• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN DARI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI PERAH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN DARI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI PERAH:"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS DAMPAK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN

DARI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI PERAH:

Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan,

Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

NINA HERMAWATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus Di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Nina Hermawati

(3)

iii RINGKASAN

NINA HERMAWATI. Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.

Pertumbuhan penduduk meningkatkan kebutuhan akan protein hewani, sehingga usahaternak pun mengalami perkembangan. Eksternalitas dari peningkatan jumlah usahaternak sapi perah adalah limbah ternak sapi perah. Eksternalitas negatif serta kelangkaan dan mahalnya harga bahan bakar minyak dan pupuk mendorong inisiatif peternak dalam pengembangan pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk dan sumber energi alternatif (biogas dan energi listrik).

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi perah. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi persepsi responden mengenai pemanfaataan limbah kotoran ternak, (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas, (3) membandingkan dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap pendapatan usahaternak biogas dan usahaternak non biogas serta membandingkan dampak pemanfaatan tersebut terhadap pengeluaran energi responden, dan (4) membandingkan kondisi sosial dan lingkungan responden di sekitar lokasi usahaternak biogas dan usahaternak non biogas.

Penelitian dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012. Data primer diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada peternak dan Rumah Tangga pengguna biogas yang tinggal di sekitar usahaternak sapi perah, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas pertanian kabupaten sumedang, dinas peternakan Kabupaten Sumedang, serta studi literatur lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan usahaternak dari segi penerimaan dan biaya serta pengeluaran energi responden dengan menggunakan program microsoft excel 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam mengelola limbah ternak sapi perah menjadi biogas diolah dengan metode analisis regressi linear logistik menggunakan program Statistics SPSS 17. Metode kualitatif dengan analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis persepsi dan dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi perah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi peternak mengenai Sebagian besar responden di Desa Haurngombong memiliki penilaian bahwa pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas memiliki manfaat langsung maupun tidak langsung bagi peternak dan masyarakat di sekitar lokasi usahaternak. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peternak dalam pemanfaatan biogas yaitu jenis kelamin, lama berusahaternak, dan tingkat pengetahuan peternak mengenai

(4)

iv biogas. Hasil analisis perbandingan diperoleh pendapatan usahaternak biogas lebih tinggi dibandingkan usahaternak non biogas dengan selisih pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 355.036/bulan dan selisih pendapatan atas biaya total sebesar Rp 143.191/bulan. Rata-rata Penghematan pengeluaran peternak biogas sebesar Rp 189.760/bulan, bagi pengguna biogas non peternak sebesar Rp 31.890/bulan, dan selisih pengeluaran energi usahaternak biogas dan non biogas sebesar Rp 131.840/bulan. Berdasarkan hasil tersebut maka pemanfaatan limbah menjadi biogas memiliki dampak ekonomi terhadap peningkatan pendapatan peternak dan penghematan pengeluaran energi masyarakat.

Dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan biogas antara lain: meningkatkan budaya gotong royong masyarakat, meningkatkan lapangan pekerjaan sebagai teknisi biogas, meningkatkan kinerja kelompok peternak, dan berkembangnya program kerjasama dengan berbagai pihak, perubahan kondisi lingkungan sekitar kandang yang lebih bersih, dan berkurangnya pencemaran udara akibat tumpukan kotoran sapi atau pembuangan kotoran ke saluran air terdekat, serta berkurangnya kegiatan penebangan pohon di hutan dan kebun carik desa.

Saran bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini yaitu: peternak non biogas sebaiknya melakukan pemanfaatan biogas dikarenakan dengan pemanfaatan tersebut peternak dapat memperoleh manfaat terhadap peningkatan pendapatan dan perbaikan kondisi sosial dan lingkungan di sekitar lokasi usahaternak, pihak pemerintah beserta stakeholder lainnya sebaiknya memberikan bantuan pembangunan instalasi biogas bagi peternak non biogas untuk mengurangi ketergantungan penggunaan energi tidak terbarukan seperti minyak tanah, kayu bakar, dan gas LPG, dan segera merealisasikan program pembangunan bengkel biogas, sehingga berbagai kerusakan dapat diatasi agar mampu menciptakan keberlanjutan program pemanfaatan biogas secara optimal.

(5)

v

ANALISIS DAMPAK EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN

DARI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI PERAH:

Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan,

Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

NINA HERMAWATI H44080008

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

vi Judul Skripsi : Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Nama : Nina Hermawati

NIM : H44080008

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP. 19631227198811 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717199203 1 003

(7)

vii UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua Orangtua tercinta (Apihku Dadi Kusiandi dan Amihku Eem Sukaema), kakak (Mila Mulyani), dan adik-adik tercinta (Ipan Sohana dan Ayi Kusniawan) serta keluarga besar di Jatinangor yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan yang tiada hentinya.

2. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, SPi, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama kuliah di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai dosen penguji utama dan Ibu Hastuti, SP, MP, MSi sebagai dosen penguji perwakilan dari komisi pendidikan departemen yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

5. Staff pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

6. Teman-teman satu bimbingan (Siti Fatimatus, Abdul Aziz, Dini Adi, Persica, dan Anggi AO) yang telah memberikan banyak saran, motivasi dan semangat terus menerus.

(8)

viii 7. Bapak Adang selaku Kepala Desa Haurngombong, Bapak Mamat, Bapak Juju dan Bapak Komar selaku ketua kelompok ternak atas waktu, kesempatan, informasi, pelajaran dan dukungan yang diberikan selama penelitian.

8. Bapak dan Ibu di Desa Haurngombong sebagai responden atas waktu, informasi, dan kesempatan yang diberikan pada penulis selama penelitian. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan ESL 45, terutama Anis Purnamasari, Andini

Kusumawardhani, Setyawati, Rani Sumarni, dan keluarga KKP Cimaskara yang selalu memberikan motivasi, pengalaman dan arti persahabatan yang telah kalian berikan selama ini.

10. Sahabat-sahabat kostan Qamariyah, Tega, Lupy, Mba Nurul, Mba Fina, Susi, Amy, Rista, Yosi, Wulan, serta Eka Larasati yang berada di Kalimantan atas kegembiraan, keceriaan, semangat, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Bogor, Desember 2012

(9)

ix KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus Di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat“. Skripsi penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih Kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi penelitian ini. Penulis berharap semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2012

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.6 Definisi Operasional ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Eksternalitas Limbah Peternakan ... 10

2.2 Dampak Ekonomi Sosial dan Lingkungan ... 10

2.3 Pemanfaatan Limbah Peternakan ... 12

2.3.1 Pemanfaatan untuk Pupuk Organik ... 13

2.3.2 Pemanfaatan untuk Biogas ... 14

2.3.3 Pemanfaatan lainnya... 17

2.4 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah ... 17

2.4.1 Dampak Terhadap Pendapatan Peternak ... 17

2.4.2 Dampak Terhadap Pengeluaran Energi ... 18

2.5 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

IV. METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 24

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 25

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

4.4.1 Analisis Persepsi Responden ... 27

4.4.2 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Peternak dalam Pemanfaatan Biogas... 28

