• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Usahaternak Biogas dan Non Biogas

Energi Responden Deskriptif Analisis

6.3 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak

6.3.1 Analisis Dampak terhadap Pendapatan Usahaternak

6.3.1.2 Biaya Usahaternak Biogas dan Non Biogas

Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Usahaternak Non Biogas per Bulan

Komponen Produksi Harga Nilai %

Penerimaan Tunai

Susu (liter) 359,10 3.100 1.113.210 71,27

Pupuk (kg) 8,07 1.000 8.070 0,52

Pedet (ekor) 0,09 3.000.000 270.000 17,12

Sub Total 1.391.280 88,23

Penerimaan Non Tunai

Susu (liter) 53,40 3.100 165.540 10,50

Pupuk (kg) 20,07 1.000 20.070 1,27

Biogas - 0,00

Sub Total 185.610 11,77

Total Penerimaan 1.576.890 100,00

Sumber : Data Primer (diolah), 2012

Analisis perbandingan penerimaan usahaternak biogas dan non biogas dilihat dari selisih penerimaan yang diperoleh. Persentase selisih rata-rata yang paling tinggi terdapat pada penerimaan non tunai sebesar selisih 42,95 % dimana perbedaan keduanya cukup jauh (Tabel 21). Perbedaan tersebut dikarenakan pada usahaternak biogas terdapat komponen penerimaan non tunai dari penggunaan biogas yang dihitung berdasarkan penghematan penggunaan energi dalam satu bulan.

Tabel 21. Persentase Selisih Penerimaan Usahaternak per Bulan

Keterangan Usahaternak Biogas Usahaternak Non Biogas Selisih % Penerimaan Tunai 1.675.570 1.391.280 284.290 16,97 Penerimaan Non Tunai 325.561 185.610 139.951 42,99

Total Penerimaan 2.001.131 1.576.890 424.241 21,20

Sumber :Data Primer (diolah), 2012

6.3.1.2 Biaya Usahaternak Biogas dan Non Biogas

Biaya usahaternak merupakan nilai barang atau jasa yang digunakan dalam kegiatan usahaternak untuk menghasilkan produk usahaternak. Berdasarkan sifatnya, biaya usahaternak dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai (dibayarkan) dan biaya non tunai (tidak dibayarkan). Dalam penelitian ini komponen biaya terdiri dari tujuh jenis pengeluaran yang masuk ke dalam

69 kategori biaya tunai, diantaranya adalah upah tenaga kerja luar keluarga (TKLK), biaya konsentrat, rumput/hijauan, pakan tambahan, Inseminasi buatan (IB) dan Kesehatan hewan (Keswan), biaya pengairan, dan iuran anggota. Biaya non tunai terdiri atas biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) serta biaya penyusutan kandang dan peralatan.

Rata-rata nilai biaya produksi diperoleh dari hasil kuesioner penelitian terhadap biaya yang dikeluarkan usahaternak sapi perah di Desa Haurngombong dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Biaya produksi yang diperhitungkan adalah semua pengeluaran untuk input yang dibeli, input tenaga kerja keluarga dan non keluarga serta sumberdaya usahaternak berdasarkan opportunity cost dari input yang digunakan.

a) Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah kelompok penduduk dalam usia kerja. Menurut Soekartawi (2002), setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja oleh karena itu, dalam analisa ketenagakerjaan bidang peternakan, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

Penggunaan Tenaga kerja responden dalam usahaternak di Desa Haurngombong pada umumnya menggunakan perhitungan hari kerja pria (HKP) sebagai berikut: setiap harinya tenaga kerja yang ada dihitung berdasarkan jumlah jam kerja yaitu delapan jam per hari dihitung mulai jam 04.00 pagi hingga jam 07.00 pagi, kemudian dilanjutkan mulai dari jam 14.00 siang hingga jam 19.00

70 malam. Perincian untuk tenaga kerja sebagai berikut: tenaga kerja pria (1 HKP), wanita (0,75 HKP), dan anak-anak (0,5 HKP).

Responden di Desa Haurngombong lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yakni sebanyak 95,7 % dari jumlah hari kerja Pria yang digunakan untuk memelihara ternak sedangkan TKLK hanya sebesar 4,3 persen dari seluruh HKP. Spesifikasi pekerjaan untuk laki-laki seperti pembersihan kandang, memandikan sapi, pencarian rumput, pengangkutan, pemberian pakan dan lain-lain. Spesifikasi pekerjaan TK perempuan lebih pada bagian operasional perawatan dan pemerahan susu. Sebagian besar persentase jumlah TK non keluarga sebanyak 25% dari jumlah TK total dalam suatu usahaternak dikarenakan skala usahaternak di Desa Haurngombong mayoritas usahaternak rakyat yang rata-rata memiliki jumlah ternak 3 ekor serta TK non keluarga merupakan tenaga kerja tidak tetap yang bekerja sebagai pencari rumput/hijauan. Sebanyak 54 orang (91,53%) responden peternak, kegiatan berusahaternak merupakan pekerjaan utama.

