9. INVESTMENTS IN ASSOCIATED COMPANIES (Continued)
13. BIAYA PENGEMBANGAN PROYEK (Lanjutan) PROJECT DEVELOPMENT COSTS (Continued)
a. Proyek Karet a. Rubber Project
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, biaya yang dikeluarkan BSP dan Anak perusahaan untuk Proyek Karet sehubungan dengan rencana proyek pengembangan perkebunan karet di Bengkulu dengan luas areal 3.528 Ha. Biaya yang telah dikeluarkan untuk proyek ini
merupakan biaya survey lapangan,
pengurusan perijinan, dan operasional kebun.
As of June 30, 2010, cost incurred by BSP and Subsidiaries for Rubber Project is related to the development of the project plan of rubber in Bengkulu of 3,528 Ha. The disbursement for this project is for surveys, license processing, and plant operational costs.
b. Proyek Pesisir b. Pesisir Project
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, biaya yang dikeluarkan BSP dan Anak perusahaan untuk Proyek Pesisir sehubungan dengan rencana proyek pengembangan perkebunan kelapa sawit di Desa Rawang Bubur,
Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan,
Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dengan luas areal 3.000 Ha, merupakan biaya survey lapangan, pengurusan perijinan dan rencana pengembangan areal kebun.
As of June 30, 2010, costs incurred by BSP and Subsidiaries for Pesisir Project regarding the development the project plan of oil palm
plantations in Rawang Bubur Village,
Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, West Sumatra of 3,000 Ha, which consisted of surveys, license processing and land development plan costs.
c. Proyek Internasional c. International Project
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, biaya yang dikeluarkan BSP dan Anak perusahaan
untuk Proyek Internasional sehubungan
dengan rencana proyek pengembangan
perkebunan karet seluas 4.000 Ha dan perkebunan kelapa sawit seluas 4.000 Ha di Liberia, Afrika Barat, merupakan biaya survey lapangan dan pengurusan perijinan.
As of June 30, 2010, costs incurred by BSP and Subsidiaries for International Project in relation to the development project plan of 4,000 Ha of rubber and 4,000 Ha of oil palm plantations in Liberia, West Africa, which consisted of surveys and license processing costs.
d. Proyek Sarolangun d. Sarolangun Project
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, rencana pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Sarolangun telah sampai pada
pemetaan lahan seluas 6.378 Ha,
land clearing 2.154 Ha, pembangunan
jalan dan jembatan produksi lebar 7M sepanjang 18.198 meter, pembangunan jalan dan jembatan koleksi lebar 5M sepanjang 69.705 meter, pembibitan 499.612 pokok dan penanaman seluas 1.920 Ha.
As of June 30, 2010, the development of the project plan of oil palm plantations in Kabupaten Sarolangun has achieved the blocking of an area amounting to 6,378 Ha, land clearing of 2,154 Ha, infrastructure road and bridge for production of 7M width of 18,198 metres, infrastructure road and bridge for collection of 5M width of 69,705 metres, 499,612 seedlings and planting of 1,920 Ha.
13. BIAYA PENGEMBANGAN PROYEK (Lanjutan) 13. PROJECT DEVELOPMENT COSTS (Continued)
e. Proyek Seed Processing Unit e. Seed Processing Unit Project
Pada tahun 2008, BSP mengembangkan kegiatan operasinya di bidang pembibitan yang berlokasi di Kisaran. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan usaha yang meliputi biaya penelitian dan perawatan bibit tanaman.
In 2008, BSP expanded it’s operations in its seed processing unit located in Kisaran. As of June 30, 2010, costs incurred in relation to
the development project consisted of
research and development and seed
maintenance costs.
f. Proyek Tebo f. Tebo Project
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010 rencana pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Muara Tebo telah sampai pada
pemetaan lahan seluas 6.225 Ha,
land clearing 538,12 Ha, pembangunan jalan dan jembatan produksi lebar 7M sepanjang 7.493 meter, pembangunan jalan dan jembatan untuk pengumpulan dengan lebar 5M sepanjang 28.469 meter, pembibitan 17.867 pokok dan penanaman kelapa sawit seluas 532,43 Ha.
As of June 30, 2010, the development of the project plan of oil palm plantations in
Kabupaten Muara Tebo has already
achieved the blocking of an area of 6,225 Ha, land clearing of 538.12 Ha, infrastructure road and bridge for production of 7M width of 7,493 meters, infrastructure road and bridge for collection of 5M width of 28,469 meters, 17,867 seedlings and oil palm planting of 532.43 Ha.
g. Proyek Batanghari g. Batanghari Project
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, biaya yang dikeluarkan untuk proyek Batanghari
sehubungan dengan rencana proyek
pengembangan perkebunan karet merupakan biaya dalam rangka survey lapangan dan pengurusan perijinan.
