• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Overhead Pabrik

Dalam dokumen U-niversitas. HKBPNommensen Medan (Halaman 159-200)

Lanjutan Soal 1:

BAB 8 Biaya Overhead Pabrik

Pembebanan biaya-biaya overhead pabrik kepada produk dapat dilakukan dengan lebih wajar dan akurat dan pengawasan atas biaya overhead pabrik itu dapat dilakukan dengan cermat. Di dalam biaya overhead, ada terkandung biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel tersebut tidak dapat kita hubungkan secara langsung terhadap produk yang dihasilkan.

8.1 Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak langsung terhadap produk. Contoh biaya overhead pabrik adalah pemakaian bahan penolong, pengawas mesin produksi, mandor , sewa, pajak,asuransi, depresiasi, listrik dan lain-lain yang digunakan untuk fasilitas produksi.

Biaya overhead pabrik yang dicatat dalam persediaan barang dalam proses adalah berdasarkan pembebanan, bukan berdasarkan pemakaian, seperti pemakaian bahan baku langsung dan pemakaian tenaga kerja langsung. Dalam hal pembebanan biaya overhead pabrik, perusahaan biasanya melakukan estimasi jumlah biaya overhead pabrik yang akan dipakai selama proses produksi. Estimasi itu berdasarkan tarif ditentukan dimuka.

Pembebanan biaya overhead pabrik akan mengakibatkan harga pokok produksi per unit akan berubah-ubah setiap periode. Perubahan itu diakibatkan dari:

a. Perubahan tingkat produksi setiap periode

b. Perubahan tingkat efisiensi produksi, misalnya pemakaian bahan penolong yang boros.

c. Biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar tidak merata selama satu tahun

d. Biaya overhead pabrik terjadi pada waktu-waktu tertentu, misalnya pembayaran PBB pabrik.

Pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan berdasarkan penggerak biaya (cost driver), yaitu aktivitas volume atau berdasarkan aktivitas non volume. Yang termasuk aktivitas volume adalah jam mesin, jumlah biaya bahan bakur, unit

langsung.

8.2 Kapasitas

Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan dimuka. Tarif yang dipergunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan biaya overhead pabrik juga tepat. Penentuan tarif biaya overhead pabrik dihitung berdasarkan taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas tertentu dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada kapasitas tersebut. Kapasitas yang dipilih tergantung pada apakah dipandang sebagai kepentingan jangka pendek atau jangka panjang.

Ada beberapa kapasistas, yaitu:

a. Kapasitas Teoritis (Theoretical Capacity)

Kapasitas teoritis disebut juga sebagai kapasitas maksimum atau ideal

capacity. Yaitu: output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak

dengan anggapan semuanya beroperasi secara sempurna. Kapasitas teoritis menganggap semua tenaga kerja dan mesin-mesin yang beroperasi pada puncak efisiensi dengan 100 % dari rencana kapasitas. Kapasitas teoritis tidaklah realistis, karena kapasitas ini mengabaikan adanya penghentian secara normal seperti adanya kerusakan mesin atau penghentian mesin akibat perawatan rutinitas. Kapasitas teoritis tidak dapat digunakan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik.

b. Kapasitas Praktis (Practical Capacity)

Kapasitas ini memperhitungkan penghentian secara normal, tetapi tidak mempertimbangkan adanya waktu luang karena tidak digunakan untuk menangani permintaan penjualan. Kapasitas praktis merupakan output maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien. Dengan demikian biaya kapasitas yang tidak digunakan tidak dibebankan ke produk. Manajer perusahaan biasanya memperkirakan kapasitas praktis sebesar 80% - 90% dari kapasitas teoritis. Kapasista praktis lebih realistis daripada kapasitas teoritis. Kapasitas praktis telah memperhitungkan adanya hari libur/ penundaan yang tidak dapat

