• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Lain-lain (Other Costs)

Dalam dokumen DRAF BUKU AJAR MATAKULIAH EKONOMI TEKNIK (Halaman 40-46)

COSTS, BENEFITS, AND CASH FLOWS

2.5. Biaya Lain-lain (Other Costs)

Biaya Peluang (Opportunity Costs)

Analisis ekonomi teknik dalam konteks pengambilan keputusan diarahkan untuk membandingkan anternatif-alternatif investasi yang dapat dilakukan untuk

lkpp

mendapatkan manfaat yang maksimal.Dalam proses tersebut, akan dipilih satu alternatif investasi dan mengabaikan alternatif investasi lainnya. Dengankata lain, investasi pada suatu proyek yang dipilih akan mengalihkan sumber daya (dana, orang, peralatan) dari proyek lain yang juga potensil dilaksanakan. Potensi pendapatan dari proyek lain tersebut (alternatif terbaik yang diabaikan) merupakan opportunity cost

yang harus dipertimbangkan dalam pengambilankeputusan investasi. Nilai financial potensi pendapatan dari alternatif terbaik yang diabaikan merupakan potensi pendapatan yang hilang akibat memilih alternatif lain yang dianggap lebih baik. Potensi pendapatan yang hilang tersebut dikenal dengan istilahopportunity cost.

Opportunity costs pada dasarnya merupakan biaya implisit atas sumber daya yang telah dialokasikan pada suatu proses produksi sehingga sumber daya tersebut tidak dapat lagi digunakan untuk aktifitas produktif lainnya. Misalkan lima tahun setelah andalulus dari universitas, anda sudah bekerja pada sebuah instansi/perusahaan dengan gaji Rp 7,5 juta per bulan (Rp 90 juta per tahun) dengan sejumlah bonus yang nilainya Rp 30 juta per tahun. Atas bujukan seorang teman, anda kemudian meninggalkan pekerjaan tersebut dan mendirikan usaha sendiri. Setelah tiga tahun beroperasi, neraca pembukuan perusahaan anda setiap akhir tahun memperlihatkan data sebagai berikut:

A. PENDAPATAN

Nilai penjualan produk A : Rp 360.000.000 Nilai penjualan produk B : Rp 120.000.000 TOTAL PENDAPATAN : Rp 480.000.000 B. BIAYA

Biaya produksi produk A : Rp 224.000.000 Biaya produksi produk B : Rp 78.000.000 Biaya overhead : Rp 70.000.000 TOTAL BIAYA : Rp 372.000.000

lkpp

Berdasarkan data pendapatan dan biaya, dapat dilihat bahwa perusahaan yang anda dirikan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 108 juta per tahun. Tapi benarkah anda untung?

Apabila anda hanya mempertimbangkan biaya eksplisit (jumlah uang yang secara fisik anda keluarkan untuk membeli bahan baku, membayar tenaga kerja, dan menjalankan perusahaan anda) maka anda akan menyimpulkan bahwa anda untung. Akan tetapi, apabila anda mempertimbangkan biaya implisit berupa opportunity cost

yang timbul akibat hilangnya kesempatan andamemperoleh pendapatan dari pekerjaan lama anda, maka sesungguhnya anda rugi karenaopportunity cost dari keputusan anda meninggalkan pekerjaan lama dan mendirikan usahasendiri sebesar Rp 120 juta per tahun (Rp 90 juta gaji + Rp 30 juta bonus). Dengan demikian, penghasilan anda berkurang sebesar Rp 12 juta per tahun atau Rp 1 juta setiap bulan.

Konsep opportunity cost (biaya atas kesempatan yang hilang) sangat penting dalam proses pengambilan keputusan rasional. Dengan mempertimbangkan

