• Tidak ada hasil yang ditemukan

BGejala-GejalaBStroke B 1BGejalaBStrokeBHemoragikB

c Pelayanan Spesialis Penunjang Medik 1 Pelayanan Radiolog

B GambarB 5.15B DiagramB Bar B DistribusiB ProporsiB UmurB BerdasarkanB FaktorB

2.4 BGejala-GejalaBStroke B 1BGejalaBStrokeBHemoragikB

a. Gejala Perdarahan Intraserebral

B Gejala klinis perdarahan intraserebral ini beragam, defisit neurologis

timbul mendadak dan memburuk dengan cepat (dalam beberapa menit atau jam), sering sampai koma, nyeri kepala berat, nausea dan muntah. Dengan pemeriksaan CT Scan ditunjukkan bahwa pasien dengan perdarahan yang kecil gejalanya dapat

serupa dengan pasien infark otak. Gejala atau defisit yang banyak berkurang selama 24 jam pertama hampir selalu disebabkan oleh iskemia daripada hemoragik. Penyebab yang paling penting dari perdarahan pada lansia setelah hipertensi ialah hemoragik yang menyertai embolus, robeknya aneurisma, malformasi vascular, tumor, gangguan koagulasi (akuisita atau oleh obat) dan idiopatis (Lumbantobing, S.M., 2004)

b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid

Pada penderita perdarahan subarakhnoid akan dijumpai gejala seperti penderita mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, nyeri di kuduk dan punggung, rasa enek, mual, muntah, fotofobia dan gejala intrakranial yang meninggi (Lumbantobing, S.M., 2004)

2.4.2BGejalaBStrokeBIskemikB

Gejala-gejala dapat muncul untuk sementara, lalu menghilang atau lalu memberat bahkan ada yang menetap atau permanen. Gejala ini muncul akibat daerah otak tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala yang muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu (Sudoyo, A.W., dkk. 2007) dibedakan atas:

a.Gejala Penyumbatan Arteri Serebri Anterior (otak bagian depan)

1. Kelumpuhan pada salah satu tungkai dan gangguan saraf perasa

2. Pingsan secara tiba-tiba

3. Tidak sadar buang air kecil

4. Secara tidak sadar ikut-ikutan meniru omongan orang lain

b. Gejala Penyumbatan Arteri Serebri Media (otak bagian tengah)

1. Dapat terjadi gangguan gerak/ kelumpuhan dari tingkat ringan sampai

kelumpuhan total pada lengan dan tungkai

2. Gangguan untuk berbicara baik berupa sulit untuk mengeluarkan kata-kata

atau sulit mengerti pembicaraan orang lain (afasia)

3. Gangguan penglihatan dapat berupa kebutaan satu sisi, atau separuh

lapangan pandangan (hemianopsia)

4. Tidak dapat membedakan antara kiri dan kanan

5. Tidak mengenal orang-orang yang pernah dikenalnya sebelumnya

6. Sudah tampak tanda-tanda kelainan namun tak sadar kalau dirinya

mengalami kelainan (misalnya, jalan sudah menabrak-nabrak tapi mengatakan tak apa-apa)

c. Gejala Penyumbatan Arteri Serebri Posterior (otak bagian belakang)

1. Kebutaan seluruh lapangan pandangan satu sisi atau separuh lapang pandang

pada kedua mata, bila bilateral disebut cortial blindness

2. Rasa nyeri spontan atau hilangnya rasa nyeri dan rasa getar pada separuh sisi

tubuh

3. Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika

meraba atau mendengar suaranya

4. Kehilangan kemampuan mengenal warna

d. Gejala pada Pembuluh Darah Vertebrobasilaris

1. Gangguan gerak bola mata, hingga terjadi diplopia jalan menjadi

sempoyongan

3. Kedua kaki lemah/ hipotoni, tak dapat berdiri (paraparesis inferior)

4. Vertigo, nistagmus dan muntah

2.5BBOnsetBSeranganB

Penderita yang mengalami stroke sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit agar dapat diberikan penanganan yang optimal. Penyumbatan akibat emboli, kerusakan sel dimulai setelah 3-6 jam dan penyumbatan akibat trombosis yang timbul secara pelan-pelan, kerusakan sel mulai 8-12 jam. Semakin cepat pertolongan diberikan semakin baik hasil yang dicapai, sebaiknya jangan sampai lewat 6 jam sejak terjadinya stroke. Obat-obatan seperti kalsium antagonis, antikoagulansia, obat penghancur trombus akan memberikan hasil yang lebih baik bila diberikan lebih dini (Ginsberg, L., 2008).

