• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Peternak untuk Memanfaatkan Limbah Ternak Menjadi Biogas

Energi Responden Deskriptif Analisis

6.2 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Peternak untuk Memanfaatkan Limbah Ternak Menjadi Biogas

Perubahan kondisi lingkungan disebabkan oleh meningkatnya jumlah limbah kotoran ternak berpengaruh besar terhadap kondisi lingkungan sekitar usahaternak. Dampak dari melimpahnya kotoran ternak menimbulkan inisiatif dalam pemanfaatan limbah ternak sapi perah menjadi biogas. Berbagai macam tindakan dilakukan peternak dalam penanganan limbah untuk mengurangi pencemaran sedangkan responden non peternak merasa terganggu dengan adanya

59 eksternalitas yang diakibatkan oleh limbah ternak yang menumpuk. Selain faktor pemerintah dan teknologi, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peternak dalam penggambilan keputusan menggunakan biogas. Peternak responden di Desa Haurngombong melakukan penanganan limbah ternak dengan cara memanfaatkanya menjadi pupuk dan biogas, walaupun terdapat beberapa peternak yang masih belum melakukan pemanfaatan limbah.

Pemanfaatan limbah ternak tersebut dapat meningkatkan kualitas lingkungan sekitar dan mengurangi pengeluaran energi untuk memasak serta dapat meningkatkan pendapatan peternak, sehingga apabila semakin banyak peternak yang melakukan pemanfaatan limbah ternak dapat diprediksi peternak akan mendapat keuntungan dari manfaat yang diperoleh. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi biogas adalah sebagai berikut: jenis kelamin, usia, tingkat pedidikan formal, lama berusahaternak, jumlah tanggungan keluarga, jumlah ternak, dan pemahaman peternak mengenai biogas. Sub-sub bab ini akan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dari faktor internal dan eksternal peternak.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan peternak dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel independen yang menjadi faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah jenis kelamin (X1), umur (X2), tingkat pendidikan formal (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4), lama berusahaternak (X5), keikutsertaan kelompok ternak (X6), jumlah ternak (X7), dan pemahaman mengenai biogas (X8). Variabel dependen dalam model ini

60 adalah keputusan peternak untuk melakukan pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas yang bernilai ”satu” dan keputusan peternak untuk tidak melakukan pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas yang bernilai ”nol”. Pengolahan model regresi logistik menggunakan program SPSS Statistics 17.

Tabel 17. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Peternak dalam Melakukan Pemanfaatan Limbah Ternak menjadi Biogas dengan Model Regressi Logistik

Variabel Coeficie nt Signifik an Exponen (B) Keterangan Constant -10,23 0,17 8,304E-09 -

Jenis Kelamin -8,38 0,08 4351,414 Berpengaruh nyata *

Umur -0,24 0,27 0,789 Tidak berpengaruh

nyata

Tingkat Pendidikan -0,76 0,49 0,468 Tidak berpengaruh nyata Jumlah Tanggungan 1,03 0,31 2,791 Tidak berpengaruh nyata Lama Berusahaternak 0,41 0,11 1,506 Berpengaruh nyata ** Keikutsertaan Kelompok peternak -1,66 0,68 0,190 Tidak berpengaruh nyata

Jumlah Ternak -0,42 0,88 0,658 Tidak berpengaruh nyata

Tingkat Pengetahuan Biogas

5,53 0,09 251,185 Berpengaruh nyata *

Sumber : Data Primer (diolah), 2012 Keterangan : * nyata pada taraf α = 10%

**nyata pada taraf α = 15%

Model Signifikan pada taraf kepercayaan 95%

Pengujian keseluruhan model logit untuk menyatakan model logit dapat menjelaskan keseluruhan atau memprediksi pilihan individu pengamatan dapat menggunakan uji G, dengan membandingkan nilai G dan nili Khi-Kuadrat tabel dengan derajat bebas k-1. Dalam Penelitian ini analisis regresi logistik menggunakan program SPSS 17.0. Pengujian model logit dapat dilihat dari nilai P -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

61 yang menjelaskan keputusan peternak untuk melakukan pemanfaatan Biogas jika nilai P yang dihasilkan kurang dari taraf nyata yang digunakan. Hasil output dengan menggunakan program SPSS Statistics 17.0 menunjukan nilai Log-Likehood sebesar -14,296yang menghasilkan nilai G sebesar 68,281 dengan nilai P yaitu 0,000. Nilai P yang dihasilkan berada di bawah taraf nyata lima persen (α= 5%), maka dapat disimpulkan bahwa model logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi keputusan peternak dalam pemanfaatan Biogas.