opportunity costs dalam proses pengambilan keputusan, maka keputusan investasi yang diambil akan lebih baik. Biaya ini akan selalu ada dan seharusnyatidak diabaikan karena setiap keputusan yang kita ambil akan selalu mengorbankan alternatif lain yang mungkin dilakukan. Misalnya, dengan anda memilih kuliah, kesempatan anda untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan tetap menjadi terbuang. Biaya yang anda keluarkan karena memilih kuliah dibanding bekerja sesungguhnya bukan hanya biaya kuliah, biaya buku, dan biaya-biaya lain yang anda bayar tetapi juga konsekwensi finansial lainnya yang anda telah korbankan seperti potensi pendapatan dari bekerja di suatu instansi atau perusahaan, dan kesempatan hidup yang lebih baik sekarang ini. Sebalinya, apabila anda memutuskan untuk tidak kuliah dan langsung bekerja setelah tamat SMA maka opportunity cost dari gaji yang anda terima dari pekerjaan tersebut dan kehidupan yang lebih nyaman saat ini adalah hilangnya kesempatan anda menikmati kehidupan kampus yang dinamis, hilangnyakesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, dan berkurangnya kesempatan mendapatkan posisi dan pendapatan yang lebih tinggi dan kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Opportunity cost dari suatu keputusan dapat timbul dalam berbagai situasi. Pada pabrik manufacturing yang sudah lama beroperasi, peralatan yang digunakan

lkpp

kemungkinan sudah terdepresiasi penuh. Pertanyaan yang timbul adalah apakah mesin tersebut harus diganti sekarang dengan mesin yang lebih moderen dan efisien (alternatif 1) atau tetap dipertahankan beberapa tahun kedepan dengan konsekwensi biaya perawatan lebih tinggi dan efisiensi kerja lebih rendah (alternatif 2).

Opportunity cost yang timbul apabila alternatif ke-2 yang dipilih adalah kemungkinan berkurangnya nilai jual mesin bekas tersebut beberapa tahun kedepan serta hilangnya penghematan yang akan diperoleh dari mesin baru yang lebih efisien.

Sunk Cost

Dalam perencanaan suatu investasi seperti investasi pada bidang pertambangan, perkebunan, ataupun investasi pada pendirian pabrik baru, salah satu pembiayaan yang cukup besar adalah biaya eksplorasi untuk menemukan deposit bahan tambang (minyak, emas, tembaga, nikel, dll) dan biaya survey untuk menemukan lokasi yang tepat untuk usaha perkebunan atau pabrik. Meskipun jumlahnya sering kali cukup besar, biaya tersebut tidak dapat diperhitungkan dalam analisis ekonomi teknik karena biaya-biaya yang telah dikeluarkan masa lalu tidak boleh mempengaruhi keputusan investasi yang diambil masa sekarang. Misalnya, jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk eksplorasi cadangan minyak tidak boleh diperhitungkan dalam mengambil keputusan apakah perusahaan akan melanjutkan dengan kegiatan ekspoitasi atau tidak. Apabila biayaeksploitasi (biaya investasi + biaya operasional) lebih rendah dari potensi pendapatan (volume minyak yang dihasilkan dikali harga per unit volume), keputusan rasional yang harus diambil adalah lakukan kegiatan eksploitasi. Dalam perhitungan biaya di atas, biaya yang telah dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan. Dalam analisis ekonomi, biaya-biaya yang dikeluarkan dimasa lalu akibat keputusan yang diambil dimasa lalu dikenal dengan nama sunk costs. Biaya untuk iklan dan pembelanjaan dibidang R&D juga dikategorikan sebagaisunk cost.

Contoh lain dari sunk cost adalah biaya investasi atas mesin atau peralatan yang belum kembali pada saat mesin tersebut diganti sebelum umur ekonomis yang direncanakan dicapai (belum terdepresiasi penuh). Sebagai contoh, apabila sebuah pabrik manufacturing komponen-komponen mesin menginvestasikan Rp 400 juta untuk sebuah mesin bubut dengan perkiraan umur ekonomis 10 tahun dan nilai akhir (salvage value) Rp 20 juta, maka biaya penyusutan rata-rata mesin tersebut adalah Rp

lkpp

38 juta per tahun. Apabila mesin tersebut harus diganti setelah 3 tahun pemakaian (karena permintaan konsumen untuk komponen dengan presisi yang lebih tinggi atau karena tuntutan modernisasi sistim produksi), maka nilai buku (book value) mesin tersebut pada saat penggantian adalah Rp 400 juta – (3 x Rp 38 juta) = Rp 286 juta. Apabila ada perusahaan lain yang ingin membeli mesin bubut tersebut sesuai dengan nilai buku, maka sunk cost (nilai investasi yang tidak kembali) sama dengan nol. Akan tetapi, apabila pernawaran tertinggi yang diperoleh hanya sebesar Rp 250 juta,

sunk costyang harus ditanggung atas penggantian mesin tersebut sebesar Rp 36 juta.

