• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

VI ANALISIS SISTEM USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

6.3 Analisis Pendapatan Usahatani 1 Penerimaan Usahatan

6.3.2 Biaya Usahatan

Biaya total yang dikeluarkan petani padi ramah lingkungan dalam satu musim tanam diperoleh rata-rata sebesar Rp 10.215.354,00/ha. Biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari total penggunaan biaya tunai dan biaya yang

Harga

Usahatani Satuan Volume

(GKG) (Rp/satuan)

Nilai (Rp)

Ramah Lingkungan kg 6.665,54 2.468,28 16.452.414,47 Konvensional kg 3.931,70 2.535,48 9.968.755,26

diperhitungkan. Tabel 18 menunjukkan bahwa biaya tunai dan biaya diperhitungkan memiliki proporsi yang relatif sama dalam stuktur biaya total. Biaya tunai yang dikeluarkan petani sebesar Rp 5.342.457,45/ha atau sekitar 52,30 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam satu musim tanam, sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp 4.872.896,55/ha atau 47,70 persen dari total biaya yang digunakan dalam satu musim tanam usahatani.

Tabel 18 Biaya Usahatani Padi Ramah Lingkungan Metode SRI Pada Musim Tanam (MT) Periode Agustus-November Tahun 2007 (Hektar)

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp) Persentase (%)

1. Biaya tunai Biaya variabel

• Benih 63.988,42 0,63

• Obat-obatan organik1 35.861,84 0,35

• Obat-obatan non organik2 11.984,21 0,12

• TKLK 4.668.440,13 45,7

• Biaya pengairan (ulu-ulu) 122.720,13 1,2

• Mengangkut hasil panen 311.370,51 3,05

• Pembelian karung 102.546,71 1 Biaya tetap • Pajak 25.545,49 0,25 Sub total 5.342.457,45 52,3 2. Biaya diperhitungkan Biaya variabel • Benih 25.638,95 0,25 • Pupuk bokashi 1.827.773,68 17,89 • MOL 245.131,58 2,4 • TKDK 716.555,92 7,01 • Sewa saprotan 39.947,37 0,39 • Sewa lahan 1.689.977,96 16,54 Biaya tetap • Penyusutan alat 327.871,09 3,21 Sub total 4.872.896,55 47,7 3. Total biaya 10.215.354,00 100 1

Bioscore dan saputera nutrien

2 Pestisida meothrin dan decis

Berdasarkan data yang diperoleh, penggunaan biaya dalam usahatani padi ramah lingkungan sebagian besar dialokasikan untuk membayar upah tenaga kerja, pengadaan pupuk dan sewa lahan. Hal yang sama ditemukan pula pada usahatani padi konvensional. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi

ramah lingkungan metode SRI sebagian besar menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah TKLK sebesar Rp 4.668.440,13/ha atau sekitar 45,70 persen dari total kebutuhan biaya usahatani, sementara pengeluaran untuk biaya pengadaan pupuk bokashi sebesar Rp 1.827.773,68/ha (17,89 %) kemudian disusul sewa lahan sebesar Rp 1.689.977,96 (16,54 persen).

Biaya diperhitungkan untuk membayar upah tenaga kerja dalam keluarga relatif kecil yaitu Rp 716.555,92/ha atau hanya 7,01 persen dari total kebutuhan biaya total. Artinya, kegiatan dalam usahatani tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh tenaga kerja keluarga sehingga kekurangan tenaga kerja sebanyak 86,69 persen dicukupi dengan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Hal ini akan berdampak pada besarnya biaya tunai yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja. Dengan demikian, petani harus memperhatikan kebutuhan tenaga yang benar-benar diperlukan untuk menggarap sawahnya, sehingga pemborosan biaya karena penggunaan tenaga kerja yang berlebihan dapat diminimalisir.