Kapasitas normal biasanya telah memperhitungkan waktu luang karena pesanan produk yang terbatas dan ketidakefisienan tenaga kerja dan mesin pabrik. Dalam kapasitas normal telah mempertimbangkan rata-rata pesanan produksi dalam jangka panjang dan telah mempertimbangkan perubahan musim dan perubahan tahunan. Kapasitas normal merupakan dasar yang tepat dalam memperhitungkan besarnya biaya overhead pabrik.

d. Kapasitas Direncanakan Secara Nyata (expected actual capacity)

Kapasitas ini merupakan rencana produksi yang penting yang memenuhi kebutuhan penjualan pada tahun yang akan datang. Kapasitas ini biasnaya digunakan untuk jangka pendek, dimana tidak mempertimbangkan perubahan permintaan produk dimasa yang akan datang.

Gambar 8.1 Kapasitas

6.3 Alokasi Biaya Overhead Pabrik

Alokasi biaya overhead pabrik hanyalah suatu cara untuk membagi sekelompok biaya dan membebankannya ke berbagai sub unit. Alokasi biaya

Unit Waktu Kapasitas Teoritis Kapasitas Direncanakan Kapasitas Normal Kapasitas Praktis

overhead pabrik. Jumlah biaya overhead pabrik yang dialokasikan ke sub unit akan mempengaruhi harga penawaran, tingkat laba setiap produk dan perilaku manajer.

Di dalam suatu perusahaan, objek biaya merupakan departemen. Terdapat dua jenis departemen, yaitu departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung akan bertanggungjawab terhadap pembuatan sebuah produk. Departemen pendukung adalah departemen yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan suatu produk. Contohnya adalah departemen pemeliharaan, departemen personalia, departemen penyimpanan, dan lain-lain. Ketika departemen produksi dan departemen pendukung telah diidentifikasi, biaya overhead yang muncul di setiap departemen dapat ditentukan.

Setelah perusahaan dibagi-bagi ke dalam departemen produksi dan departemen pendukung, dan semua biaya overhead sudah ditelusuri ke setiap departemen produksi dan departemen pendukung, maka biaya yang ada di departemen pendukung akan dibebankan ke departemen produksi. Pembebanan biaya dari departemen pendukung ke departemen produksi akan menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang dibuata untuk menentukan biaya produk. Ini membuat biaya overhead pabrik yang diperoleh pada departemen produksi terdiri dari dua bagian, yaitu biaya overhead yang secara langsung ditelusuri ke departemen produksi, dan biaya overhead yang diperoleh dari pembebanan biaya overhead dari departemen pendukung.

Menurut Institute Of Management Accounting (IMA) dalam Hansen dan Mowen, terdapat beberapa tujuan dari alokasi biaya overhead pabrik, yaitu:

a. Memperoleh harga yang wajar dan saling menguntungkan b. Menghitung tingkat laba lini produk

c. Memperkirakan pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian d. Menilai persediaan

e. Memotivasi para manajer.

Metode alokasi biaya dari departemen dan aktivitas ke produk dikenal sebagai alokasi biaya, cost assignment, distribusi biaya ataupun pembagian biaya.

Alokasi Biaya Overhead Pabrik Dari Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi

6.3 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Ke Departemen Produksi

Departemen pendukung tidak mengerjakan produk secara langsung, biaya yang timbul dari departemen pendukung ini merupakan bagian daripada bagian biaya produksi dan harus dibebankan ke produk. Biaya yang timbul di departemen pendukung dan biaya yang harus ditanggungnya merupakan biaya produksi, yaitu biaya overhead pabrik. Karena biaya-biaya tersebut termasuk biaya overhead pabrik, maka biaya tersebut harus dibebankan ke produk.

Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen produksi yang menikmati jasa yang diberikan oleh departemen pendukung. Dasar mengalokasikan departemen pendukung ke departemen produksi dapat berupa jumlah pemakaian jasa, luas lantai dan lain-lain. Dasar alokasi yang dipilih haruslah menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara jumlah jasa yang diberikan dengan jumlah biaya yang timbul.