Hasil olahan data menunjukan bahwa uji kebaikan model yang dilihat dari nilai Cox and Snell Square sebesar 0,680, Nagelkerke R square sebesar 0,909 dan Hosmer and Lemeshow Test sebesar 0,600, dimana nilai P ketiganya lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen. Maka dapat dijelaskan bahwa model regresi logistik tersebut layak untuk digunakan. Model Regressi logistik yang diperoleh dari model dapat dituliskan sebagai berikut :

Zi = –10,23 – 8,38 X1 – 0,24 X2 – 0,76 X3 + 1,03 X4 + 0,41 X5 – 1,66 X6 0,42 X7 + 5,53 X8

6.2.1 Variabel yang Signifikan

Ada tiga variabel yang signifikan dalam model regresi logistik ini, yaitu variabel jenis kelamin (X1), lama berusahaternak (X5), dan tingkat pemahaman peternak mengenai Biogas (X8). Variabel jenis kelamin (X1) memiliki nilai signifikan secara statistik sebesar 0,08 berarti variabel jenis kelamin peternak berpengaruh nyata terhadap peluang peternak dalam keputusan memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas pada taraf (α) 10%. Nilai Koefisien bertanda negatif (-) dan Odds Ratio yang diperoleh sebesar 4.351,42 menunjukan bahwa jika peternak berjenis kelamin perempuan (X1=0) akan menurunkan peluang peternak dalam mengambil keputusan pemanfaatan biogas sebesar 4.351,42 kali

62 lebih rendah dibandingkan peluang peternak laki-laki untuk melakukan pemanfaatan biogas, ceteris paribus. Hal ini menunjukan kecenderungan dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas mayoritas dilakukan oleh peternak laki-laki dikarenakan pekerjaan tersebut tergolong pekerjaan berat baik dalam operasional maupun perawatan, walaupun beberapa peternak wanita di Desa Haurngombong telah melakukan pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas.

Variabel lama berusahaternak (X5) memiliki nilai signifikan sebesar 0,11 berarti lama berusahaternak berpengaruh nyata terhadap peluang peternak dalam pengambilan keputusan pemanfaatan biogas pada taraf (α) 15 %, Ceteris Paribus. Nilai koefisien bertanda positif (+) dan nilai Odds Ratio yang diperoleh sebesar 1,506 menunjukan bahwa tambahan 1 tahun lama berusahaternak akan meningkatkan peluang pengambilan keputusan pemanfaatan biogas sebesar 1,506 kali dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan pemanfaatan biogas, ceteris paribus. Hal tersebut menunjukan semakin lama responden berusahaternak maka semakin banyak pula pengalaman peternak dalam menghadapi berbagai permasalahan kegiatan usahaternak, salah satunya upaya penanganan limbah kotoran ternak. Berdasarkan kondisi di desa Haurngombong lama berusahaternak berpengaruh terhadap keputusan pemanfaatan biogas dikarenakan pemberian bantuan instalasi biogas diprioritaskan bagi peternak yang sudah lama berusahaternak dan merupakan pekerjaan pokok bagi peternak tersebut.

Variabel tingkat pemahaman mengenai biogas (X8) memiliki nilai signifikan sebesar 0,09, berarti tingkat pemahaman peternak mengenai biogas berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan peternak dalam pemanfaatan biogas pada taraf (α) 10%. Nilai koefisien bertanda positif (+) dan nilai Exp. (β)

63 atau Odds Ratio yang diperoleh sebesar 251,185 menunjukan bahwa tambahan satu pemahaman peternak terhadap pengetahuan biogas akan meningkatkan peluang peternak dalam pengambilan keputusan untuk pemanfaatan biogas sebesar 251,185 kali lebih tinggi dibandingkan tidak melakukan pemanfaatan biogas, ceteris paribus. Tingkat pengetahuan peternak mengenai biogas di Desa Haurngombong terbilang cukup tinggi dikarenakan sosialisasi dan kegiatan kelompok ternak yang dilakukan secara rutin secara berkala yang umumnya dilaksanakan oleh kelompok ternak dan program sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh instansi baik pemerintah maupun swasta.

6.2.2 Variabel yang Tidak Signifikan

Variabel yang tidak signifikan berdasarkan hasil olahan data adalah variabel umur (X2), tingkat pendidikan (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4). Keikutsertaan kelompok ternak (X6), dan jumlah ternak (X7). Variabel umur (X2) tidak signifikan karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,27 yang lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata lima persen, sehingga pengaruh umur dapat diabaikan secara statistik. Kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa bukan hanya peternak yang berusia muda yang memanfaatkan biogas tetapi peternak yang sudah berumur pun mampu mengelola biogas dengan baik.

Variabel Tingkat pendidikan (X3) tidak signifikan secara statistik karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,49 yang lebih besar dari taraf nyata lima persen, sehingga pengaruh tingkat pendidikan dapat diabaikan secara statistik. Berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa tidak ada kecenderungan tingkat pendidikan tertentu dalam pemanfaatan limbah ternak, di Desa Haurngombong tidak hanya peternak yang memiliki tingkat pendidikan terakhir