4.4.1 Model Regresi Logistik ... 28

4.4.2 Pengujian Model dan Pendugaan Selang Kepercayaan Koefisien ... 32

4.4.3 AnalisisPendapatan Peternak... 33

4.4.4 Analisis Pengeluaran Energi Responden ... 36

4.4.5 Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah ... 37

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38

(11)

xi

5.1.1 Letak Geografis... 38

5.1.2 Kondisi Usahaternak Sapi Perah di Desa Haurngombong ... 39

5.1.3 Perkembangan dan pengelolaan Biogas di Desa Haurngombong ... 40

5.1.4 Proses Produksi Biogas ... 46

5.2 Karakteristik Umum Responden ... 49

5.2.1 Jenis Kelamin dan Usia... 49

5.2.2 Pendidikan Formal Terakhir... 50

5.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 50

5.2.4 Status Kepemilikan Ternak ... 51

5.2.5 Lama Responden Berusahaternak ... 52

5.3.6 Jumlah Ternak yang Dimiliki ... 52

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

6.1 Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak ... 54

6.1.1 Persepsi Respoden Mengenai Biogas ... 56

6.1.2 Persepsi Responden terhadap Manfaat Biogas ... 57

6.2 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peternak Untuk Memanfaatkan Limbah Ternak menjadi Biogas ... 58

6.2.1 Variabel yang Signifikan ... 61

6.2.2 Variabel yang Tidak Signifikan ... 63

6.3 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah ... 64

6.3.1 Analisis Dampak Terhadap Pendapatan Peternak ... 65

6.3.1.1 Penerimaan Usahaternak Biogasdan Non Biogas .... 65

6.3.1.2 Biaya Usahaternak Biogas dan Non Biogas ... 68

6.3.1.3 Analisis Pendapatan Usahaternak Biogas dan Non Biogas ... 73

6.3.2 Analisis Pengeluaran Energi Responden ... 74

6.4 Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi perah... 78

6.4.1 Dampak Sosial terhadap Perilaku Peternak dan Non Peternak ... 79

6.4.2 Dampak Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak... 81

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 83

7.1 Simpulan ... 83

7.2 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 87

(12)

xii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Populasi Peternakan Sapi di Jawa Barat Tahun 2010 ... 2

2. Nilai Kesetaraan 1 m3 Biogas dan Energi yang Dihasilkan ... 16

3. Jumlah Responden Berdasarkan Penggunaan Biogas ... 25

4. Matriks Metode Analisis Data ... 27

5. Penerimaan Usahaternak ... 36

6. Data Jumlah Peternak dan Ternak pada Tiap Kelompok Peternak .. 40

7. Perbedaan Konstruksi Reaktor Biogas Di Desa Haurngombong ... 41

8. Perkembangan Biogas di Desa Haurngombong ... 43

9. Data Jumlah Pengguna Biogas di Desa Haurngombong ... 45

10. Jenis Kelamin dan Usia Responden Di Desa Haurngombong ... 49

11. Tingkat Pendidikan Responden Di Desa Haurngombong ... 50

12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ... 51

13. Status Kepemilikan Ternak Responden ... 52

14. Lama Berusahaternak Responden ... 52

15. Jumlah Ternak Responden ... 53

16. Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Limbah ... 55

17. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Peternak dalam melakukan Pemanfaatan limbah Ternak menjadi Biogas dengan Model Regressi Logistik... 60

18. Periode Laktasi Sapi Perah ... 66

19. Rata-rata Penerimaan Usahaternak Biogas per Bulan ... 67

20. Rata-rata Penerimaan Usahaternak Non Biogas per Bulan... 68

21. Persentase Selisih Penerimaan Usahaternak per Bulan ... 68

22. Biaya Usahaternak per Bulan ... 73

23. Analisis Ekonomis Pendapatan Usahaternak per Bulan ... 73

24. Penggunaan Energi Responden ... 75

25. Lama dan Jenis Penggunaan Biogas... 75

26. Perubahan Jumlah Penggunaan Energi Responden ... 77

27. Rata-rata Pengeluaran Energi Responden ... 78

28. Dampak Sosial terhadap Perubahan Perilaku Peternak dan Non Peternak ... 81

(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hubungan antara ketiga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ... 12 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 23 3. Peta desa Haurngombong ... 39 4. Skema Pengelolaan dan Pengawasan Instalasi Biogas Program

DME ... 44 5. Alur Proses Pembuatan Biogas ... 48

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi ... 88

2. Kuesioner Penelitian untuk Peternak ... 90

3. Kuesioner Penelitian untuk Rumah Tangga Pengguna Biogas…. 97 4. Tenaga Kerja Usahaternak Biogas ... 101

5. Tenaga Kerja Usahaternak Non Biogas ... 101

6. Penyusutan Peralatan Usahaternak Biogas... 102

7. Penyusutan Peralatan Usahaternak Non Biogas ... 102

8. Biaya Usahaternak Biogas per Bulan ... 103

9. Biaya Usahaternak Non Biogas per Bulan ... 104

10. Analisis Ekonomi Usahaternak Biogas dan Non Biogas ... 104

11. Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Peternak dalam Memanfaatkan Limah Ternak menjadi Biogas dengan Model Regressi Logistik ... 105

(15)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk Indonesia berjumlah 237,64 juta orang. Dibandingkan hasil SP 2000 terjadi pertambahan jumlah penduduk sebanyak 32,5 juta orang atau meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen pertahun1. Seiring dengan kondisi tersebut, permintaan masyarakat terhadap kebutuhan sumber gizi protein hewani seperti daging dan susu yang merupakan komoditi hasil peternakan jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian (2008) menyebutkan bahwa populasi sapi perah nasional hanya dapat menghasilkan 0,64 juta ton susu. Produksi tersebut masih jauh dari kebutuhan konsumsi susu nasional sebesar 1,98 juta ton (dengan tingkat konsumsi 7 liter/kapita/tahun). Pembangunan subsektor peternakan khususnya pengembangan usahaternak sapi perah merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan penyediaan sumber kebutuhan protein hewani.

Berdasarkan hasil pendataan sapi potong, Sapi Perah dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 1-30 Juni 2011, populasi sapi potong mecapai 14,8 juta ekor, sapi perah 0,597 juta ekor dan kerbau 1,3 juta ekor. Hasil perhitungan akhir Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) PSPK 2011 menyatakan rata-rata pertumbuhan

1

(16)

2 populasi sapi (sapi potong dan sapi perah) selama 2003–2011 mencapai 5,33 persen per tahun atau rata-rata pertambahan sebesar 0,66 juta ekor setiap tahunnya. Secara regional atau pulau populasi sapi potong terbesar terdapat di Pulau Jawa, tercatat 7,5 juta ekor atau 50,68 persen dari populasi sapi potong nasional dan populasi sapi perah tercatat 0,592 juta ekor atau 99,21 persen dari populasi sapi perah nasional 2 .