Biaya pengadaan pupuk bokashi dan sewa lahan termasuk kedalam biaya yang diperhitungkan karena pengadaan pupuk bokashi sepenuhnya dibuat sendiri dan lahan yang digarap petani padi ramah lingkungan seluruhnya merupakan lahan milik sendiri. Biaya sewa lahan termasuk kedalam biaya variabel dikarenakan sistem sewa berdasarkan produktivitas lahan. Berdasarkan keterangan dari petani, sewa lahan dapat dilakukan dengan membayar 10 persen dari penerimaan hasil panen. Rincian penggunaan biaya dalam usahatani padi

ramah lingkungan metode SRI di Desa Ponggang baik satuan hektar maupun rata- rata perluasan lahan secara lengkap disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.

Tabel 19 memperlihatkan biaya total yang dikeluarkan petani padi konvensional sebesar Rp 8.078.657,24 per hektar. Bagian biaya total yang digunakan untuk biaya TKLK sebesar 43,59 persen atau Rp 3.521.232,78, pengadaan pupuk urea sebesar 12,74 persen (Rp 1.029.600,53) dan sewa lahan sebesar 12,34 persen (Rp 996.875,53), sisanya merupakan biaya TKDK, pupuk TSP, biaya pengairan dan lain-lain.

Tabel 19 Pengeluaran Usahatani Padi Konvensional Musim Tanam (MT) Periode Agustus-November Tahun 2007 (Rp/Ha)

No Pengeluaran usahatani Biaya Rp Persentase (%)*

1 Biaya tunai Biaya variabel Benih 18.037,89 0,22 • Pupuk padat : 1) Urea 1.029.600,53 12,74 2) TSP 184.763,16 2,29 3) Ponska 49.604,21 0,61

4) Pupuk pelengkap cair 60.001,05 0,74

• Obat-obatan kimia 234.492,63 2,90

• TKLK 3.521.232,78 43,59

• Biaya pengairan (ulu-ulu) 88.748,95 1,10

• Mengangkut hasil panen 464.287,89 5,75

• Pembelian karung 74.218,42 0,92

• Sewa saprotan 25.052,63 0,31

• Retribusi tanah desa (10%) 27.056,84 0,33 Biaya tetap • Pajak 16.121,37 0,20 Sub total 5.793.218,35 71,71 2 Biaya diperhitungkan Biaya variabel • Benih 149.626,84 1,85 • TKDK 987.301,44 12,22 • Sewa saprotan 11.273,68 0,14 • Sewa lahan 996.875,53 12,34 Biaya tetap • Penyusutan alat 140.361,39 1,74 Sub total 2.285.438,88 28,29 3 Total biaya 8.078.657,24 100,00

Informasi lain yang diperoleh yaitu bagian biaya tunai dan diperhitungkan memiliki proporsi yang berbeda dalam membentuk biaya total usahatani padi konvensional. Sebagian besar biaya yang dikeluarkan petani padi konvensional merupakan biaya tunai (71,71%) dan sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan (28,29%). Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan padi konvensional secara finansial sangat bergantung pada biaya tunai dalam pengadaan inputnya terutama pengadaan pupuk urea. Lebih lanjut, petani menggunakan pupuk urea jauh diatas jumlah yang disarankan oleh pemerintah.

Volume penggunaan urea oleh petani padi konvensional mencapai 765,98 kg/ha, sementara jumlah yang dianjurkan sebesar 200 kg/ha atau terjadi kelebihan penggunaan pupuk urea sekitar 565,98 kg. Penggunaan pupuk urea yang tidak rasional tersebut berdampak pada pemborosan biaya usahatani sebesar sebesar RP 1.029.594,87 (harga rata-rata urea Rp 1.344,15/kg). Jumlah tersebut tentunya menambah biaya total yang pada akhirnya berdampak pada pendapatan atas biaya total yang semakin rendah. Rincian biaya usahatani padi konvensional dapat dilihat pada Lampiran 7.

6.3.3 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani dianalisis dengan menggunakan konsep pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan petani terhadap komponen biaya- biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam usahatani. Sementara pendapatan atas biaya total diperoleh dari penerimaan petani yang dikurangkan dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam usahataninya, termasuk biaya yang

diperhitungkan. Sehingga hasil akhir dari pendapatan atas biaya total akan lebih rendah dari pendapatan tunai.