2.6. Pendapatan (Revenues)

Dalam industri atau perusahaan, revenue (business turnover) merupakan pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dari aktifitas bisnis yang dilakukan, misalnya dari penjualan produk atau layanan ke konsumen, dari dividen atau royalti, dan dari bunga (Williams, et al., 2008). Untuk perusahaanmanufacturing dan perusahaan penyalur (ritel), sebagian besar pendapatan yang diperoleh bersumber dari penjualan produk. Bisnis jasa seperti pengacara, dokter, tukang cukur, dan ahli pijat memperoleh sebagian besar pendapatannya dari jasa yang diberikan.

Perkiraan besarnyapendapatan yang akan diperoleh dari suatu investasi atau dari suatu proses produksi merupakan aspek yang sangat penting dalam analisis ekonomi teknik karena perkiraan kinerja dari suatu investasi yang akan dilakukan diukur berdasarkan selisih (margin) antara besarnya revenue dengan besarnya biaya setiap periode waktu (bulan atau tahun) selama masa investasi. Margin tersebut dikenal dengan istilah laba bersih (net profit) dan merupakan ukuran profitabilitas suatu investasi.

Pendapatan (revenue) yang diperoleh dari suatu investasi, proyek, atau suatu proses produksi dapat bersumber dari beberapa hal sebagai berikut:

Pendapatan dari penjualan produk atau layanan.

Pendapatan dari penjualan suatu aset pada saat penggantian atau pada akhir umur ekonomis aset tersebut.

Penghematan yang diperoleh dari peralatan atau proses produksi yang lebih efisien.

Pendapatan dari pinjaman (jangka pendek dan jangka panjang).

lkpp

Pendapatan dari bunga, dividen, atau royalti.

Pendapatan yang diperoleh dari penjualan suatu produk atau layanan secara sederhana dihitung dengan mengalikan antara jumlah output (produk atau layanan) yang diproduksi (dijual) dengan harga per unit output. Dalam suatu sistim produksi, jumlah output yang dihasilkan merupakan fungsi dari jumlah input yang digunakan dalam proses produksi. Hubungan antara output dan input secara sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut:

dimana Qadalah jumlah output yang dihasilkan dari proses produksi atau aktifitas, I

adalah jumlah investasi (untuk mesin, peralatan/mesin, gedung, dll.), T adalah jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi, dan B adalah ketersediaan bahan baku. Jumlah investasi atas mesin-mesin produksi akan sangat mempengaruhi kapasitas terpasang fasilitas produksi tersebut. Akan tetapi, jumlah produksi actual yang dicapai sangat ditentukan oleh ketersediaan tenaga kerja untuk menunjang proses produksi yang efisien dan optimal.

Perkiraan pendapatan daripenjualan produk atau layanan yang dihasilkan bukanlah pekerjaan yang sederhana karena jumlah permintaan atas suatu produk sangat dipengaruhi oleh harga produk tersebut. Dengan demikian,produsen atau perusahaan tidak dapat secara bebas menetapkan jumlah produk yang diproduksi karena hal ini akan sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan atas produk tersebut. Di lain pihak, jumlah permintaan atas suatu produk sangat dipengaruhi oleh harga produk tersebut. Interaksi antara jumlah produksi (supply), jumlah permintaan (demand), dan harga (price) akan mempengaruhi kebijakan harga dan kebijakan produksi yang harus diambil oleh produsen atau perusahaan. Dalam ilmu ekonomi mikro, faktor-faktor pembatas seperti jumlah permintaan dan harga yang ingin dibayar oleh konsumen atas suatu produk digolongkan sebagai faktor penghambat pasar (market constrains).

Sumber pendapatan lainnya yang sering diperhitungkan dalam analisis ekonomi teknik adalah pendapatan dari hasil penjualan suatu asset yang tidak dibutuhkan lagi akibat telah habis umur teknis/ekonomisnya (fully depreciated assets) ataupun karena aset tersebut telah ketinggalan zaman (obsolete assets). Nilai

lkpp

penjualan dari aset-aset yang sudah tidak dibutuhkan tersebut sering kali diistilahkan sebagai nilai akhir atausalvage value.

Dalam dokumen DRAF BUKU AJAR MATAKULIAH EKONOMI TEKNIK (Halaman 40-46)