• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manifestasi klinis

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 131-135)

Pada EKG dijumpai takikardia tanpa gelombang P. Gagal jantung dapat terjadi sejak masa bayi

2. Blok jantung komplit, biasanya terjadi pada periode neonatus dan bulan bulan pertama kehidupan

3. Anemia berat dapat menimbulkan gagal jantung pada setiap usia. 4. Kor pulmonale akut yang disertai obstruksi saluran napas akut. 5. Hipertensi sistemik akut, misalnya pada glomerulonefritis akut.

6. Kelainan endokrin, misalnya hipertiroid, dapat menimbulkan gagal jantung.

7. Displasia bronkopulmoner pada bayi prematur.

Manifestasi klinis

Gejala dan tanda gagal jantung yang khas adalah distres pernapasan, gagal tumbuh, dan intoleransi latihan. Gejala tersebut muncul pada anak-anak dengan gagal jantung terlepas dari apapun penyebabnya. Beberapa tanda dan gejala yang biasanya ditemukan adalah:

A. Tanda gangguan miokard

1. Takikardia. Apapun penyebabnya, tanda yang biasanya pertama kali muncul pada gagal jantung adalah takikardia, yaitu laju jantung > 160 kali/ menit pada bayi dan >100 kali pada anak (saat diam). Jika laju jantung >200 kali/menit perlu dicurigai adanya takikardia supraventrikular 2. Kardiomegali hampir selalu ditemukan pada pemeriksaan fisis atau foto

toraks.

3. Peningkatan tonus simpatis: berkeringat, gangguan pertumbuhan. 4. Irama derap (gallop)

Diagnosis dan Tata Laksana Gagal Jantung pada Anak

B. Tanda kongesti vena paru (gagal jantung kiri)

1. Takipneu

2. Sesak napas, terutama saat aktivitas. Sesak napas mengakibatkan kesulitan makan, penurunan asupan kalori dan peningkatan metabolisme. Dalam jangka panjang akan mengakibatkan gagal tumbuh

3. Ortopneu: sesak napas yang mereda pada posisi tegak

4. Mengi atau ronki; pada bayi mengi lebih sering dijumpai dibanding ronki. 5. Batuk

C. Tanda kongesti vena sitemik (gagal jantung kanan)

1. Hepatomegali; hati teraba kenyal dan tumpul. Hepatomegali tidak selalu dijumpai. Sebaliknya hepatomegali tidak memastikan adanya gagal jantung. Pada kondisi paru yang hiperinflasi (asma, bronkiolitis) dapat ditemukan hepatomegali. Pada bayi dan anak, hepatomegali lebih sering ditemukan dari pada edema perifer maupun peningkatan tekanan vena jugularis.

2. Peningkatan tekanan vena leher (vena jugularis); tidak ditemukan pada bayi

3. Edema perifer: tidak ditemukan pada bayi

4. Kelopak mata bengkak, biasanya dijumpai pada bayi. Seringkali tidak mudah menegakkan diagnosis gagal jantung pada bayi. Untuk memudahkan, diagnosis terdapat beberapa sistem skoring diantaranya dari Ross (tabel 3).

Tabel 3. Sistem skoring Ross untuk gagal jantung pada bayi

Klinis Skor

0 1 2

Volume tiap minum (cc) 100 70 – 100 < 70 Waktu tiap minum (menit) < 40 > 40

Laju napas per menit < 50 50-60 > 60 Jenis pernapasan normal abnormal

Perfusi perifer normal menurun S3 atau bising diastolik ada tidak ada

Hati di bawah sela iga <2 cm 2-3 cm > 3 cm Penilaian skor

1-2 : tidak ada gagal jantung

1-6 : gagal jantung ringan

1-9 : gagal jantung sedang

Adapun untuk klasifikasi derajat gagal jantung pada bayi dan anak digunakan modifikasi Ross. (Tabel 4)

Tabel 4. Modifi kasi Ross untuk klasifi kasi gagal jantung pada bayi / anak Kelas I Asimtomatik

Kelas II Takipneu ringan,atau diaforesis saat makan pada bayi Dispnea saat aktivitas pada anak besar

Kelas III Takipneu nyata atau diaforesis saat makan pada bayi Dispneu nyata saat beraktivitas

Waktu makan lama dengan gangguan pertumbuhan fi sis Kelas IV Gejala takipneu, retraksi, ‘grunting’ atau diaforesis saat istirahat