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2010), pembangunan dan penyebaran subsektor peternakan dilihat dari jumlah populasi sapi di Indonesia khususnya provinsi Jawa Barat penyebaranya tidak merata. Populasi sapi perah terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut kemudian Kabupaten Sumedang (Tabel 1).

Tabel 1. Populasi Peternakan Sapi Di Jawa Barat Tahun 2010

No. Kabupaten/ Kota Sapi Potong Sapi Perah

1 Bogor 18.068 7.288 2 Sukabumi 16.599 5.052 3 Cianjur 29.263 3.652 4 Bandung 16.658 29.702 5 Garut 12.926 17.302 6 Tasikmalaya 33.548 2.422 7 Ciamis 37.129 721 8 Kuningan 19.624 6.604 9 Cirebon 3.094 122 10 Majalengka 10.365 851 11 Sumedang 29.701 9.295 12 Subang 21.172 1.305 Jawa Barat 327.750 120.475

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2010)

Kegiatan usahaternak sapi tidak hanya menghasilkan output berupa daging dan susu, tetapi juga menimbulkan eksternalitas negatif dari limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti kotoran (feces), urin, sisa pakan,

2Kementrian Pertanian-BPS|Rilis Hasil Akhir PSPK2011 http://rilis.akhirPSPK2011.wartawan.pdf. Diakses Pada Tanggal 11 Desember 2011

(17)

3 serta air dari pembersihan ternak dan kandang yang menimbulkan pencemaran antara lain: pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran suara yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat sekitar lokasi peternakan (Muryanto dkk, 2006).

Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia. Permasalahan semakin tingginya harga pupuk dan bahan bakar minyak untuk kebutuhan rumah tangga menyebabkan peningkatan pengeluaran masyarakat, terutama yang tinggal di perdesaan, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan sumber-sumber alternatif sehingga produksi pertanian dapat dipertahankan dan kebutuhan bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan.

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan meningkatnya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Saat ini pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk dan sumber energi alternatif (biogas) belum dilakukan oleh peternak secara optimal. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi, maka pengembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan memanfaatkan limbah peternakan menjadi pupuk, biogas, dan pembangkit energi listrik sehingga dapat memberi nilai tambah bagi usaha tersebut.

(18)

4 Pemanfaatan limbah ternak menjadi hasil sampingan yang bernilai ekonomi belum seluruhnya dilakukan usahaternak sapi di kawasan Kecamatan Pamulihan, Sumedang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pemanfaatan limbah usahaternak sapi perah yang telah melakukan pengolahan kotoran ternak menjadi hasil sampingan yang bernilai ekonomi (pupuk kompos, biogas, dan sumber energi listrik/usahaternak biogas) dengan usahaternak yang belum melakukan pengolahan limbah (usahaternak non biogas). Perbedaan pengelolaan dan pemanfaatan limbah ternak akan menimbulkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan sekitar yang berbeda di antara kedua usahaternak tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Limbah dari usaha peternakan sapi perah dalam jumlah banyak memiliki potensial sebagai sumberdaya dan juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (polusi tanah, air, dan udara) yang dapat merugikan masyarakat sekitar. Hal ini terjadi jika limbah tersebut tanpa penanganan dan pengelolaan yang baik, atau limbah langsung dialirkan begitu saja ke sungai atau ditimbun di tempat terbuka.

Populasi Sapi di Kabupaten Sumedang (26 kecamatan) mencapai 33.328 ekor, maka setiap hari tersedia 833,35 ton (rata-rata 25 kg kotoran/ekor/hari). Kecamatan Pamulihan merupakan kawasan yang memiliki populasi sebanyak 2.291 ekor sapi potong dan 3.364 sapi perah. Populasi peternakan sapi di kawasan ini paling tinggi diantara 25 kecamatan lainnya di Kabupaten Sumedang. Kecamatan Pamulihan yang terdiri dari 11 desa dengan jumlah kepemilikan

(19)

5 ternak bervariasi dimulai dari 2 sapi hingga 12 ekor sapi per peternak3. Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik serta tercapainya prinsip zero waste yang merupakan praktek pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Berdasarkan observasi langsung, di kawasan Kecamatan Pamulihan, Sumedang terdapat Desa Mandiri Energi (DME) yakni Desa Haurngombong, pengelolaan limbah ternak sapi perah di desa tersebut telah meningkatkan kesejahteraan peternak dari pendapatan dan pengeluaran untuk energi bagi peternak, penghematan pengeluaran energi dan kondisi lingkungan sekitar peternakan yang lebih baik. Pemanfaatan limbah tersebut belum seluruhnya dilakukan oleh peternak di desa tersebut. Kondisi sosial dan lingkungan di sekitar

usahaternak biogas terlihat berbeda dengan kondisi di sekitar usahaternak non biogas, sehingga dapat dikaji penyebab hal tersebut dapat terjadi.

Oleh karena itu, penelitian mengenai analisis dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pemanfaatan limbah kotoran ternak ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi sesuatu yang bernilai guna secara langsung maupun

(20)

6 tidak langsung serta sebagai pertimbangan kebijakan pemerintah pusat maupun desa serta para stakeholder yang berkaitan dengan pengelolaan limbah peternakan perumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi responden mengenai pemanfaataan limbah kotoran ternak di Desa Haurngombong?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan biogas di Desa Haurngombong?

3. Bagaimanakah dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap tingkat pendapatan peternak dan pengeluaran energi responden di Desa Haurngombong?

4. Bagaimanakah kondisi sosial dan lingkungan responden di sekitar lokasi usahaternak di Desa Haurngombong?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi persepsi responden mengenai pemanfaataan limbah kotoran ternak di Desa Haurngombong.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas di Desa Haurngombong.

3. Membandingkan dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap pendapatan usahaternak biogas dan usahaternak non biogas serta membandingkan dampak pemanfaatan tersebut terhadap pengeluaran energi responden di Desa Haurngombong.

(21)

7 4. Membandingkan kondisi sosial dan lingkungan responden di sekitar lokasi

usahaternak biogas dan usahaternak non biogas di Desa Haurngombong.. 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya:

1. Secara akademik kegiatan penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi Pemerintah Kota Sumedang, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penyusunan kebijakan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan limbah peternakan.

3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya dan lingkungan khususnya dalam pengelolaan limbah kotoran ternak pada sektor peternakan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wilayah penelitian hanya meliputi kawasan Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan, Sumedang-Jawa Barat.

2. Objek penelitian adalah Lembaga peternakan yang terkait, pemerintah daerah setempat dan peternak dan masyarakat yang tinggal di kawasan wilayah penelitian sebagai responden.

(22)

8 3. Present value biaya dan manfaat pengelolaan limbah kotoran sapi

dihitung berdasarkan nilai yang diperoleh dari kuesioner dan data sekunder yang tersedia.

4. Biaya pembangunan Instalasi biogas rumah tangga merupakan dana bantuan (hibah) dari pemerintah.

5. Dampak ekonomi dalam penelitian ini adalah perubahan ekonomi yang dirasakan baik oleh peternak maupun non peternak sebagai dampak dari adaya pemanfaatan limbah ternak sapi perah. Dampak ekonomi tersebut hanya dilihat terhadap perbedaan pendapatan peternak biogas dan non biogas serta dampaknya terhadap pengeluaran energi responden.