2.6BBStrokeBBerulangB B

Stroke berulang adalah gangguan neurologis yang terjadi akibat kurangnya suplai darah ke otak setelah sebelumnya pernah mengalami stroke. Data epidemiologi menyebutkan risiko untuk timbulnya serangan ulang stroke adalah 30% dan populasi yang pernah menderita stroke memiliki kemungkinan serangan ulang adalah 9 kali dibandingkan populasi normal.

Menurut Jacob (2001) yang dikutip oleh Ratnasari (2014) diperkirakan 25% orang yang sembuh dari stroke yang pertama akan mendapatkan stroke

berulang dalam kurun waktu 1-5 tahun. Perth Community Stroke Study

menyatakan kematian pada 30 hari setelah stroke berulang adalah 41% yang secara signifikan lebih besar daripada kasus kematian pada 30 hari setelah stroke pertama kalinya (20%). Berdasarkan studi tersebut terlihat bahwa serangan stroke berulang memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dari serangan pertama.

2.7BLetakBKelumpuhanB

B Untuk dapat melakukan kegiatan sehari-hari, semua alat-alat tubuh harus

bekerja sama dengan rapi. Ini dapat berjalan karena ada alat yang mengaturnya, yaitu otak dan sambungannya sumsum tulang belakang atau medula spinalis. Setiap bagian dari otak menangani fungsi yang spesifik seperti untuk memori, berfikir kreatif, berbicara, memahami pembicaraan dan menuliskan kata, kemampuan-kemampuan motorik (gerakan) dan sebagainya. Apabila sel-sel otak bagian tertentu mengalami kerusakan atau hancur, tentunya akan sekaligus berpengaruh terhadap fungsi spesifik yang diembannya, karena gangguan peredaran darah otak atau stroke ini dapat mengakibatkan kelumpuhan (Markam, S., 2003).

2.7.1BKelumpuhanBsebelahBKiriB(HemiparesisBSinistra)B

Apabila stroke merusak belahan otak sebelah kanan (hemisfer serebri dextra) maka sisi tubuh yang sebelah kiri yang terkena pengaruhnya. Penderita dengan kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan

persepsi visuomotor, yaitu tidak mampu menggambar atau membuat copy gambar

dan tidak mampu mengenakan pakaian (apraksia). Penderita juga mengalami

gangguan visuospasial, yaitu gangguan pengenalan tempat dan pengenalan wajah.

Penderita mengalami pelemahan ingatan dan menunjukkan perilaku yang impulsif, seringkali salah satu sisi tubuhnya terabaikan, dalam hal ini penderita tidak lagi menyadari keberadaan sisi sebelah kiri tubuhnya yang disebut juga

sebagai hemineglect. Dia mungkin tanpa menyadarinya menangkap lengannya

sendiri yang berada di atas roda kursi rodanya, atau bertanya-tanya kaki siapakah yang ada di sebelahnya saat dia tidur di atas tempat tidur (Shimberg,1998).

2.7.2BKelumpuhanBsebelahBKananB(HemiparesisBDextra)B

B Apabila serangan stroke menyerang belahan otak sebelah kiri (hemisfer

serebri sinintra) dapat mengakibatkan kelumpuhan atau kelemahan motorik (daya gerak otot) yang ada pada sisi tubuh sebelah kanan, juga menunjukkan perilaku yang penuh kehati-hatian dan mengalami kesulitan-kesulitan dalam berbahasa (afasia), kehilangan kemampuan berhitung (aleksia) namun persepsi dan memori visuomotornya sangat baik, sehingga dalam melatih perilaku tertentu harus dengan cermat diperlihatkan tahap demi tahap secara visual. Dalam komunikasi

kita harus lebih banyak menggunakan body language (bahasa tubuh)

(Shimberg,1998).

2.7.3BKelumpuhanBKeduaBSisiB(HemiparesisBDuplex)B

Karena adanya sclerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat terjadi

pada dua sisi belahan otak hemisfer serebri yang mengakibatkan kelumpuhan satu

sisi diikuti sisi lain. Timbul gangguan pseudobulber (biasanya hanya pada vaskuler) dengan tanda-tanda hemiplegi dupleks, sukar menelan, sukar berbicara dan juga mengakibatkan kedua kaki sulit untuk digerakkan dan mengalami hipereduksi (Shimberg, 1998).

2.8BEpidemiologiBStroke

Dokumen terkait