Pangeran Pasarean. Untuk Penasehat Sultan Pangeran Pasarean yang masih muda pada waktu itu diangkatlah Fatahillah sebagai penasehat kesultanan dengan sebutan Ki Bagus Pasai.

Berbagai macam cerita mengenai Sunan Gunung Jati dirasa perlu saya tampilkan untuk menggambarkan secara historis bagaimana perjalanan hidup Sunan Gunung Jati sebagai seorang Sultan Kesultanan Islam pertama di Jawa Barat dan peranannya sebagai Sultan (Sunan sekaligus anggota dari Dewan Wali songo yang

menyebarkan agama Islam45) baik dalam bentuk rekam sejarah dan bentuk mitos.

Berbagai macam kerja dilakukan oleh Sunan Gunung Jati berkenaan dengan Sultan Kesultanan Islam pertama di Pasundan. Beberapa data historis juga memaparkan peran penting Sunan Gunung Jati dalam melakukan pengislaman di wilayah Jawa Barat seperti yang dituliskan oleh Sangupri Bochari dan Wiwi dalam buku “Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon” sebagai berikut:

“Cirebon baru menjadi kerajaan Islam yang berdaulat dan tidak lagi berada di bawah kekuasaan manapun, ketika Sunan Gunung Jati berkuasa dan melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran. Raja kerajaan Sunda Pajajaran ketika itu adalah Sri Paduka Maharaja atau yang lebih dikenal dengan Prabu Siliwangi. Seiring dengan proses pengilaman yang dijalankan oleh Sunan Gunung Jati, daerah-daerah yang kemudian masuk kedalam wilayah Kerajaan Cirebon antara lain ; Luragung, Kuningan, Banten, Sunda Kelapa, Galuh, Sumedang, Japura Talaga, Losari, dan Pasirluhur. Pangeran Hasanudin, putra Sunan Gunung Jati ditempatkan sebagai Bupati Banten pada tahun 1526. Setahun kemudian Sunan Gunung Jati menempatkan Fatahilah, menantu Sunan Gunung Jati sebagai Bupati Sunda Kealapa pada tahun 1527. Saat itu wilayah kekuasaan Kerajaan Cirebon dibagi atas empat

daerah kekuasaan yaitu: Cirebon, Pakwan, Banten dan Kalapa” (Bochari dan

Kuswiah, 2001: 6-7).

Hal itu juga dipaparkan dalam rekam historis dalam buku “Sejarah Daerah Jawa

Barat” bahwa “Dalam abad ke-15 dan ke16 Kerajaan Sunda dengan pusat kekuasaannya yang terakhir di Pakuan Pajajaran (Bogor sekarang) sedang mengalami kekacauan dalam menghadapi penyebaran Islam yang pengaruhnya masuk melalui Cirebon dan Banten. Kekuarannya makin digerogoti oleh pemberontakan- pemberontakan yang melepaskan daerah dari ikatan Pakuan, seperti Cirebon, Raja Galuh, Telaga, dan Banten. Sejak sekitar 1480 Cirebon sudah dikuasai oleh

Susuhunan Gunung Jati yang diberi julukan ratu-pandita, karena ia selain raja di

Cirebon juga pemimpin agama atau ulama. Di bawah pimpinannyalah diadakan penyiarah agama Islam di Cirebon dan tanah Sunda (Kokoh, Suwarno, dan Syafei, 1979: 82).

Gambar 2.0 Peta Wilayah Kerajaan Cerebon Pada Masa Sunan Gunung Jati 1479-

1568. Sumber buku “Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon”46

Berbagai macam kerja yang dilakukan Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah membuatnya menjadi sosok signifikan dalam masyarakatnya. Keberhasilannya dalam menyebarkan agama Islam di wilayah pasundan membuatnya diangkat sebagai salah

satu anggota Dewan Wali Songo. Sebagai seorang Sultan sekaligus Wali47, Sunan

Gunung Jati diangkat sebagai moyang yang membawa kejayaan di negeri Cirebon. Jejak-jejak historis berupa Keraton, Masjid Sang Cipta Rasa dan jumlah pemeluk Islam yang menjadi mayoritas penduduk di wilayah Jawa Barat adalah bentuk termudah dalam penandaan atas kerja dari Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah.

46 Lihat juga lampiran 5 mengenai peta-peta pengislaman di Jawa Barat. 47Lihat juga buku “Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon” halaman 39.

Dalam dokumen Presentasi Kehadiran dan Irama Kosmik da (Halaman 35-39)

Dokumen terkait