6. Dampak sosial dalam penelitian ini adalah hanya melihat perubahan perilaku masyarakat terhadap rutinitas dari kegiatan sebelum dan setelah adanya program pemanfaatan biogas bagi peternak dan pengguna biogas, serta perubahan perilaku masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar energi lainnya seperti: gas elpiji, minyak tanah, dan kayu bakar. Selain itu dampak sosial juga mecakup perubahan kesempatan kerja yag terjadi setelah adanya program pemanfaatan biogas.

7. Dampak terhadap kondisi lingkungan dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap kondisi lingkungan yang dirasakan masyarakat Desa Haurngombong akibat pembuangan limbah ternak sebelum dan setelah dimanfaatkan sebagai pupuk dan biogas.

(23)

9 1.6 Definisi Operasional

Definisi opersional dalam penelitian ini mencakup pengertian dari beberapa istilah yang digunakan, antara lain:

1. Usahaternak biogas merupakan usahaternak yang telah melakukan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi perah menjadi pupuk, biogas, dan energi listrik.

2. Usahaternak non biogas merupakan usahaternak yang belum melakukan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi perah menjadi biogas dan energi listrik, namun pemanfaatan limbah menjadi pupuk telah dilakukan oleh usahaternak non biogas.

3. Rumah tangga pengguna biogas merupakan rumah tangga yang tinggal di sekitar lokasi usahaternak yang memperoleh biogas dari usahaternak biogas untuk memenuhi kebutuhan energi bahan bakar untuk memasak. 4. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pihak-pihak

yang memberikan informasi untuk menjawab tujuan penelitian ini yang terdiri dari peternak biogas, peternak non biogas dan rumah tangga pengguna biogas Di Desa Haurngombong.

(24)

10 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eksternalitas Limbah Peternakan

Eksternalitas merupakan suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Dalam pandangan ekonomi, eksternalitas dan ketidakefisienan timbul karena salah satu atau lebih dari prinsip-prinsip alokasi sumberdaya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik barang atau sumberdaya publik, ketidaksempurnaan pasar, kegagalan pemerintah merupakan keadaan-keadaan dimana unsur hak pemilikan sumberdaya (property rights) tidak terpenuhi. Faktor-faktor ini tidak ditangani dengan baik, maka eksternalitas dan ketidakefisienan ini akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap ekonomi terutama dalam jangka panjang (Mangkoesoebroto, 2003).

Berkembangnya kegiatan usahaternak mengakibatkan semakin besar volume limbah yang dihasilkan sehingga akan berdampak pada menurunnya kondisi lingkungan hidup yang akhirnya mempengaruhi aktivitas dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, setiap usahaternak atau peternakan, sebaiknya memiliki pengelolaan limbah yang mampu menanggulangi dan mengurangi dampak tersebut.

2.2 Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan

Keberadaan usaha peternakan sapi perah akan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas dan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan sekitarnya. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang

(25)

11 dinamis dan meliputi hubungan antara masing-masing individu perorangan, antar kelompok manusia, maupun antar perorangan dengan kelompok manusia (Fattah, 2006).

Hasil penelitian Darmawan et al (2008) di Desa Pagerwangi Lembang, Bandung, Jawa Barat menginformasikan bahwa aktivitas kehidupan masyarakat peternak sapi perah untuk kepentingan pendapatan keluarga, kepentingan interaksi gotong royong. Prestasi keunggulan dalam pengelolaan pemeliharaan dan produktivitas susu menduduki tingkat sosial lebih tinggi dibandingkan para peternak pada umumnya. Peternakan sapi perah yang membutuhkan paket teknologi dan biaya yang relatif mahal ternyata dapat diadopsi oleh peternak-peternak rakyat di pedesaan melalui interaksi sosial diantara mereka dengan menggunakan wadah kelompok peternak. Hal ini mengindikasikan bahwa dari aspek sosial usaha peternakan sapi perah secara tidak langsung meningkatkan semangat gotong royong, selain menciptakan lapangan kerja dan usaha.

Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki tiga tujuan (Sanim, 2006), yaitu tujuan ekonomi (efisiensi dan pertumbuhan), tujuan sosial (kepemilikan/keadilan) dan tujuan ekologi (kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan). Tiga tujuan tersebut saling terkait seperti disajikan pada Gambar 1. Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat terwujud bila tiga tujuan pembangunan tersebut tercapai.

(26)

12 Sumber: Sanim, 2006

Gambar 1. Hubungan antara ketiga tujuan pembangunan berkelanjutan 2.3 Pemanfaatan Limbah Peternakan

Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik, energi dan media berbagai tujuan (Sihombing, 2002).

Prabantoro (2000) dalam tesisnya menyebutkan bahwa manfaat atau efektifitas dari sebuah sistem informasi dapat juga diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu : tangible benefits dan intangible benefits. Tangible Benefits atau manfaat keuntungan yang berwujud adalah keuntungan penghematan atau peningkatan di dalam perusahaan yang dapat diukur secara kuantitatif dalam bentuk satuan nilai moneter, diantaranya adalah: keuntungan dari pengurangan

(27)

13 biaya operasional, keuntungan dari pengurangan kesalahan-kesalahan proses, keuntungan dari pengurangan biaya telekomunikasi, keuntungan akibat peningkatan penjualan, keuntungan akibat pengurangan biaya persediaan, dan keuntungan akibat pengurangan kredit yang tidak tertagih.

Intangible Benefits atau manfaat keuntungan yang tidak berwujud adalah nilai keuntungan yang sulit diukur dalam bentuk satuan nilai moneter atau uang. Diantaranya adalah seperti: keuntungan akibat peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan, keuntungan akibat peningkatan kepuasan kerja sumber daya manusia yang ada, dan keuntungan akibat peningkatan pengambilan keputusan manajerial yang lebih baik. Intangible benefits sulit untuk diukur dalam satuan nilai moneter, karena itu cara pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan penaksiran. Sebagai contoh : kualitas pelayanan kepada pelanggan yang menjadi lebih baik merupakan salah satu bentuk intangible benefits.

2.3.1 Pemanfaatan untuk Pupuk Organik

Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut. Kandungan Nitrogen, Posphat, dan Kalium sebagai unsur makro yang diperlukan tanaman (Hidayati, 2006).

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian. Kotoran ternak yang dihasilkan di daerah sentra produksi ternak dalam jumlah yang banyak belum dimanfaatkan secara optimal,

(28)

14 sebagian diantaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan akibat menghasilkan bau yang tidak sedap.

