• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berwawancara dengan Narasumber

Kamu akan mengungkapkan berbagai informasi melalui kegiatan ber- wawancara.

Kamu dapat memperoleh informasi dengan melakukan wawancara. Kamu perlu menyiapkan pertanyaan sebelum berwawancara. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara tersebut akan memberikan jawaban yang akan menambah informasimu mengenai suatu hal.

Agar lebih jelas, perankan wawancara berikut ini bersama teman sebangkumu! Wawancara ini membahas mengenai penanaman pohon jarak sebagai alternatif pengganti BBM yang harganya semakin melambung.

Pewawancara : ”Selamat pagi, Pak. Saya bernama Astuti. Saya siswi kelas VIII SMP Nusa Bangsa. Saya pernah mendengar bahwa buah jarak ternyata dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti BBM. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pembudidayaan dan penanaman pohon jarak.”

Narasumber : ”Selamat pagi. Silakan, saya siap menjawab.”

Pewawancara : ”Benarkah buah jarak dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak, Pak?”

Narasumber : ”Benar, biji buah jarak dapat diolah menjadi minyak. Hasil penelitian menyatakan bahwa kandungan minyak dari biji buah jarak sebanyak 32-–35% dari biji berbobot 0,4–0,6 g. Jumlah itu lebih banyak dibanding buah kelapa sawit yang hanya 24%. Minyak jarak diperoleh dengan cara pengepresan lalu diesterifikasi. Caranya, dengan mencampurkan 40% metanol dan 1% katalis dari total volume minyak jarak.”

Pewawancara : ”Apa yang menyebabkan permintaan biodiesel sangat tinggi, Pak?”

Narasumber : ”Hal tersebut disebabkan oleh melambungnya harga BBM. Selain itu, biodisel sangat ramah lingkungan.”

Pewawancara : ”Mengapa biodiesel dikatakan ramah lingkungan?”

Narasumber : ”Karena biodiesel tidak menimbulkan emisi berbahaya seperti plumbum dan logam berat.”

Pewawancara : ”Jenis tanaman jarak apakah yang cocok dimanfaatkan menjadi biodiesel, Pak?”

Narasumber : ”Jarak pagar atau Jatropha curcas. Tanaman jarak ini dapat tumbuh di lahan kritis asalkan drainase dan aerasinya baik.” Pewawancara : ”Bagaimana cara menentukan induk buah jarak yang unggul?” Narasumber : ”Ciri-cirinya adalah umur tanaman di atas lima tahun dan

menghasilkan minimal 2 kg biji kering per pohon per tahun.” Pewawancara : ”Bagaimana cara menanam bibit jarak?”

Narasumber : ”Sebelum penanaman di lahan bukaan baru, hendaknya lahan dicangkul atau dibajak sebanyak 2 kali. Setelah diratakan, buatlah lubang tanaman berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Jarak antarlubang tanam 2 m x 2 m. Setelah lahan siap, polibag dilepas dari media bibit dan dimasukkan ke dalam lubang tanam. Untuk bibit setek, bisa juga ditanam langsung di lahan yang sudah siap. Masukkan sekitar 10–20 cm ke dalam lubang tanam, lalu timbun dengan sisa tanah galian dan padatkan.”

Pewawancara : ”Bagaimana dengan pemberian pupuknya, Pak?”

Narasumber : ”Pertumbuhan di awal tanam, sangat menentukan produktivitas. Jika tanaman kurang subur, berikan 2 kg kompos atau pupuk kandang. Pada tahun kedua dan seterusnya, berikan 2,5–5 ton pupuk kandang ditambah 50 kg Urea, 150 kg SP-36, dan 30 kg KCl per hektare.”

Pewawancara : ”Apakah tanaman jarak juga perlu disemprot dengan obat pestisida?”

Narasumber : ”Ya, karena pada tanaman jarak terdapat hama penggerek batang dan penyakit busuk pangkal batang. Untuk mengendalikan penggerek batang, semprotkan pestisida nabati dari biji mimba. Untuk mengantisipasi penyakit busuk pangkal batang, semprotkan Copper-oxychlorida 0,2%.”

Pewawancara : ”Pada umur berapakah tanaman jarak dapat dipanen?” Narasumber : ”Setelah tanaman jarak berumur 6 bulan, buah jarak siap

dipanen. Buah jarak dibiarkan kering hingga berwarna cokelat kehitaman baru dipanen.”

Pewawancara : ”Wah, ternyata sangat mudah membudidayakan tanaman jarak itu. Terima kasih atas penjelasan Bapak. Saya yakin penjelasan ini akan bermanfaat bagi saya dan yang lainnya.”

Narasumber : ”Terima kasih kembali.”

Disadur dari: www.trubus-online.com

Lakukan kegiatan berikut ini!

1. Perhatikan kembali teks wawancara tersebut!

2. Bagaimana etika wawancara yang dilakukan pewawancara dan narasumber

dalam teks wawancara tersebut?

3. Simpulkan etika berwawancara tersebut dengan teman sebangkumu!

4. Setelah seluruh siswa membuat kesimpulan tentang etika wawancara,

lakukan diskusi kelas mengenai etika wawancara yang baik dan benar!

5. Tariklah kesimpulan secara umum!

6. Praktikkan kesimpulan diskusi kelas tersebut pada waktu kamu mengadakan kegiatan wawancara!

Tugas Rumah

1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas lima siswa per kelompok!

