• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beta bloker

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 139-144)

Belakangan ini penggunaan obat beta bloker pada gagal jantung anak mulai dikenal luas misalnya carvedilol maupun metoprolol yang dikatakan memberi

Diagnosis dan Tata Laksana Gagal Jantung pada Anak

hasil cukup baik. Pemakaian carvedilol, suatu penghambat beta, dikatakan efektif pada dewasa karena mempunyai keunggulan mekanisme ganda yaitu blokade beta non-selektif dan blokade alfa 1 yang menyebabkan vasodiltasi. Carvedilol maupun metopropol dikatakan bermanfaat terutama pada kardiomiopati dilatasi. Baik carvedilol maupun metoprolol dapat ditambahkan pada regimen obat anti gagal jantung lainnya.

Generasi terbaru nebivolol sedang diteliti penggunaannya pada anak. Saat ini pengalaman penggunaan beta bloker pada anak baru terbatas pada seri kasus dengan jumlah subyek terbatas. Diperkirakan penggunaan beta bloker pada gagal jantung anak akan meningkat seiring bertambahnya penelitian tentang obat ini pada anak. Pada penderita dengan gagal jantung diastolik akibat restriksi aliran masuk, misalnya kardiomiopati restriktif, mungkin paling baik diatasi dengan beta bloker dan diuretik dosis rendah.

Karnitin

Karnitin merupakan ko-faktor utama transpor asam lemak rantai panjang ke dalam mitokondria dalam proses oksidasi. Obat ini dikatakan bermanfaat pada sebagian anak dengan kardiomiopati terutama akibat gangguan metabolik. Sediaan L karnitin dapat diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB/ hari dibagi dalam 2-3 pemberian, maksimum 3 g/hari. Pada studi binatang, karnitin dilaporkan mempunyai efek protektif maupun terapeutik terhadap kardiomiopati akibat doksorubisin.

Simpulan

Gagal jantung pada bayi dan anak bukan merupakan masalah kecil dan perlu mendapat perhatian serius dari para tenaga medis. Diagnosis dini dan penanganan yang cepat serta tepat akan sangat bermanfaat dalam mengurangi penderitaan pasien dan mencegah komplikasi selanjutnya. Tata laksana secara medis dapat dilakukan sesuai kaidah yang berlaku dan fasilitas yang ada. Untuk mencari etiologi dan terapi kausal, diperlukan rujukan ke kardiolog anak yang selanjutnya menentukan jenis tindakan yang diperlukan. Pasien perlu mendapatkan terapi terbaik yang mungkin dilakukan sehingga tercapai kualitas hidup dan tumbuh kembang yang optimal.

Daftar pustaka

1. Auslender M, Artman M. Overview of the management of pediatric heart failure.

Prog Pediatr Cardiol. 2000;11:321-9

Moss and Adams heart disease in infants, children and adolescents. Edisi ke-5. Baltimore: Williams and Wilkins; 1995.h. 1746-71.

3. Park MK. Pediatric cardiology for practitioners. Edisi ke 5. St Louis: Mosby; 2008. h. 461-73.

4. Burch M. Heart failure in the young. Heart. 2002;88:198-202.

5. Tortoriello TA. Hemodynamic adaptive mechanism in heart failure Dalam: Chang AC, Towbin JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h. 60-84

6. Mason DT, Spann JF, Zelis R. Alteration of hemodynamics and myocardial mechanics in patients with congestive heart failure: pathophysiologic mechanism and assessment of cardiac function and ventricular contractility. Prog Cardiovasc Dis. 1970;12:507-57.

7. Bruns LA, Chrisant MK, Lamour JM, Shaddy RE, Pahl E, Blume ED, et al. Carvedilol as therapy in pediatric heart failure: an initial multicenter experience. J. Pediatr. 2001;138:505-11.

8. Waight DJ. Heart failure and cardiomyopathy. Dalam: Koenig P, Hijazi ZM, Zimmerman F, penyunting. Essential Pediatric Cardiology. New York: McGraw- Hill; 2004. h. 98-105.

9. Advani N. Penatalaksanaan gagal jantung pada anak. Dalam: Updates in pediatric

emergencies. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;, 2002. h. 87-94.

10. Chidsey CA, Harrison DC, Braunwald E. Augmentation of plasma norepinephrine response to exercise in patients with congestive heart failure. N Eng J Med 1962;267:650-54.

11. Chidsey CA, Braunwald E, Morrow AG. Catecholamine excretion and cardiac stress of congestive heart failure. Am J Med 1965;39:442-51.

12. Floras JS. Sympathetic activation in human heart failure: diverse mechanism, therapeutic opportunities. Acta Physiol Scand. 2003;177:391-8.

13. Grassi G, Seraville G, Cattaneo BM, Lanfranchi A, Vailati S, Giannattasio C, et al. Sympathetic activation and loss of reflex sympathetic control in mild congestive heart failure. Circulation. 1995;92:3206-211.