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Kompos yang berbahan kotoran sapi mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk anorganik. Selain itu, kompos juga mempunyai prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pemakaian pupuk kimia. Penyediaan kompos organik yang berkelanjutan dan praktis dapat mempermudah petani untuk memanfaatkanya sebagai penyubur tanah dan tanaman pertanian. Limbah kotoran ternak (pupuk kandang) tidak hanya menghasilkan unsur hara mikro, pupuk kandang juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman. Pupuk organik dalam penggunaanya dapat mengurangi tingkat pencemaran tanah, air dan lingkungan (Santosa et al, 2009).

2.3.2 Pemanfaatan untuk Biogas

Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar biogas. Kotoran ternak ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas.

Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan yang bisa menjawab kebutuhan akan energi sekaligus dapat menyediakan kebutuhan hara tanah dalam

(29)

15 suatu sistem pertanian yang berkelanjutan. Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas mendukung penerapan konsep zero waste sehingga pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai (Widodo et al, 2006)

Biogas di perdesaan dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin. Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam. Akhir-akhir ini diversifikasi penggunaan energi menjadi isu yang sangat penting karena berkurangnya sumber bahan baku minyak. Pemanfaatan limbah pertanian untuk memproduksi biogas dapat memperkecil konsumsi sumber energi komersial seperti minyak tanah dan penggunaan kayu bakar. Biogas dihasilkan oleh proses pemecahan bahan limbah organik yang melibatkan aktivitas bakteri anaerob dalam kondisi anaerobik dalam suatu digester (Kementerian Pertanian, 2006).

Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi biogas yang utama adalah kotoran ternak sapi, kerbau, dan kuda. Dalam aplikasinya, biogas digunakan sebagai gas alternatif untuk memanaskan dan menghasilkan energi listrik sangat tergantung dari jumlah gas metana. Setiap 1 m3 metana setara dengan 10 kwh. Nilai ini setara dengan 0.6 fuel oil. Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara dengan 60-100 watt lampu

(30)

16 selama enam jam penerangan. Nilai Kesetaraan Biogas dan Energi yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Kesetaraan 1 m3 Biogas dan Energi yang Dihasilkan

Jenis Energi Kesetaraan dengan 1 m3 gas bio

Elpiji 0,46 kg

Minyak tanah 0,62 liter

Minyak Solar 0,52 liter

Bensin 0,80 liter

Gas kota 1,50 m3

Kayu Bakar 3,50 kg

Sumber : Kementerian Pertanian (2006)

Menurut Santi (2006), beberapa keuntungan penggunaan kotoran ternak sebagai penghasil biogas sebagai berikut :

1) Mengurangi pencemaran lingkungan terhadap air dan tanah, pencemaran udara.

2) Memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai bahan bakar biogas yang dapat digunakan sebagai energi alternatif untuk keperluan rumah tangga. 3) Mengurangi biaya pengeluaran peternak untuk kebutuhan energi bagi

kegiatan rumah tangga yang berarti dapat meningkatkan kesejahteraan peternak.

4) Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya biogas untuk menjadi energi listrik untuk diterapkan di lokasi yang masih belum memiliki akses listrik.

5) Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya kegiatan ini sebagai usulan untuk mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism).

(31)

17 2.3.3 Pemanfaatan Lainnya

Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau biogas, kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi briket dan kemudian dijemur atau dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan di India dan dapat mengurangi kebutuhan akan kayu bakar. Pemanfaatan lain adalah penggunaan urine dari ternak untuk campuran dalam pembuatan pupuk cair maupun penggunaan pestisida alami.

Penggunaan kotoran sapi untuk media hidup cacing tanah, telah diteliti menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah bahan organik lain. Pemafaatan limbah kotoran menjadi pakan dan media cacing tanah dapat menambah peluang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan peternak (Farida, 2000).

2.4 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah 2.4.1 Dampak terhadap Pendapatan Peternak

Faktor-faktor produksi yang diperkirakan berpengaruh dalam menentukan pendapatan dalam pemeliharaan sapi adalah jumlah kepemilikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh peternak secara efesien ke dalam alokasi usaha yang optimal mampu menghasilkan peningkatan pendapatan (Gunawan dkk,1998 dalam repository Sihombing 2011 Universitas Sumatera Utara).

Sehubungan dengan perhitungan atau analisa rugi/laba usahaternak sapi ini, maka hal penting yang perlu dipertimbangkan dapat dikelompokkan manjadi dua bagian yakni faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi meliputi penyedian bibit/sapi bakalan, ransom, ongkos, tenaga kerja, penyusutan

(32)

18 penggunaan bangunan kandang dan peralatan, lain-lain (obat-obatan, perjalanan, dan sebagainya), serta hasil sampingan berupa pupuk (Sugeng, 2000).

2.4.2 Dampak terhadap Pengeluaran Energi

Ketergantungan Kepada kayu bakar di perdesaan masih besar. Pemakaian minyak tanah untuk memasak dengan harga yang mahal dan sering sulit diperoleh (terjadi kelangkaan). Sementara limbah peternakan dan pertanian selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan energi alternatif dapat meminimalisasi pencemaran lingkungan, mengantisipasi habisnya ketersediaan kayu bakar dan mengurangi penggunaan BBM. Menurut Ariani, et al (2007), beberapa keuntungan pemanfaatan limbah peternakan di

permukiman transmigrasi adalah:

1. Mengurangi biaya pembelian minyak tanah atau gas elpiji serta hemat tenaga dalam mencari kayu bakar,

2. Ramah lingkungan karena limbah ternak yang selama ini dibiarkan dapat termanfaatkan,

3. Menghasilkan produk ikutan berupa lumpur organik yang dapat diolah menjadi pupuk kompos, dan

4. Mendukung program pemerintah hemat energi. 2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian Analisis Manfaat Ekonomi Limbah Ternak Sapi Perah oleh Irvan sanjaya (2010), yaitu mengenai Analisis Manfaat Ekonomi Limbah Ternak Sapi (studi kasus Kelompok Ternak Sapi Perah Mekar Jaya Desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor). Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain: analisis

(33)

19 pendapatan usahaternak sapi perah, analisis usahatani padi yang dimiliki oleh peternak, dan analisis pengeluaran Rumah Tangga Peternak. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pemanfaatan limbah ternak sapi perah telah meningkatkan penerimaan peternak dalam menjalankan usahanya. Peningkatan tersebut rata-rata sebesar Rp. 2.500.000, kontribusi limbah terhadap penerimaan sebesar 6,56 persen dan 24,81 persen dari total pendapatan usahaternak sapi perah.

Penelitian terdahulu lainnya yang menjadi referensi dalam penelitian ini adalah penelitian mengenai Identifikasi Dampak Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Dari Pemanfaatan Biogas (Studi Kasus: Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung Bogor-Jawa Barat) oleh Ade Rismala (2010). Penelitian tersebut menggunakan metode estimasi penilaian lingkungan dengan Contingent Valuation Method (CVM). Penelitian ini menghitung nilai WTP peternak terhadap pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Dampak sosial akibat pemanfaatan biogas di Desa Cipayung tidak terlalu signifikan dirasakan peternak. Sedangkan dampak ekonomi hanya dirasakan oleh peternak, yakni penghematan pengeluaran biaya untuk bahan bakar LPG sebesar Rp. 558.000, Dampak negatif lebih dirasakan oleh non-peternak yang meggunakan air sungai untuk keperluan mencuci ataupun yang bertempat tinggal di dekat sungai. Rata-rata WTP dari masyarakat sebesar Rp. 577.586.954,7/tahun.