Informasi yang diperoleh dari hasil panen musim tanam (MT) periode Agustus-November tahun 2007, penjualan gabah hasil panen padi ramah lingkungan metode SRI menghasilkan nilai total produksi rata-rata sebesar Rp 16.452.414,47 per hektar. Sementara perolehan penjualan hasil panen padi konvensional rata-rata hanya sebesar Rp 9.968.755,2 per hektar. Perbedaan jumlah penerimaan pada dua usahatani tersebut dikarenakan tingkat produktivitas tanaman yang relatif berbeda cukup besar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Penerimaan petani merupakan pendapatan kotor yang belum dikurangi biaya usahatani. Pada umumnya, usahatani padi ramah lingkungan memiliki biaya usahatani yang lebih besar dibandingkan padi konvesional, terutama pada komponen biaya TKLK, pengadaan pupuk dan sewa lahan. Namun perbedaan tersebut tidak lebih dari 41 persen.

Tabel 20 memperlihatkan bahwa pendapatan usahatani padi ramah lingkungan ternyata memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan usahatani padi konvensional meskipun memiliki biaya total usahatani yang lebih besar. Petani padi ramah lingkungan memperoleh pendapatan atas biaya tunai Rp 11.109.957,02/ha. Sementara bila diperhitungkan pengeluaran yang tidak dibayar petani maka petani hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp Rp 6.237.060,47 per hektar. Hal yang sama pada pendapatan usahatani padi konvensional dimana petani hanya menerima pendapatan atas biaya tunai Rp 4.175.536,91 atau sekitar Rp 1.890.098,03/ha setelah dikurangi biaya total. Uraian tersebut dapat dijelaskan

dengan nilai R/C ratio usahatani yang menunjukkan efisiensi masing-masing usahatani.

Tabel 20 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Ramah Lingkungan Metode SRI dan Usahatani Padi Konvensional Pada Musim Tanam Agustus-November Tahun 2007 di Desa Ponggang (Rp/Ha)

Uraian Padi Ramah lingkungan (%)* Padi konvensional (%)* A. Pen. Usahatani 16.452.414,47 100,00 9.968.755,26 100 B. Biaya usahatani Tb. Tunai 5.342.457,45 32,47 5.793.218,35 58,11 Tb. Diperhitungkan 4.872.896,55 29,62 2.285.438,88 22,93 Total biaya 10.215.354,00 62,09 8.078.657,24 81,04 C Pend. Atas biaya tunai 11.109.957,02 4.175.536,91

D Pend. Atas biaya total 6.237.060,47 1.890.098,03

E R/C ratio biaya tunai 3,08 1,72

F R/C ratio biaya total 1,61 1,23

Keterangan : pen = penerimaan, TB. = total biaya, pend. = pendapatan

Efisiensi usahatani yang aktual diperlihatkan oleh nilai R/C ratio atas biaya tunai. Tabel 20 memperlihatkan bahwa nilai R/C ratio atas penggunaan biaya tunai usahatani padi ramah lingkungan metode SRI sebesar 3,08, jauh lebih besar dari R/C ratio usahatani padi konvensional (1,72). Hal ini menjelaskan bahwa petani padi ramah lingkungan menerima 3,08 rupiah dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan sementara petani padi konvensional hanya menerima 1,72 rupiah dari setiap satuan inputnya. Lebih lanjut bila menggunakan biaya total usahatani, petani padi ramah lingkungan metode SRI akan memperoleh 1,61 rupiah sementara petani padi konvensional hanya menerima 1,23 rupiah dari setiap satu rupiah yang digunakan dalam usahatani. Meskipun demikian, kedua usahatani tersebut masih menguntungkan secara ekonomi karena nilai R/C ratio masing-masing usahatani tersebut lebih dari satu (R/C ratio > 1).

VII ANALISIS PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN

Dokumen terkait