As of June 30, 2010, the costs incurred for Batanghari project in relation to the rubber development project plan consisted of surveys and license processing costs.
h. Proyek NTT Busdev h. NTT Busdev Project
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, biaya yang dikeluarkan untuk proyek NTT Busdev
sehubungan dengan rencana proyek
pengembangan perkebunan kelapa sawit merupakan biaya dalam rangka survey
lapangan dan pengurusan perijinan.
Manajemen Anak perusahaan, PT Agrowiyana (AGW), berkeyakinan bahwa proyek tersebut tidak akan menghasilkan manfaat di masa depan dan melakukan penghapusan proyek tersebut.
As of June 30, 2010, the costs incurred for NTT Busdev project in relation to the palm oil
development project plan consisted
of surveys and license processing.
The management of the Subsidiary,
PT Agrowiyana (AGW), believes that there will be no future benefits relating to the project and written-off this project.
13. BIAYA PENGEMBANGAN PROYEK (Lanjutan) 13. PROJECT DEVELOPMENT COSTS (Continued)
i. Proyek Merauke i. Merauke Project
Sampai dengan tanggal 30 Juni 2010, biaya yang dikeluarkan untuk proyek Merauke
sehubungan dengan rencana proyek
pengembangan perkebunan tebu merupakan biaya dalam rangka survey lapangan dan
pengurusan perijinan. Manajemen AGW
berkeyakinan bahwa proyek tersebut tidak akan menghasilkan manfaat di masa depan dan melakukan penghapusan proyek tersebut.
As of June 30, 2010, costs incurred for Merauke project in respect of the sugar cane development project plan consisted of surveys and license processing costs. The management of AGW believes that there will be no future benefits relating to the project and written-off this project.
Proyek pipa dan besi baja (Kertapati) merupakan proyek pipanisasi jaringan distribusi bahan bakar minyak (BBM) dari Kertapati ke Jambi sepanjang 300 km oleh PT Bakrie Harper Corporation (BHC), Anak Perusahaan, yang telah dimulai sejak 19 Mei
1997. Proyek tersebut berbentuk “Build dan Rent”
(B&R), dimana BHC merencanakan akan
membangun dan mengoperasikan jaringan
tersebut sedangkan PT Pertamina (Persero) akan menyewa jaringan tersebut dari BHC. Akibat kondisi ekonomi yang memburuk, proyek tersebut untuk sementara dihentikan dan Pertamina bermaksud untuk menegosiasikan kembali proyek tersebut. Pada tahun 2001, BHC dan Pertamina telah menilai kewajiban Pertamina kepada BHC (Catatan 39c). Pada tanggal 31 Desember 2009,
manajemen memutuskan untuk membentuk
penyisihan penuh atas nilai proyek tersebut, karena belum ada kejelasan tentang kelanjutan proyek tersebut dan adanya ketidakpastian kapan dana yang telah dikeluarkan untuk membiayai proyek tersebut dapat tertagih.
Pipe and steel project (Kertapati) is an oil distribution network pipeline from Kertapati to Jambi with a distance of 300 kilometers and was started on May 19, 1997. The project is a “Build and Rent” (B&R), whereby PT Bakrie Harper Corporation (BHC), Subsidiary, planned to build and operate the network, which would have been rented by PT Pertamina (Persero). Due to the adverse economic condition, the project has been temporarily halted and PT Pertamina (Persero) intends to renegotiate the project. In 2001, BHC and Pertamina have evaluated Pertamina’s obligation to BHC (Note 39c). As of December 31, 2009 , the management decided to provide full allowance on the project value due to the uncertainty on whether the project will be continued and when the funds utilized to finance such project will be collectible.
Pengembangan proyek Kawasan Industri Terpadu merupakan proyek pengadaan kawasan industri yang berlokasi di Lampung dan Sumatera Selatan. Kawasan tersebut akan meliputi area seluas 1.314 hektar yang baik dan nyaman dengan jaringan distribusi mudah dan lengkap. Proyek tersebut untuk sementara terhenti akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Berdasarkan penelaahan atas Aset tersebut, manajemen berkeyakinan tidak terdapat indikasi penurunan nilai proyek.
The Integrated Industrial Estate Project is a project providing an industrial site to be located in Lampung and South Sumatra. This estate covers a total area of 1,314 hectares of good and suitable area with easy access and an adequate distribution network. This project has been temporarily halted because of the economic condition in Indonesia. Based on the review of the asset, the Company’s management believes that there is no condition or event indicating impairment of the project.
Pengembangan proyek telekomunikasi merupakan biaya proyek telekomunikasi yang dikeluarkan oleh PT Multi Kontrol Nusantara, untuk proyek di Bengalon dan Sangata, Kalimantan Timur.
Telecommunications project development
represents telecommunication expenses for Bengalon and Sangata, East Kalimantan project incurred in PT Multi Kontrol Nusantara.