Biaya yang terjadi di departemen pendukung merupakan biaya tidak langsung bagi departemen produksi. Biaya tersebut harus dialokasikan ke departemen produksi.

Terdapat 3 metode perhitungan alokasi biaya overhead pabrik, yaitu a. Metode Langsung Langkah 1: Biaya Departemen Pendukung Dialokasikan Ke Dpeartemen Produksi Langkah 2: Biaya Departemen Produksi, Ditambah Alokasi Biaya Departemen Pendukung, Dibebankan Ke Produk Memakai Tarif Overhead Departemen Departemen Pendukung Departemen Pendukung Departemen Pendukung Departemen Produksi Departemen Produksi Produk

Metode Langsung

Metode langsung merupakan metode sederhana. Semua biaya yang terjadi di departemen pendukung secara langsung dialokasikan ke departemen produksi. Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh departemen pendukung lainnya. Meskipun terjadi suatu departemen pendukung menikmati jasa departemen pendukung lainnya, namun terhadap departemen tersebut tidak dibebani biaya pemakaian jasa.

Gambar 8.3

Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Langsung

Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Pendukung 2 Dept Pendukung 1 Dept Produksi A Dept Produksi B Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 2 Dept Pendukung 1 Dept Produksi A Dept Produksi B Kosong Setelah Dialokasikan Kosong Setelah Dialokasikan

Contoh 1

PT. Mentari Indonesia memproses produknya melalui dua departemen produksi yaitu departemen produksi 1 dan departemen produksi 2. Untuk kelancaran proses produksi deparemen produksi terdapat 3 departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan. PT. Mentari Indonesia melakukan pengalokasian biaya overhead pabrik dengan metode langsung. Biaya yang terjadi di departemen bengkel dialokasikan ke departemen produksi sesuai dengan jam kerja langsung (JKL) yang dikonsumsi oleh departemen produksi. Sedangkan biaya yang terjadi di departemen perawatan dialokasikan ke departemen produksi sesuai dengan perbandingan luas lantai (LL). Biaya yang terjadi di departemen listrik dialokasikan ke departemen produksi memakai kwh listrik. Berikut adalah data-data yang ada di PT. Mentari Indonesia:

Departemen Listrik (kwh) Bengkel (JKL) Perawatan (LL)

Listrik - 200.000 128.000 Bengkel 700.000 - 72.000 Perawatan 800.000 120.000 -Produksi 1 1.200.000 300.000 560.000 Produksi 2 1.300.000 180.000 840.000 Total 4.000.000 800.000 1.600.000

Biaya overhead pabrik yang terpakai selama 31 Maret 2015:

Departemen Listrik Rp 8.500.000

Departemen Bengkel Rp 6.825.000

Departemen Perawatan Rp 4.850.000

Departemen Produksi 1 Rp 952.000

Departemen Produksi 2 Rp 456.000

Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk untuk departemen produksi 1 berdasarkan tarif per jam tenaga kerja langsung, sedangkan departemen produksi 2 berdasarkan tarif per jam mesin. Kapasitas normal di departemen produksi 1 sebesar 15.000 JKL dan departemen produksi 2 sebesar 12.600 jam mesin.

Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh

Departemen Produksi 1 = 1.200.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 4.080.000 2.500.000 kwh

Departemen Produksi 2 = 1.300.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 4.420.000 2.500.000 kwh

Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000

Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000

Total Pemakaian JKL 480.000

Alokasi Departemen Bengkel Ke:

Departemen Produksi 1 = 300.000 X Rp6.825.000 = Rp 4.265.625 480.000

Departemen Produksi 2 = 180.000 X Rp6.825.000 = Rp 2.559.375 480.000

Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 600.000 LL Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 800.000 LL

Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL

Alokasi Departemen Perawatan Ke:

Departemen Produksi 1 = 560.000 X Rp 4.850.000 = Rp 1.940.000 1.400.000

Departemen Produksi 2 = 840.000 X Rp 4.850.000 = Rp 2.910.000 1.400.000

Listrik (Rp) Bengkel (Rp) Perawatan (Rp) Produksi 1 (Rp) Produksi 2 (Rp)

Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625 Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 4.080.000 4.420.000 Alokasi Dari Bengkel (JKL) (6.825.000) 4.265.625 2.559.375 Alokasi Dari Perawatan (LL) (4.850.000) 1.940.000 2.910.000 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 0 11.237.625 10.332.000

Aktivitas Normal 15.000 JKL 12.600 JM

Tarif Biaya Overhead Pabrik 749,175 820

Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik

Metode ini mengalokasikan biaya dari departemen pendukung secara bertahap. Metode ini telah memperhitungkan adanya pemakaian jasa dari departemen pendukung lainnya. Oleh karena itu, departemen pendukung yang menikmati jasa dari departemen pendukung yang lain haruslah dibebani biaya. Biaya yang terjadi dalam suatu departemen pendukung akan dialokasikan kepada semua departemen yang menikmati jasa departemen tersebut. Departemen pendukung yang telah mengalokasikan semua biaya tidak akan mendapatkan alokasi biaya dari departemen pendukung yang lain. Umumnya urutan alokasi dilakukan terlebih dahulu dari departemen pendukung yang jumlah biayanya paling besar dibandingkan dengan departemen pendukung lainnya.

Contoh 2

Memakai contoh 1, tetapi memakai metode bertahap tanpa timbal balik.

Dari ketiga departemen pendukung, yaitu departemen listrik, departemen bengkel dan departemen perawatan, maka departemen yang terlebih dahulu mengalokasikan biayanya adalah departemen listrik. Ini disebabkan, karena dari ketiga departemen pendukung, departemen listrik yang paling besar jumlah biaya overhead.

Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Metode Bertahap Tanpa Timbal Balik

Pemakaian Listrik Oleh Departemen Bengkel 700.000 kwh

Pemakaian Listrik Oleh Departemen Perawatan 800.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 1 1.200.000 kwh Pemakaian Listrik Oleh Departemen Produksi 2 1.300.000 kwh

Total Pemakaian Listrik 4.000.000 kwh

Alokasi Departemen Listrik Ke:

Departemen Bengkel = 700.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 1.487.500 4.000.000 kwh Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B Dept Pendukung 2 Dept Pendukung 1 Dept Produksi A Dept Produksi B Kosong Setelah Dialokasikan Dept Pendukung 2 Dept Pendukung 1 Dept Produksi A Dept Produksi B Kosong Setelah Dialokasikan Kosong Setelah Dialokasikan

4.000.000 kwh

Departemen Produksi 1 = 1.200.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 2.550.000 4.000.000 kwh

Departemen Produksi 2 = 1.300.000 kwh X Rp8.500.000 = Rp 2.762.500 4.000.000 kwh

Departemen Pendukung Departemen

Listrik (Rp) Bengkel (Rp) Perawatan (Rp) Produksi 1 (Rp) Produksi 2 (Rp)

Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625 Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 1.700.000 2.550.000 2.762.500 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 8.312.500 6.550.000 3.502.000 3.205.125

Pemakaian JKL Oleh Departemen Perawatan 120.000

Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 1 300.000

Pemakaian JKL Oleh Departemen Produksi 2 180.000

Total Pemakaian JKL 600.000

Alokasi Departemen Bengkel Ke:

Departemen Perawatan = 120.000 X Rp8.312.500 = Rp 1.662.500 600.000 Departemen Produksi 1 = 300.000 X Rp8.312.500 = Rp 4.156.250 600.000 Departemen Produksi 2 = 180.000 X Rp8.312.500 = Rp 2.351.009 600.000