2. Tentukan topik wawancara!

3. Tentukan tokoh (narasumber) yang akan diwawancarai!

4. Hubungi narasumber yang akan diwawancarai!

5. Ungkapkan niat kelompokmu serta tentukan pula waktu dan tempat untuk melakukan wawancara dengan narasumber tersebut!

6. Siapkan daftar pertanyaan untuk wawancara!

7. Lakukan wawancara dengan narasumber sesuai dengan etika berwawancara yang baik! Ingat, bersikaplah sopan dan jagalah suasana tetap informal dan terbuka!

8. Setelah melakukan wawancara, rangkumlah hasil wawancara tersebut.

Kemudian, ungkapkan secara lisan di depan kelas! Buatlah laporan secara tertulis dan kumpulkan kepada guru bahasa Indonesia.

Repro: Trubus 435, Februari 2006

Membaca Denah

Kamu akan membaca memindai tempat dan arah yang tertera pada denah. Kamu dapat memelihara lobster air tawar dan menanam selada dengan teknik yang baik. Caranya mengikuti pelatihan dan praktik yang diselenggarakan oleh Kayu Indah Lobster Training Center. Kamu dapat mendaftarkan diri ke tempat tersebut dengan membawa denah Kayu Indah Lobster Training Center.

Kamu dapat membaca denah dengan teknik memindai. Hal ini akan memudahkan kamu memperoleh informasi dari denah secara cepat.

Bacalah bacaan di bawah ini dengan saksama!

Lobster Dipanen, Selada Dipetik David Attawater, seorang hobiis lobster yang

berasal dari Australia memelihara lobster dan selada secara bersamaan. Di halaman rumahnya hanya terdapat barisan tanaman selada di atas talang hidroponik dan beberapa kolam fiber tertutup styrofoam.

Terobosan terbaru di dunia lobster itu disebut sistem ekoponik. Sebab sistem tersebut memadukan sistem akuaponik dengan hidroponik. Menurut David, prinsip teknik ini adalah air berputar dari satu kolam ke kolam lain tanpa ada yang terbuang. Teknik itu dapat dilakukan di lahan yang sempit dan sumber air yang terbatas. Ekoponik yang dibuat oleh David itu terdiri atas kolam ikan berukuran 3,4 m × 1 m × 1 m berisi ikan air tawar. Ada tiga talang NFT sepanjang masing-masing tiga m. Masing-masing talang itu ditanami oleh selada hijau. Selain itu, ada dua

tumpukan styrofoam sebagai biofilter, kolam permanen yang dilengkapi tanaman air, tangki pembersih racun, dan kolam lobster berukuran 1,5 m × 0,5 m × 0,5 m. Setiap bagian dihubungkan dengan pipa PVC berdiameter 3,5 cm sepanjang 2–3 meter. Di ujung pipa diberi lubang sebanyak 15–20 buah sebagai tempat keluar air sekaligus aerator. Bagaimanakah cara kerja teknik ekoponik tersebut? Sebanyak 500–600 liter air dalam kolam ikan menjadi sumber air utama bagi sistem ekoponik. Dari sana air dialirkan ke kolam lobster dan talang hidroponik. Supaya air terbebas dari nitrat, amonium, dan polutan yang beracun, sebelumnya air dimasukkan ke dalam kolam berisi tanaman paku- pakuan. Tanaman tersebut bertugas sebagai penyerap kelebihan nitrat yang berbahaya bagi lobster.

Ternyata teknik ekoponik tersebut kini mulai dilirik di Indonesia. Menurut Ir. Cucun Setiawan, peternak lobster itu berpendapat bahwa lobster sistem ekoponik dapat diterapkan asalkan pasokan air bebas racun. Jika ada pembaca berminat ingin mencoba beternak lobster air tawar dan sekaligus menanam

selada, pembaca dapat mengikuti pelatihan dan praktik yang diadakan oleh Kayu Indah Lobster Train- ing Center. Balai latihan tersebut terletak di Kampung Kayu Manis RT 02/01 No. 19 Kelurahan Cibadak, Bogor. Untuk lebih jelasnya letak balai latihan tersebut dapat dilihat pada denah berikut ini.

Keterangan:

TBB = Terminal Bus Baranangsiang KRB = Kebun Raya Bogor

PS = Pasar Induk Kemang = rel kereta api = masjid

Sumber:Trubus No. 435, Februari 2006

Di dalam bacaan tersebut memuat dua jenis denah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata denah mempunyai dua arti. Arti yang pertama denah adalah gambar yang menunjukkan letak kota, jalan, dan sebagainya. Adapun arti yang kedua denah adalah gambar rancangan (rumah, bangunan, dan sebagainya.).

Perhatikan kedua denah yang terdapat dalam bacaan ”Lobster Dipanen, Selada Dipetik”! Denah pertama merupakan denah ruangan. Adapun denah yang kedua adalah denah suatu tempat. Dalam kedua denah tersebut, terdapat penggunaan simbol-simbol. Simbol tersebut digunakan agar orang yang menggunakan denah tersebut mengetahui maksud dan arti dari tiap simbol, maka dibuatlah keterangan gambar.

Kamu dapat menjumpai arah mata angin dalam denah. Kegunaan arah mata angin dalam denah adalah agar setiap orang yang menggunakan denah tersebut mengetahui posisi atau letak suatu tempat.

A. Lakukan kegiatan berikut ini!

1. Cermati kembali denah tempat yang terdapat dalam bacaan ”Lobster Dipanen, Selada Dipetik”!

2. Seandainya kamu berada di salah satu tempat yang terdapat di dalam denah tersebut. Kerjakan soal-soal di bawah ini!

U

↑↑↑↑↑