Untuk klasifikasi pada anak besar/dewasa dapat digunakan klasifikasi dari New York Heart Association (Tabel 5)

Tabel 5. Klasifi kasi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)

Kelas I Asimtomatik

Kelas II Gejala gagal jantung timbul pada kegiatan sedang Kelas III Gejala gagal jantung timbul pada kegiatan ringan Kelas IV Gejala gagal jantung sudah timbul saat istirahat

Pemeriksaan penunjang

1. Foto toraks

Foto toraks penting sebagai pemeriksaan rutin untuk melihat besar dan bentuk jantung serta vaskularisasi paru. Pada gagal jantung, hampir selalu ditemukan kardiomegali. Tidak ditemukannya kardiomegali hampir dapat menyingkirkan diagnosis gagal jantung. Kardiomegali pada foto posteroanterior (PA) didefinisikan sebagai rasio antara diameter jantung dengan dimensi toraks internal (cardiothoracic ratio: CTR) melebihi 0.5 pada dewasa, 0.55 pada anak dan sekitar 0.6 pada bayi. Peningkatan CTR terjadi akibat dilatasi ventrikel kiri atau kanan, hipertrofi ventrikel kiri atau efusi perikardium.Vaskularisasi paru perlu dinilai untuk melihat peningkatan atau kongesti vena. Meskipun demikian, pada foto tidak dapat ditentukan apakah kongesti vena paru disebabkan kelainan jantung atau bukan jantung, misalnya penyakit ginjal, distres pernapasan dsb. Foto toraks dapat digunakan untuk memantau hasil terapi, juga dapat memberi informasi berharga tentang kemungkinan penyebab sesak akibat diluar jantung (paru).

Diagnosis dan Tata Laksana Gagal Jantung pada Anak

2. EKG

EKG dikerjakan dalam 12 hantaran. EKG tidak dapat memastikan ada atau tidaknya gagal jantung tetapi dapat mendeteksi hipertrofi ruang ruang jantung sehingga lebih berfungsi dalam mencari kemungkinan penyebab gagal jantung. Misalnya, jika pada EKG penderita gagal jantung ditemukan hipertrofi ventrikel kiri maka penyebabnya mungkin duktus arteriosus persisten, defek septum ventrikel, koarktasio aorta, dsb, tetapi bukan karena defek septum atrium atau stenosis pulmonal. Pemeriksaan ini sangat penting jika penyebab gagal jantung adalah aritmia seperti takikardia supraventrikular yang hanya bisa dipastikan dengan EKG. Nilai normal EKG berbeda menurut usia anak.

3. Ekokardiogra

Ekokardiografi memberi gambaran rinci dan kuantitatif tentang anatomi dan fungsi jantung.

Ekokardiografi dapat memastikan pembesaran ruang jantung, gangguan fungsi ventrikel kiri dan mendeteksi penyebab gagal jantung, misalnya ditemukan defek septum ventrikel besar . Parameter yang tersering digunakan untuk mengukur fungsi ventrikel kiri adalah fraksi pemendekan (fractional

shortening) yang nilai normalnya berkisar 28-40 %. Fraksi pemendekan biasanya

menurun pada gagal jantung sistolik. Ekokardiografi juga bermanfaat melihat efektivitas terapi misalnya pada kasus kardiomiopati dilatasi.

4. Biomarker pada gagal jantung

Terkadang gejala gagal jantung dapat mirip dengan penyakit lain. Sesak napas pada kelainan jantung dan paru kadang serupa sehingga perlu dicari cara untuk konfirmasi diagnosis. Belakangan ini berkembang penggunaan petanda diagnostik gagal jantung. BNP (B-type natriuretic peptides), suatu neurohormon jantung, dilepas ke dalam darah oleh miokardium sebagai respons terhadap peningkatan tegangan dinding ventrikel akibat berbagai stres pada jantung. Pada dewasa, pengukuran kadar BNP dan NT pro BNP sudah lazim digunakan untuk membantu diagnosis gagal jantung dan sekaligus menyingkirkan sesak napas akibat penyakit lain seperti paru. Pada anak, BNP meningkat pada gagal jantung akibat disfungsi sistolik (kardiomiopati), volume

overload (pirau dari kanan ke kiri) maupun pressure overload.

Meskipun demikian, manfaat pemeriksaan ini masih terbatas karena belum ada kesepakatan tentang nilai normal pada anak. Kadarnya juga berbeda tergantung pada kit yang digunakan.

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 131-135)