Penelitian lainnya adalah mengenai Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang Kabupaten Bogor oleh Kamiludin (2009). Penelitian ini bertujuan : (1) Menganalisis struktur biaya dan struktur penerimaan peternakan sapi perah di kawasan peternakan sapi perah dan (2) Menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh oleh peternakan

(34)

20 sapi perah di kawasan peternakan sapi perah yaitu dengan menghtung rasio penerimaan terhadap total biaya usahatemak. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Petemakan Sapi Perah Kabupaten Bogor yang beralokasi di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan dan R/C rasio. Total biaya variabel dan biaya tetap masing-masing adalah Rp 2.018.797.386 dan Rp 2.324.917.833. Penerimaan dibagi atas penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Total penerimaan dari petemak yang diamati dalam satu tahun pengamatan sebesar Rp 6.003.415.050.

Penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yakni, melakukan studi komparatif dengan with-wthout approach antara usahaternak biogas dengan non-biogas, menganalisis dampak ekonomi terhadap pendapatan dari aspek penerimaan dan penghematan pengeluaran rumah tangga peternak dan masyarakat pengguna biogas (non peternak), analisis dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas atau non-biogas baik bagi peternak maupun non peternak dengan menggunakan analisis deskriptif, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peternak dalam pengambilan keputusan pemanfaatan Biogas dengan menggunakan analisis Regresi Linier logistik menggunakan software SPSS Statistics 17.

(35)

21 III. KERANGKA PEMIKIRAN

Subsektor peternakan memiliki peranan yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan protein hewani berupa susu dan daging. Keberadaan usahaternak ini pun tidak hanya menimbulkan eksternalitas positif, tapi juga menciptakan eksternalitas negatif yang ditimbulkan oleh pengeluaran limbah berupa kotoran sapi. Eksternalitas negatif ini yang menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat dan bau yang mempengaruhi kualitas lingkungan sekitarnya. Pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan peternak dalam upaya pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas semakin meningkat sebagai upaya untuk mengatasi masalah eksternalitas tersebut. Permasalahan kelangkaan sumber energi bahan bakar pun mejadi salah satu pendorong peternak untuk menciptakan sumber energi alteratif. Hal ini tentu akan menambah nilai manfaat yang diterima oleh peternak dan non-peternak.

Pengelolaan limbah usahaternak dapat menghasilkan manfaat secara ekonomi maupun finansial dari upaya pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organic, biogas dan energi listrik. Namun upaya tersebut tidak terlepas dari biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak. Perbedaan pengelolaan tersebut berdampak pada pendapatan, pengeluaran rumah tangga peternak, kondisi sosial, dan lingkungan di sekitar lokasi usahaternak sebelum dan setelah adanya upaya pengelolaan limbah tersebut.

Tahapan pelaksanaan penelitian ini dimulai dari penentuan responden berdasarkan kriteria tertentu untuk menjawab tujuan penelitian ini, responden yang dipilih dalam penelitian ini antara lain: peternak sapi perah yang telah melakukan pengolahan limbah menjadi biogas (peternak biogas), peternak yang

(36)

22 belum melakukan pengelolaan limbah (peternak non biogas), dan rumah tangga pengguna biogas yang tinggal di sekitar lokasi usahternak yang merupakan non peternak. Pemilihan responden tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai dampak yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tahapan pertama adalah analisis persepsi peternak dan masyarakat mengenai pemanfaatan limbah ternak sebagai indikasi awal terdapatnya dampak dari pengolahan limbah tersebut dengan menggunakan analisis deskriftif, tahapan ke dua mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk melakukan pemanfaatan biogas dengan menggunakan metode analisis regressi linear logistic dengan menggunakan program SPSS 17.0 , tahapan ke tiga adalah mengidentifikasi dan menganalisis dampak ekonomi yang dilihat dari pendapatan usahaternak dengan pendekatan penerimaan, total biaya dan pengeluaran energi responden dengan menggunakan analisis pendapatan dan pengeluaran, dan tahapan selanjutnya menganalisis dampak sosial dan lingkungan dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif berdasarkan hasil kuesioner dan observasi langsung di lapangan secara obyektif, serta analisis studi komparatif (with-without approach) dari dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan pada usahaternak biogas dan non biogas (Gambar 2). Berdasarkan perbandingan tersebut maka dapat diperoleh net benefit dari pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas.

(37)

23 Ekonomi Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan pemanfaatan biogas

Analisis Regressi Linear Logistik Persepsi terhadap pemanfaatan limbah Usahaternak Sapi Perah di Desa Haurngombong Analisis Deskriptif Usahaternak Biogas Usahaternak Non-biogas Net Benefit Dampak Pengelolaan dan pemanfaatan limbah pada Usahaternak Biogas

Dampak Pengelolaan dan pemanfaatan limbah pada

Usahaternak Non-Biogas Ekonomi Analisis Pendapatan dan pengeluaran Energi Responden Analisis Deskriptif Sosial Lingkungan Analisis Pendapatan dan pengeluaran Energi

Responden

Analisis Deskriptif Sosial Lingkungan

Keterangan : : Komponen Analisis : Metode Analisis : Hubungan Langsung

(38)

24 VI. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki potensi usahaternak sapi perah dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai pupuk, biogas dan penghasil energi listrik. Berdasarkan data Dinas Peternakan Jawa Barat tahun 2011 jumlah populasi sapi di Kabupaten Sumedang sebanyak 33.328 ekor Sapi. Upaya pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas belum dilaksanakan oleh seluruh peternak di kawasan tersebut4.

Proses pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner dilakukan mulai dari bulan Juni 2012 hingga Juli 2012. Dalam kurun waktu tersebut peneliti melakukan pengumpulan data dan observasi secara langsung dalam rangka menjawab tujuan penelitian.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung menggunakan kuesioner kepada responden yang merupakan sejumlah peternak usahaternak biogas dan peternak yang tidak memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas (peternak non-biogas), aparat pemerintah daerah setempat dan rumah tangga pengguna biogas yang tinggal di sekitar lokasi usahaternak. Data tersebut mencakup karakteristik responden dan data meliputi biaya dan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan responden dalam pengelolaan usahaternak dan

4

(39)