b) Kandang

Kandang merupakan salah satu bagian terpenting dalam peternakan sapi perah. Responden di Desa Haurngombong memelihara semua sapinya dalam kandang dan tidak digembalakan. Berdasarkan pengamatan, tipe kandang untuk sapi pedet, dara dan laktasi tidak jauh berbeda, hanya ukuranya saja yang berbeda. lantai kandang peternakan ada yang terbuat dari kayu, tanah tanpa pondasi dan lantai semen. Lantai kandang umumnya miring agar mudah dibersihkan dan selalu kering. Selain itu juga dibuat parit atau selokan agar tidak terjadi genangan air. Tempat makan dan minum juga sangat penting, ada yang menggunakan ember

71 dan ada yang membuat tempat pakan dan minum dari beton semen secara individual. Kondisi kandang usahaternak biogas lebih terjaga kebersihanya dibanding dengan usahaternak non biogas. Kandang yang digunakan umumnya milik sendiri dan lokasinya relatif dekat dengan tempat tinggal peternak dan masyarakat. Rata-rata luas kandang berkisar 1,0 x 1,5 sampai 1,5 x 2,0 meter untuk sapi ukuran dewasa. Rata-rata responden membersihkan kandangnya dua kali sehari untuk menjaga kenyamanan, kesehatan, dan kebersihan/kualitas susu yang dihasilkan. Tingginya ketidakefisienan penggunaan kandang akan berakibat pada tingginya biaya tetap yang berakibat pada peningkatan biaya produksi. Rata-rata biaya pembangunan kandang sapi di Desa Haurngombong sebesar Rp 1.000.000 dengan umur teknis 10 tahun, maka penyusutan kandang tiap tahunnya Rp 100.000/tahun atau sebesar Rp 8.333,34/bulan. Biaya pembangunan kandang relatif rendah dikarenakan mayoritas bangunan kandang di Desa Haurngombong dengan dominsi bangunan yang terbuat dari kayu yang diperoleh dari hasil hutan desa, lantai semen dan sebagian sekat terbuat dari tembok.

c) Pakan

Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah yaitu pemberian pakan. Cara pemberian pakan yang salah menyebabkan penurunan produktivitas baik susu maupun bobot tubuh sapi. Responden umumnya menyadari bahwa pemberian pakan mempengaruhi produktivitas susu, sehingga responden berusaha mencukupi kebutuhan pakan bagi sapi. Pakan ternak yang diberikan responden umumnya terdiri dari pakan hijauan yang mengandung serat kasar tinggi dan konsentrat yang memiliki serat kasar rendah.

72 Hijauan pakan ternak diperoleh peternak dengan mencari sendiri (tenaga kerja dalam keluarga) atau melalui buruh pencari rumput, dan sebagian kecil peternak memperolehnya dengan cara membeli rumput. Pengadaan hijauan atau rumput di Desa Haurngombong masih tersedia dikarenakan lokasi perdesaan yang masih asri dan terdapatnya “kebun carik desa” yang sebagian lahannya sengaja dibiarkan ditumbuhi rumput dan sebagian lagi dimanfaatkan warga desa untuk bertani dengan sistem bagi hasil. Pemberian hijauan pada usahaternak rakyat di lokasi perdesaan tidak berdasarkan ilmu pengetahuan melainkan kebiasaan yang telah terpola berdasarkan pengalaman dan penyuluhan dari kelompok ternak.

Pemberian konsentrat jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pemberian rumput. Rata-rata pemberian konsentrat pada usahaternak biogas sekitar 285kg/bulan dan 251 kg/bulan pada usahaternak non biogas. Konsentrat tersedia di koperasi dengan harga Rp 1600/kg, dengan jumlah dan harga konsentrat tersebut maka setiap bulan peternak biogas mengeluarkan biaya sebesar Rp 455.952/bulan untuk pembelian konsentrat, sedangkan peternak non biogas sebesar Rp 402.192/bulan. Konsentrat ini merupakan bahan campuran untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak, biasanya bahan campuran konsentrat berupa ampas tahu, ongok, gebog pisang, ubi dan lain-lain. Komponen biaya pada usahaternak responden (peternak biogas dan nonbiogas) dapat digunakan untuk memperoleh total biaya produksi perbulan (Tabel 22).

73 Tabel 22. Biaya Usahaternak Biogas dan Non Biogas Per Bulan

Keterangan Usahaternak Biogas Usahaternak Non Biogas