Departemen Pendukung Departemen

Listrik (Rp) Bengkel (Rp) Perawatan (Rp) Produksi 1 (Rp) Produksi 2 (Rp)

Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625 Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813

Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 1 560.000 LL Pemakaian Luas Lantai Oleh Departemen Produksi 2 840000 LL

Total Pemakaian JKL 1.400.000 LL

Alokasi Departemen Perawatan Ke:

Departemen Produksi 1 = 560.000 X Rp 6.833.254 = Rp 2.733.301,6 1.400.000

Departemen Produksi 2 = 840.000 X Rp 6.833.254 = Rp 4.099.952,4 1.400.000

Departemen Pendukung Departemen

Listrik (Rp) Bengkel (Rp) Perawatan (Rp) Produksi 1 (Rp) Produksi 2 (Rp)

Biaya Overhead Sebelum Alokasi 8.500.000 6.825.000 4.850.000 952.000 442.625 Alokasi Dari Listrik (kwh) (8.500.000) 1.487.500 320.754 3.849.056 4.169.813 Alokasi Dari Bengkel (JKL) - (8.312.500) 1.662.500 4.156.250 2.493.750 Alokasi Dari Perawatan (LL) - - (6.833.254) 2.733.301,6 4.099.952,4 Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 0 0 0 11.690.607,6 11.206.140,4

Aktivitas Normal 15.000 JKL 12.600 JM

Tarif Biaya Overhead Pabrik 779,37 889,37

Metode Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)

Metode ini mengalokasikan semua biaya yang terjadi di departemen pendukung kepada semua departemen pendukung lainnya dan departemen produksi yang menikmati jasanya. Selain dialokasikan ke departemen produksi, biaya yang terjadi di departemen pendukung juga akan dialokasikan ke departemen pendukung lain. Metode ini akan mengalokasikan biaya secara berulang-ulang. Karena departemen pendukung yang telah dialokasikan biayanya ada kemungkinan menerima biaya dari departemen pendukung lain.

Dasar alokasi biaya departemen pendukung yang satu ke departemen pendukung yang lain terlebih dahulu dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika. Dengan metode aljabar, jumlah biaya departemen pendukung setelah

akan dialokasikan ke departemen produksi secara langsung.

Setiap departemen pendukung dibuatkan persamaan matematika. Biaya departemen pendukung setelah mendapatkan alokasi dari departemen pendukung yang lain adalah biaya departemen yang bersangkutan sebelum mendapat alokasi ditambah alokasi dari departemen pendukung yang lain.

Gambar 8.5

Tahapan Alokasi Biaya Overhead Pabrik

Metode Bertahap Bertahap Dengan Timbal Balik (Metode Aljabar)

Contoh 3

Sebuah perusahaan pabrik pupuk memproduksikan pupuk yang melalui 3 departemen produksi, yaitu departemen X, departemen Y dan departemen Z. Untuk kelancaran proses produksi didukung oleh 2 departemen pendukung m yaitu departemen P dan departemen Q. Berikut ini data-data yang diperoleh dari perusahaan tersebut:

Departemen Biaya Overhead Pabrik (Rp) Kapasitas Normal

X 7.595.000 50.000 JKL

Y 8.300.000 30.000 JM

Z 3.865.000 25.000 JKL

P 20.000.000

Q 17.600.000

Biaya yang terjadi di departemen pendukung akan dialokasikan ke departemen produksi dengan mempertimbangkan jasa timbal balik antar departemen pendukung.

Dept Pendukung 1 Dept Pendukung 2 Dept Produksi A Dept Produksi B

departemen pendukung dapat kita lihat dibawah ini:

Departemen

Persentase Pemakaian Jasa

Departemen Produksi Departemen Pendukung

X Y Z P Q

P 30 % 40 % 20 % - 10%

Q 25 % 20 % 35 % 20%

-Perusahaan ini membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan menggunakan tarif departemen.