14. Kaye DM, Lambert GW, Lefkovits J Morris M, Jennings G, Esler MD. Neurochemical evidence of cardiac sympathetic activation and increased central nervous system norepinephrine turnover in severe congestive heart failure. J Am Coll Cardiol. 1994;23:570-8

15. Altman CA, Kung G. Clinical recognition of congestive heart failure in children. Dalam: Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier ; 2006. h. 201-10

16. Kaye DM, Lefkovits J, Jennings GL, Bergin P, Broughton A, Esler MD. Adverse consequences of high sympathetic nervous activity in failing human heart. J Am Coll Cardiol. 2001;26:1257-63

17. Mott AR, Breinholt JP. Classification of types of heart failure. Dalam: Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h. 211-7

18. Dickerson HA, Chang, AC. Diuretics. Dalam: Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier ; 2006. h. 453-67

Diagnosis dan Tata Laksana Gagal Jantung pada Anak

19. Ross RD, Bolinger RO, Pinsky WW. Grading the severity of congestive heart failure in infants. Pediatr Cardiol. 1992;13:72-5

20. Bohn D. Inotropic agents in heart failure. Dalam: Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h. 468-86

21. Stayer SA. Use of vasodilators in heart failure. Dalam: Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h.497-508.

22. Shaddy RE. ß-adrenergic receptor blockade. Dalam: Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h. 509-16.

23. Da Cruz E, Rimensberger PC. Inotropic and vasoactive drugs. Dalam Munoz R, Schmitt GC, Roth SJ, da Cruz E, penyunting. Handbook of pediatric cardiovascular drugs. London: Springer-Velag; 2008. h. 33-76.

24. Berry D, Kazmerski TM. Diuretic medications. Dalam: Munoz R, Schmitt GC, Roth SJ, da Cruz E, penyunting. Handbook of pediatric cardiovascular drugs. London: Springer-Verlag; 2008. h.120-38.

25. Hsu DT, Pearson GD. Heart failure in children. Part 1: history, etiology, and pathophysiology. Circ Heart Fail. 2009;2:63-70.

26. Hsu DT, Pearson GD. Heart failure in children. Part II: diagnosis, treatment, and future directions. Circ Heart Fail. 2009;2:490-8.

27. Sugimoto S, Manabe H, Nakau K, Furuya A,Okushima K,Fujiyasu H, et al. The role of N-terminal pro-B-type natriuretic peptide in the diagnosis of congestive heart failure in children. Circ J. 2010;74:998-1005.

28. Shaddy RE, Boucek MM, Hsu DT, Boucek RJ, Canter CE, Mahony L, et al. Carvedilol for children and adolescents with heart failure. A randomized controlled trial. JAMA. 2007;298:1171-9.

Hardiono D. Pusponegoro

Tujuan

1. Mengetahui berbagai jenis trauma kepala pada anak.

2. Memahami pemeriksaan yang perlu dilakukan pada trauma kepala anak.

Trauma kepala dibagi menjadi trauma kepala ringan (TKR) dengan skala koma Glasgow (Glasgow coma scale, GCS) awal 13-15, trauma kepala sedang dengan GCS awal 9-12, dan trauma kepala berat dengan GCS awal 3-8.1, 2 Trauma kepala ringan sangat sering ditemukan. Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lain, atau kekerasan fisik terhadap anak.3 Pada anak kecil, jatuh merupakan penyebab tersering dari TKR.4

Cedera kepala traumatik atau traumatic brain injury (TBI) adalah cedera struktur otak dan perubahan fisiologi fungsi otak karena trauma kepala.5CT

scan merupakan pemeriksaan terpilih untuk mengidentifikasi ada tidaknya cedera kepala traumatik. Pemeriksaan CT scan mempunyai risiko sedasi, radiasi yang besar, dan potensi menimbulkan kanker otak di kemudian hari.6 Lagipula, hanya sekitar 2-22% di antara CT scan pada anak dengan TKR memperlihatkan hasil positif.6

Walaupun prognosis TKR umumnya baik, keadaan ini tidak boleh disepelekan. Trauma kepala ringan kadang dapat berkembang menjadi berat, bahkan fatal, atau menyebabkan gejala sisa pada anak.1

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai TKR, indikasi CT scan, dan tindakan serta pemantauan yang perlu dilakukan.

Pato siologi

Trauma kepala dapat menyebabkan kerusakan otak primer dan sekunder. Kerusakan otak primer disebabkan cedera mekanis pada saat trauma, sedangkan cedera otak sekunder disebabkan kerusakan selular, hipoksia otak, dan iskemia otak beberapa jam sampai beberapa hari setelah trauma.3, 4

Anak yang mengalami trauma kepala lebih mudah mengalami cedera kepala traumatik daripada orang dewasa karena tengkorak lebih tipis dan ukuran kepala yang relatif besar dibandingkan tubuhnya.4

Trauma Kepala Ringan pada Anak

Benturan langsung pada kepala dapat menyebabkan cedera kepala traumatik pada tempat benturan (coup) atau di sisi berlawanan (contre-coup).

Coup lebih sering terjadi bila suatu benda menghantam kepala yang sedang diam. Contre-coup terjadi bila kepala yang bergerak menghantam suatu obyek yang diam.7 Cedera kepala fokal dapat terjadi pada tempat benturan, sedangkan cedera kepala difus terjadi karena gerakan akselerasi-deselerasi otak di dalam rongga tengkorak.7

Gejala cedera kepala traumatik adalah kehilangan kesadaran, penurunan kesadaran atau perubahan kesadaran, amnesia, dan defisit neurologis yang ditentukan oleh jenis lesi intrakranial yang terjadi.5

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 139-144)