25 pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Sumedang, Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumedang tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumedang, serta instansi lainnya yang terkait.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan Sampel untuk responden menggunakan teknik purposive Random sampling. Pada teknik tersebut, sampel yang diambil harus memiliki kriteria atau penilaian tertentu sesuai dengan masalah yang sedang dibahas dalam penelitian. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah peternak biogas dan peternak non-biogas, pemerintah dari bagian Dinas Peternakan Kabupaten, pemerintahan setempat dan masyarakat pengguna biogas di sekitar lokasi tempat usahaternak sapi perah. Metode purposive dilakukan karena sampel yang dipilih sesuai dengan data potensi, lokasi, jenis pengelolaan limbah usahaternak sapi sekitar kawasan tersebut. Jumlah minimum responden ditentukan berdasarkan syarat minimum untuk pengolahan data dengan menggunakan metode regressi linear (model Logistik), sehingga hasil yang diperoleh memiliki tingkat validitas yang tinggi. Total responden pada penelitian ini sebanyak 59 peternak dan 34 orang masyarakat pengguna biogas non-peternak di sekitar lokasi usahaternak (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah Responden berdasarkan Penggunaan Biogas

Keterangan Jumlah Responden

(orang)

Persentase (%)

Peternak Biogas 32 34

Peternak non biogas 27 29

Pengguna biogas non-peternak 34 37

Total Responden 93 100

(40)

26 Pengambilan contoh di lapangan dipengaruhi oleh kesediaan dan waktu luang dari responden. Wawancara dengan menggunakan kuesioner di Desa Haurngomong dilakukan pada sore hari di tempat penyetoran susu hasil pemerahan dikarenakan pada sore hari merupakan waktu luang peternak dan rumah tangga pengguna biogas untuk istirahat dan berada di rumah. Wawancara beberapa respoden dilakukan setelah kegiatan penyuluhan, sebagian lagi dilakukan dengan kunjungan langsung ke lokasi usahaternak. Kunjungan langsung ke lokasi usahaternak untuk mewawancarai peternak bertujuan untuk observasi langsung secara obyektif terhadap kondisi lingkungan kandang usahaternak.

4.4 Metode dan Analisis Data

Data dan informasi yang didapat, diolah dengan bantuan komputer. Data dan informasi yang didapat dari hasil kuesioner dan data sekunder dikelompokkan terlebih dahulu ke dalam komponen tertentu seperti: komponen biaya, penerimaan, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada peternak dan Rumah Tangga pengguna biogas yang tinggal di sekitar usahaternak sapi perah, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas pertanian kabupaten sumedang, dinas peternakan Kabupaten Sumedang, serta studi literatur lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan usahaternak dari segi penerimaan dan biaya serta pengeluaran energi responden dengan menggunakan program microsoft excel 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam mengelola limbah ternak sapi perah menjadi biogas diolah

(41)

27 dengan metode analisis regressi linear logistik menggunakan program Statistics SPSS 17. Metode kualitatif dengan analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis persepsi dan dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi perah.

Analisis dampak sosial dan lingkungan pada penelitian ini tidak hanya dianalisis berdasarkan data hasil kuesioner dan data sekunder yang terkait, tetapi peneliti melakukan metode observasi langsung secara obyektif di lokasi penelitian. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Matriks Metode Analisis Data

Sumber: Penulis (2012)

4.4.1 Analisis Persepsi Responden

Analisis persepsi terhadap responden dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan kuesioner. Dalam hal ini peneliti bertujuan untuk mengetahui persepsi responden yakni: persepsi peternak terhadap pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi produk sampingan yang bernilai

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. Meganalisis persepsi

responden terhadap

pemanfaatan limbah kotoran ternak

Data Primer (wawancara menggunakan

kuesioner)

Analisis Deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel

2007

2. Analisis Dampak Ekonomi terhadap Pendapatan dan pengeluaran energi responden

Data Primer (wawancara menggunakan

kuesioner)

Analisis Deskriptif dan pendapatan (pendekatan penerimaan dan pengeluaran Rumah Tangga usahaternak) 3. Analisis Dampak sosial dan

lingkungan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai biogas

Data Primer (wawancara menggunakan

kuesioner) dan observasi langsung secara obyektif

Analisis Deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel

2007

4. Analisis komparatif usahaternak biogas dan usahaternak non biogas

Data Primer

(wawancara menggunakan kuesioner)

Analysis comparative with-without approach

5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan biogas

Data Primer (wawancara menggunakan

kuesioner)

Model Regressi Logistik menggunakan Program SPSS

(42)

28 ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan biogas untuk bahan bakar minyak dan energi listrik biogas.

4.4.2 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Peternak dalam Pemanfaatan Biogas

4.4.2.1 Model Regresi Logistik

Juanda (2009), Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peternak dalam mengambil keputusan memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas yaitu, dengan menggunakan pendekatan model regressi logistik. Fungsi distribusi logistik (kumulatif), yang sudah digunakan secara luas dalam meganalisis fenomena yang terjadi, persamaan regressi logistik dapat dilihat pada persamaan (4.1), sebagai berikut:

... (4.1) Untuk kemudahan pemaparan, persamaan dituliskan menjadi:

... (4.2) Dimana :

Pi = peluang individu dalam mengambil keputusan (probabilitas) Y = variabel keputusan

Xi = variabel bebas β1 = intersep

β2 = koefisien regressi

e = bilangan dasar logaritma natural (e = 2,718) Zi = β1 + β2 X1

Persamaan (4.2) merupakan fungsi distribusi logistik (kumulatif), dari persamaan di atas, jika (Pi ) probabilitas peternak dalam usahaternak Biogas, maka

(43)

29 (1- Pi) adalah probabilitas usahaternak non-biogas, dirumuskan melalui persamaan

berikut:

... (4.3) Persamaan dapat dituliskan,

... (4.4) Persamaaan (4) ditransformasikan ke dalam persamaan logaritma natural (Ln), yaitu:: ... (4.5) Persamaan (4.5) merupakan model persamaan Logit atau model regressi Logistik. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengambilan keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi biogas adalah adalah jenis kelamin (X1), umur (X2), tingkat pendidikan formal (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4), lama berusahaternak (X5), keikutsertaan kelompok ternak (X6), jumlah ternak (X7), dan pemahaman mengenai biogas (X8). Hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan pengambilan keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan model logit, sebagai berikut:

……….. (4.6) Dimana: Li = persamaan logaritma

Pi = peluang individu dalam mengambil keputusan usahaternak biogas

(1-Pi) = peluang individu dalam mengambil keputusan usahaternak non-biogas

(44)

30 Zi = keputusan peternak β0 = intersep βi = parameter peubah Xi X1 = jenis Kelamin X2 = umur

X3 = tingkat pendidikan formal

X4 = jumlah tanggungan keluarga

X5 = lama berusahaternak

X6 = keikutsertaan kelompok ternak

X7 = jumlah ternak

X8 = tingkat pemahaman mengenai biogas

Regressi linear model Logit tersebut digunakan untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas. Hipotesis dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi biogas adalah sebagai berikut:

1. Jenis kelamin

Pembuatan dan operasional teknis pembuatan biogas tergolong pekerjaan yang cukup berat, sehingga sebaiknya dilakukan oleh pria dan umumnya berumur produktif. Jenis kelamin responden diharapkan positif (nilai dummy pria= “1” dan wanita =”0”).

2. Umur

Peternak yang masih muda atau dalam umur produktif memiliki tenaga dan semangat dibandingkan dengan peternak dengan umur sudah tidak produktif

(45)

31 (non produktif). Berdasarkan hipotesis ini diharapkan bernilai negatif dengan asumsi kecenderungan semakin muda semakin positif.

