• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Responden Terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah Perah

Energi Responden Deskriptif Analisis

6.1 Persepsi Responden Terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah Perah

Populasi ternak di Desa Haurngombong yang tinggi menyebabkan jumlah limbah kotoran ternak yang dihasilkan semakin banyak pula. Potensi limbah yang cukup tersedia baru dimanfaatkan hanya untuk kebutuhan pupuk organik lahan pertanian di sekitar kandang. Jumlah yang dipergunakan untuk kebutuhan lahan pertanian tersebut lebih sedikit dari jumlah kotoran ternak yang dihasilkan setiap harinya. Hal tersebut menumbuhkan inisiatif peternak untuk mengatasinya melalui pemanfaatan limbah ternak yang tidak hanya diolah menjadi pupuk organik namun juga dijadikan biogas sebagai energi alternatif pengganti kayu bakar, minyak tanah, gas elpiji, sekam, serta digunakan untuk penerangan dan penggerak alat pemotong rumput. Jumlah peternak di Desa Haurngombong sebanyak 208 peternak dan peneliti mengambil responden sebanyak 93 responden yang terdiri dari 59 peternak dan 34 rumah tangga pengguna biogas non peternak. Persepsi responden peternak dan non peternak mengenai pemanfaatan limbah ternak merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi ada tidaknya dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari usahaternak biogas dan non biogas.

Sebanyak 93 responden (100%) menganggap pemanfaatan limbah ternak itu penting. Hal ini terlihat dari sebagian besar alasan responden yang menyatakan adanya dampak positif dari kegiatan pemanfaatan yang dilakukan baik menjadi pupuk, biogas dan lain-lain, dari pada limbah kotoran ternak tidak dimanfaatkan dan terbuang begitu saja. Berdasarkan pernyataan responden sekitar 75 responden

55 (80%) hanya mengetahui jenis pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi pupuk dan biogas saja, sedangkan sisanya sebanyak 23 Responden (20%) memiliki pengetahuan mengenai jenis-jenis pemanfaatan limbah ternak lainnya seperti media cacing tanah dan energi listrik biogas, namun belum dapat diaplikasikan dikarenakan faktor daya dukung yang kurang menunjang (Tabel 16).

Tabel 16. Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Limbah

No. Pertanyaan Peternak Biogas (%) Peternak Non Biogas (%) Rumah tangga pengguna biogas (%) Total (%)

1. Biogas tidak hanya dapat dihasilkan oleh kotoran sapi saja, seperti : kotoran ayam, sampah, dll

100 78 63 80

2. pemanfaatan limbah itu penting untuk

dilakukan 100 100 100 100

3. Pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas dapat mengurangi bau dari kotoran sapi

100 80 90 90

4. biogas dapat digunakan untuk

memasak 100 100 100 100

5. biogas dapat digunakan untuk

menghasilkan energi listrik dll 100 93 75 89

6. Limbah sisa biogas dapat dijadikan

pupuk 100 100 86 95

7. Energi biogas dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar minyak tanah, elpiji, dan kayu bakar

100 100 100 100

8. penggunaan biogas dapat menghemat

pengeluaran energi 100 70 65 78

9. penggunaan biogas memiliki kekurangan seperti meninggalkan jelaga pada alat memasak, cara menghidupkan api yang kurang praktis

90 65 85 80

10. Api yang dihasilkan biogas tidak

berbau (seperti penggunaan elpiji) 97 80 70 82

11. perawatan instalasi biogas praktis,

mudah dan tidak berbahaya 90 84 60 78

12. iuran biogas tergolong murah dan

terjangkau 100 75 100 92

13. Apabila terdapat kredit pembangunan instalasi biogas bersediakah untuk menggunakan jasa tersebut

0 0 0 0

56 6.1.1 Persepsi Responden Mengenai Biogas

Pengetahuan responden mengenai biogas didasarkan pada penggunaan biogas di Desa Haurngombong yang umumnya berasal dari kotoran sapi, sehingga sebagian besar 80% responden menganggap bahwa biogas hanya dapat dihasilkan dari kotoran sapi. Sebanyak 100% responden mengetahui mengenai pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi pupuk dan biogas namun 13 orang (14%) responden mengetahui bahwa biogas dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik. Hal ini dikarenakan pemanfaatan biogas menjadi sumber energi listrik masih belum diterapkan pada seluruh pengguna biogas atau masih dalam proses penelitian pada instalasi biogas percontohan yang terdapat di Desa Haurngombong. Sebanyak 18 responden peternak non biogas (67%) pada awalnya merupakan pengguna biogas, rendahnya pemahaman akan perawatan, operasional dan perbaikan kerusakan menyebabkan peternak tidak memanfaatkanya kembali.