Misalkan Departemen P sebagai P dan departemen Q sebagai Q.

Persamaan 1 P = Rp 20.000.000 + 20% Q Persamaan 2 Q = Rp 17.600.000 + 10% P P = Rp 20.000.000 + 20% Q P = Rp 20.000.000 + 0,2 (Rp 17.600.000 + 0,1 P) P = Rp 20.000.000 + Rp 3.520.000 + 0,02 P 0,98 P = Rp 23.520.000 P = Rp 24.000.000 Q = Rp 17.600.000 + 0,1 (Rp24.000.000) Q = Rp 17.600.000 + Rp 2.400.000 Q = Rp 20.000.000

Alokasi Departemen Pendukung P ke:

Departemen Pendukung Q = 10% x Rp 24.000.000 = Rp 2.400.000 Departemen Produksi X = 30% x Rp 24.000.000 = Rp 7.200.000 Departemen Produksi Y = 40% x Rp 24.000.000 = Rp 9.600.000 Departemen Produksi Z = 20% x Rp 24.000.000 = Rp 4.800.000

Departemen Pendukung P = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000 Departemen Produksi X = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000 Departemen Produksi Y = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000 Departemen Produksi Z = 25% x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000

Departemen Produksi Departemen Pendukung

X (Rp) Y (Rp) Z (Rp) P (Rp) Q (Rp)

Biaya Overhead Sebelum Alokasi 7.595.000 8.300.000 3.865.000 20.000.000 17.600.000 Alokasi Dari Departemen P 7.200.000 9.600.000 4.800.000 (24.000.000) 2.400.000 Alokasi Dari Departemen Q 5.000.000 4.000.000 5.000.000 4.000.000 (20.000.000) Biaya Overhead Pabrik Setelah Alokasi 19.795.000 21.900.000 15.665.000 0 0 Aktivitas Normal 50.000 JKL 30.000 JM 25.000 JKL

1. CV. Sentosa mempunyai 3 departemen pendukung dan 2 departemen produksi. Departemen jasa terdiri dari departemen bangunan, departemen administrasi dan departemen listrik, sedangkan departemen produksi terdiri dari departemen pemotongan dan departemen penampungan. Masing-masing departemen bertanggungjawab atas masing-masing fungsi. Berikut ini adalah anggaran biaya overhead pabrik tahunan

Departemen Biaya (Rp) Luas

Lantai Jumlah Pegawai Jam Tenaga Listrik Pemotongan Perampungan Bangunan Administrasi Listrik 138.000.000 48.000.000 120.000.000 80.000.000 65.000.000 250 150 75 125 30 30 20 15 20 5 180 120 30 50 25

Dasar alokasi bangunan berdasarkan luas lantai, departemen administrasi berdasarkan jumlah pegawai, dan departemen listrik berdasarkan jam tenaga listrik. Ditetapkan bahwa departemen pemotongan memakai 3.000 jam mesin dan departemen perampungan memakai 2.000 jam mesin. Departemen pemotongan dan departemen perampungan pembebananya berdasarkan jam mesin.

Diminta:

a. Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan menggunakan metode langsung !

b. Hitunglah tarif departemen pemotongan dan departemen perampungan ! 2. Tuan Sihombing mempunyai usaha manufaktur dimana di dalam proses

operasionalnya menggunakan 2 departemen pendukung da 3 departemen produksi. Pembebanan biaya overhead pabrik ke produk menggunakan tarif yang ditentukan dimuka. Perhitungan tarif dilakukan dengan mendasarkan pada kapasitas normal. Berikut ini data anggaran biaya overhead langsung departemen dan data kapasitas normal:

Departemen Produksi: Departemen X Departemen Y Departemen Z 8.500.000 10.500.000 6.000.000 30.000 JKL 60.000 JM 50.000 JKL Departemen Pendukung: Departemen P Departemen Q 10.000.000 8.800.000

Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik, transfer jasa antar departemen pendukung juga diperhitungkan. Berikut ini adalah persentase penggunaan jasa dari departemen pendukung:

Departemen Pendukung

Pemakaian Departemen Pendukung

Jumlah

Departemen Produksi Departemen

Pendukung

X Y Z P Q

Departemen P 25 % 40 % 25 % - 10 % 100 %

Departemen Q 20 % 30 % 30 % 20 % - 100 %

Diminta: Hitunglah tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi dengan menggunakan metode aljabar!

3. CV. Sehat Indah beroperasi dengan menggunakan 3 departemen produksi dan 2 departemen pendukung. Berikut ini adalah data biaya yang dianggarkan dan data aktivias untuk periode yang akan datang:

Departemen Pendukung Departemen Produksi Listrik Perawatan A B C

Biaya Overhead (Rp) 60.000 110.000 800.000 500.000 330.000 Unit Produksi 150.000 unit 180.000 unit 220.000 unit JKL 110.000 57.000 36.000 Jumlah Jam Perawatan 1.000 jam 300 jam 1.500 jam 5,500 jam 2.000 jam Jumlah kwh 800 kwh 4.400 kwh 5.600 kwh 4.800 kwh 5.200 kwh

Perusahaan mengalokasikan biaya departemen listrik dengan menggunakan dasar pemakaian listrik (kwh), dan mengalokasikan biaya departemen perawatan berdasarkan jam perawatan. Tarif biaya overhead pabrik untuk departemen A berdasarkan JKL, untuk departemen B dan departemen C berdasarkam unit produksi.

Diminta: Alokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi dengan menggunakan alokasi metode bertahap tanpa timbal balik dan tentukan tarif biaya overhead untuk setiap departemen.

dua departemen produksi, yaitu departemen pencampuran, dan departemen penyelesaian, dua departemen jasa, yaitu departemen gudang dan departemen administrasi dan umum. Perusahaan menghitung tarif biaya overhead pabrik departemen pencampuran berdasarkan jam mesin, departemen penyelesaian berdasarkan tenaga kerja langsung. Dasar alokasi biaya overhead departemen gudang berdasarkan luas lantai, dan departemen administrasi umum berdasarkan jumlah karyawan. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik dari departemen jasa ke departemen produksi menggunakan metode langsung. Berikut ini merupakan data anggaran biaya overhead sebelum dialokasikan:

Departemen Biaya Overhead

Pencampuran Rp 120.000.000

Penyelesaian Rp 100.000.000

Gudang Rp 75.000.000

Administrasi Dan Umum Rp 60.000.000

Hasil penelitian pabrik awal periode:

Departemen Luas Lantai Jumlah Karyawan Jam Mesin Jam Tenaga Kerja Langsung Pencampuran 3.000 42 5.000 12.000 Penyelesaian 2.000 98 6.000 10.000 Gudang 1.500 34 - -Administrasi Dan Umum 1.000 26 -

-Proporsi Biaya overhead pabrik variabel dan tetap adalah:

Departemen Variabel Tetap

Pencampuran 40 % 60 %

Penyelesaian 35 % 65 %

Diminta:

a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik departemen jasa ke departemen produksi!

b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap masing-masing departemen produksi

5. PT. Seroja berproduksi melalui empat departemen yang terdiri dari dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Departemen produksi terdiri dari departemen produksi I dan departemen produksi II. Sedangkan departemen jasa

departemen penunjang ke departemen produksi adalah sebagai berikut:

Departemen Jumlah Biaya Overhead

(Rp)

Dasar Alokasi

Produksi I 250.000.000 Jam Mesin

Produksi II 172.000.000 JTKL

Jasa X 168.000.000 Luas Lantai

Jasa Y 60.000.000 Jumlah Karyawan

Penelitian dasar pembebanan biaya overhead pada awal periode adalah sebagai berikut:

Departemen Luas Lantai Jumlah

Karyawan Jam Mesin JTKL Produksi I 4.000 100 20.000 8.000 Produksi II 4.000 60 10.000 10.000 Jasa X 2.500 40 Jasa Y 2.000 10

Proporsi biaya overhead variabel dan tetap pada departemen produksi sebagai berikut:

Departemen Variabel Tetap

Produksi I 60 % 40 %

Produksi II 40 % 60 %

Diminta: dari data yang tertera diatas, maka:

a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen penunjang ke departemen produksi dengan menggunakan metode tanpa timbal balik dan metode dengan timbal balik (metode aljabar)!

b. Hitung tarif overhead pabrik variabel dan tetap!

6. CV Indah mempunyai empat departemen, dimana dua departemen produksi dan dua departemen pembantu. Departemen produksi adalah departemen pengolahan dan departemen pengepakan. Departemen pembantu adalah departemen kafetaria dan departemen bangunan. Anggaran biaya overhead masing-masing departemen adalah: departemen pengolahan sebesar Rp

105.000.000,- .Berikut ini data-data dari masing-masing departemen: Departemen Luas Lantai Jlh Karyawan Jam Mesin Jam TKL Pengolahan 4.000 42 5.000 12.000 Pengepakan 2.000 98 6.000 10.000 Kafetaria 1.500 34 Bangunan 1.000 26

Proporsi biaya overhead untuk departemen pengolahan, variabel sebesar 40 % dan tetap sebesar 60 %. Proporsi biaya overhead untuk departemen pengepakan, variabel sebesar 30 % dan tetap sebesar 70 %

Diminta: Dengan memakai metode langsung, ,metode bertahap tidak timbal balik dan metode aljabar, maka:

a.Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dari departemen pembantu ke departemen produksi.

b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik variabel dan tetap

7. Sebuah pabrik di daerah KIM, melakukan proses produksi dengan melalui empat departemen, dimana terdiri dari dua departemen produksi (departemen produksi A dan departemen produksi B) dan dua departemen jasa (departemen jasa X dan departemen jasa Y). Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif ditentukan dimuka. Tarif overhead departemen produksi A berdasarkan jam kerja langsung dan tarif overhead departemen produksi B berdasarkan jam mesin. Dasar pengalokasian biaya overhead untuk departemen jasa X berdasarkan jumlah karyawan, dan departemen jasa Y berdasarkan jam tenaga listrik. Berikut ini merupakan informasi data-data yang berhubungan dengan alokasi dan perhitungan tarif overhead pabrik untuk masing-masing departemen:

Departemen Jam Tenaga Listrik Jumlah Karyawan Jam Tenaga Kerja Jam Mesin Biaya Overhead (Rp) Produksi A 3.000 90 2.500 3.500 112.500.000 Produksi B 1.800 90 2.100 5.000 322.500.000 Jasa X 1.200 15 - - 500.000.000 Jasa Y 1.000 20 - - 195.000.000

ke departemen produksi!

b. Hitunglah tarif overhead masing-masing departemen produksi!

8. PT. Mentari Indah memiliki 2 departemen pendukung dan 2 departemen produksi. Biaya dan penggunaan jasa departemen tersebut adalah sebagai berikut:

Departemen Pendukung Departemen Pemakai Jasa

Departemen Pendukung Departemen Produksi

X Y A C

X - 50 % 20 % 30 % Y 40 % - 20 % 40 % Biaya Overhead Pabrik (Rp) 10.000.000 20.000.000 40.000.000 60.000.000

BAB 8 Biaya Overhead Pabrik

Pembebanan biaya-biaya overhead pabrik kepada produk dapat dilakukan

Dalam dokumen U-niversitas. HKBPNommensen Medan (Halaman 159-200)

Dokumen terkait