3. Tingkat Pedidikan Formal Peternak

Tingkat Pendidikan Formal Peternak diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka semakin tinggi dorongan dalam memanfaatkan limbah menjadi biogas.

4. Lama usahaternak

Diharapkan bernilai positif, semakin lama maka pengalaman dalam melakukan usahaterak sapi perah dan penanganan limbah semkin lebih baik. 5. Jumlah ternak

Diharapkan bernilai positif semakin banyak ternak yang dimiliki maka semakin banyak jumlah limbah yang dihasilkan dan semakin tinggi potensi dalam pengembangan biogas.

6. Jumlah Tanggungan Keluarga

Diharapkan bernilai positif, semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi kebutuhan energi yang diperlukan maka semakin tinggi pula potensi untuk memanfaatkan energi alternatif seperti biogas.

7. Keikutsertaan kelompok peternak

Diharapkan bernilai positif, keikutsertaan kelompok akan meningkatkan dorongan dalampemanfaatan biogas dengan adanya wadah organisasi yang mendukung. Variabel keikutsertaan kelompok peternak ini merupakan variabel dummy dengan “X7 = 1” jika peternak merupakan anggota

kelompok peternak sedangkan “X7 = 0“, jika peternak bukan anggota

(46)

32 8. Pemahaman peternak mengenai biogas

Diharapkan positif dengan semakin tingginya pemahaman mengenai biogas maka kecenderungan untuk memanfaatkan limbah menjadi biogas pun semakin tinggi pula. Asumsi dan hipotesis yang digunakan dalam variabel ini terdiri dari 4 kemungkinan nilai variabel X8, antara lain: “X8 =1” jika

peternak tidak mengetahui mengenai biogas, “X8 = 2” jika peternak

memiliki tingkat pemahaman kurang paham/tahu, “X8 = 3” jika peternak

paham mengenai pengetahuan biogas , dan jika “X8 = 4” jika peternak

sangat paham terhadap pengetahuan biogas.

4.4.2.2 Pengujian Model dan Pendugaan Selang Kepercayaan Koefisien Prediksi/dugaan model linear logistik (4.6) diperoleh, langkah selanjutnya menguji apakah model logistik tersebut secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan pilihan kualitatif (Y) . hipotesis yang diuji dalam hal ini adalah:

H0 : β1 =β2 = β3 =...=βk (model tidak dapat menjelaskan)

H1 : minimal ada βi ≠ 0, untuk i= 1,2,3....k (model dapat menjelaskan)

Statistik uji yang digunakan adalah dengan likelihood ratio, yaitu rasio fungsi kemungkinan ModelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR

(H0 benar). Statistik Uji G dibawah ini menyebar menurut sebaran khi-kuadrat

dengan derajat bebas (k-1)

...(4.7) Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak (model signifikan ) jika :

(47)

33 pengujian faktor mana (βi ≠ 0) yang berpengaruh nyata terhadap

pilihannya, perlu uji statistik lanjut. Dalam hal ini menguji signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan statistik Uji wald yang serupa dengan statistik uji-t atau uji-Z dalam regresi linear biasa.

Hipotesis statistik yang diuji adalah:

H0 : βi = 0 untuk i= 1,2,3....k (peubah Xi tidak berpengaruh nyata)

H1 : βi ≠ 0 (peubah Xi berpengaruh nyata)

Statistik Uji yang digunakan adalah:

... (4.8) Dimana :

= koefisien regressi

= standard error of β (galat kesalahan dari β)

Penggunaan uji terhadap komponen pengujian merupakan langkah untuk mendapatkan hasil penelitianyang memiliki tingkat validitas yang tinggi.

4.4.3 Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan usahaternak digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha saat ini. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai selisih antara

penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

TR = Total penerimaan (total revenue) TC = Total Biaya (total cost)

(48)

34 Penerimaan usahaternak (Total Revenue-TR) adalah perkalian antara produksi yang diporoleh (Y) dengan harga jual (Py). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: (Soekartawi, 1995)

Dimana: TR = Penerimaan total

Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga jual

Aplikasi dari rumus di atas jika digunakan dalam penelitian ini maka persamaan menjadi:

TR = TRtunai + TRnon tunai

TR = tunai + non tunai

TR = (Y1.Py1 + Y2.Py2 + Y3.Py3) + (Y4.Py4 + Y5.Py5 +Y6.Py6)

Dimana :

TRtunai = Penerimaan yang diperoleh peternak secara tunai

TRnon tunai = Penerimaan peternak yang diperhitungkan

Y1.Py1 = perkalian antara jumlah susu yang dijual (liter) dengan

harga jual yang berlaku (Rp/liter)

Y2.Py2 = perkalian antara jumlah pupuk yang dijual (kg) dengan

harga pupuk jual yang berlaku (Rp/kg)

Y3.Py3 = perkalian antara jumlah pedet (ekor) yang dijual dengan

harga jual pedet (Rp/ekor)

Y4.Py4 = perkalian antara jumlah susu yang dikonsumsi oleh

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara ketiga tujuan pembangunan berkelanjutan  2.3  Pemanfaatan Limbah Peternakan
Tabel 2. Nilai Kesetaraan 1 m 3  Biogas dan Energi yang Dihasilkan  Jenis Energi  Kesetaraan dengan 1 m 3  gas bio
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Tabel 4. Matriks Metode Analisis Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi orang tua membentuk perilaku anak, Dengan tumbuhnya kasih sayang tumbuh pula kepatuhan, kepatuhan ini bukan didasari upaya menghindari diri dari perasaan tidak nyaman,

Dari hasil pemeriksaan kolesterol di Wilayah kerja Puskesmas Daik, Lansia yang mengalami hiperkolesterolemia dilakukan observasi langsung untuk mengetahui penyebab

Organisasi ULP– Hubungan dgn PA/KPA Kementerian/Lembaga/Institusi PA / KPA Pejabat Pengadaan Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Panitia/Pejabat

Kita dapat memperkirakan bahwa pada saat itu, Nazaret telah sedemikian rupa diabaikan sehingga tidak ada hal baik yang dapat diharapkan muncul dari mereka yang tinggal di

Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan beberapa metode tang diperoleh dari keterangan lain yang berhubungan dengan morfologi batang dan filotaksis khususnya pada rumput

Kebiasaan membolos yang sering dilakukan oleh siswa tentu akan berdampak negatif pada dirinya, misalnya dihukum, diskorsing, tidak dapat mengikuti ujian, bahkan bisa dikeluarkan

Alquran merupakan sebuah petunjuk yang berasal dari Allah Swt yang harus dipahami, dihayati dan diamalkan oleh manusia yang beriman kepada Allah Swt. Di dalam Alquran

Teman-teman seperjuangan penulis ; Desy, Steffie, Bunga, Evelyn, Sandy, Bima, Anda, Alya, Nora, Mitha, Robby, dan teman-teman penulis lainnya yang telah memberikan pendapat,