Kondisi perkembangan pemanfaatan limbah kotoran sapi perah menjadi biogas dapat meningkatkan keswadayaan dan kesadaran masyarakat ke arah perubahan yang positif. Instalasi biogas pada awalnya merupakan inovasi dengan alat, sarana dan prasarana yang sangat sederhana namun membutuhkan perawatan yang tinggi dan peralatan yang mudah rusak. Instalasi tersebut dikenal dengan instalasi biogas plastik yaitu reaktor biogas yang terbuat dari plastik. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini instalasi biogas terbuat dari fiber dan beton dengan peralatan pendukung yang lebih maju.

Pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi perah di Desa Haurngombong sudah dikenal oleh seluruh masyarakat desa, hal ini ditunjukan seluruh responden

57 (100%) menyatakan bahwa biogas merupakan program yang murah, mudah dan ramah lingkungan. Kondisi pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas terus dilaksanakan dan tumbuh berkembang dengan teknologi yang lebih maju.

Tingkat penguasaan pengetahuan dan praktek operasional responden peternak lebih menguasai dibandingkan dengan responden non peternak, hal ini disebabkan karena responden non peternak sebagian besar bukan merupakan anggota kelompok sehingga kurangnya pengetahuan mengenai informasi seputar usahaternak dan pemanfaatan limbahnya. Pengorganisasian peternak di Desa Haurngombong tergolong sangat baik, hal ini terlihat dari pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dengan pemusatan penyebaran informasi pada tiga kelompok tani ternak dan dikoordinir oleh pemerintah desa.

Frekuensi kegiatan pembangunan sarana dan prasarana, pembinaan dan sosialisasi dilaksanakan secara rutin di kelompok-kelompok tani ternak, dan dilaksanakan secara berkala untuk kegiatan di tingkat kecamatan, ternyata masih terdapat kesalahan pelaksanaan di lapangan dalam hal pengoperasian instalasi biogas. Sebanyak 2 responden (2%) yang merupakan peternak biogas melakukan pengisian yang terlalu sering sehingga gas yang dihasilkan tidak optimum. Oleh karena itu, masih perlu diadakan penyuluhan atau sosialisasi terhadap masyarakat dengan program intensif tepat sasaran bagi peternak dan masyarakat.

6.1.2 Persepsi Responden terhadap Manfaat Ekonomi Biogas

Manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemanfaatan limbah ternak yang dirasakan oleh responden baik peternak maupun non peternak antara lain: adanya penurunan tingkat ketergantungan penggunaan energi bahan bakar untuk memasak terhadap energi minyak tanah yang harganya mahal, Gas

58 elpiji, dan kayu bakar. Manfaat Ekonomi yang terasa oleh responden adalah adanya pengurangan pengeluaran akan energi baik LPG maupun kayu bakar. Sebanyak 31 responden (91,2%) pengguna biogas yang merupakan non peternak merasakan manfaat baik dari biogas yang diperoleh serta kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan mengalami perbaikan. Dampak terhadap perekonomian masyarakat sekitar yaitu, alokasi untuk biaya pembelian bahan bakar baik untuk kayu bakar, minyak tanah, gas elpiji, sekam dapat digunakan masyarakat untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, kesehatan, dan biaya pendidikan. Kegiatan ekonomi produktif tersebut antara lain: tumbuhnya agroindustri berbahan baku susu seperti karamel, kerupuk susu, susu pasteurisasi, tahu susu, serta aneka olahan berbahan baku khas kawasan tersebut seperti dodol ubi cilembu dan ubi bakar cilembu. Salah satu keberhasilan yang berdampak terhadap pendapatan dan peningkatan ekonomi masyarakat adalah berkembangnya unit pengolahan pupuk organik (rumah pupuk) dan bekerjasama baik produksi, teknologi maupun pemasaranya dengan suatu perusahaan atau pihak pemerintah, namun kebutuhan pupuk organik untuk petani di wilayah desa tetap tercukupi.

6.2 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Peternak