• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Bidang Apotek

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek mendefinisikan apotek sebagai tempat, tertentu, tempat dilakukan pekerjan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1965 tentang Apotik pasal 1 mengatur tentang tugas dan fungsi apotek.

Tugas dan fungsi apotik adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah;

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat;

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Pengelolaan apotik menjadi tugas dan tanggung jawab seorang apoteker. Sebesar 21,05% minat responden tertarik pada bidang pelayanan di Apotek. Berikut gambaran kesiapan responden dalam bidang kegiatan yang terdapat dalam bidang pelayanan kefarmasian di Apotek berdasarkan sudut pandang responden. a. Asuhan kefarmasian

Secara umum, kompetensi di Apotek hampir sama dengan kompetensi di Rumah Sakit. Perbedaan terletak pada kompetensi yang dibutuhkan untuk menjalankan asuhan kefarmasian. Pada bidang Apotek tidak mencantumkan

kompetensi membuat formulasi khusus sediaaan obat yang mendukung proases terapi, pelayanan klinik berbasis farmakokinetika, dan penatalaksanaan obat sitostatika dan obat atau bahan obat yang setara. Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi asuhan kefarmasian di apotek dapat dilihat dalam tabel XV berikut

Tabel XV. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi A (Asuhan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1.

Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal.

4,17 - - 54,16 41,67

2.

Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri.

- - 4,17 54,16 41,67

3. Memberikan pelayanan informasi obat. - - 4,17 50 45,83 4. Memberikan konseling obat. - - 8,33 50 41,67 5. Melakukan monitoring efek samping

obat. 4,17 - 41,67 33,33 20,83 6. Melakukan evaluasi penggunaan obat. 4,17 4,17 25 41,66 25

Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan responden telertak pada kompetensi kelima, yaitu melakukan monitoring efek samping obat. Hal ini diduga berkaitan dengan sulitnya untuk mengenal dan mengetahui identitas dan alamat pasien yang pernah datang di apotek, jumlah pasien yang datang kembali ke apotek setelah penggunaan obat dan terbatasnya apoteker yang bekerja di apotek. Pengecualian dilakukan apabila apoteker melakukan pelayanan residensial (home care). Melalui medical record yang dibuat, seorang apoteker

dapat melakukan monitoring efek samping obat yang mungkin terjadi pada saat melakukan pelayanan residensial.

b. Akuntabilitas praktek farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi akuntabilitas praktek farmasi di apotek dapat dilihat dalam tabel XVI berikut

Tabel XVI. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi B (Akuntabilitas Praktek Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian

di apotek No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1.

Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

8,33 4,17 12,50 58,33 16,67

2.

Merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan

mengembangkan standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku.

8,33 4,17 16,67 58,33 12,50

3. Bertanggung jawab terhadap setiap

keputusan profesional yang diambil. 4,17 - 8,33 58,33 29,17

4.

Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat.

4,17 - 16,67 54,16 25

5.

Melakukan perbaikan mutu

pelayanan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.

4,17 - 12,50 45,83 37,50

Pada kompetensi kelima dapat dilihat bahwa responden yang mengisi kolom sangat setuju memiliki persentase tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden akan selalu berupaya meningkatkan kualitas dirinya, sehingga mutu pelayanan yang diberikannya dapat selau terjaga.

c. Manajemen praktis farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen praktis farmasi di apotek dapat dilihat dalam tabel XVII berikut

Tabel XVII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi C (Manajemen Praktis Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian

di apotek No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1.

Merancang, membuat, mengetahui, memahami dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi.

8,33 4,17 25 45,83 16,67

2.

Merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan efisien.

8,33 - 16,67 54,17 20,83

3.

Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan efisien.

4,17 4,17 12,50 54,16 25

4.

Merancang organisasi kerja yang meliputi: arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen.

- 4,17 20,83 54,17 20,83

5.

Merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga, berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian.

- 8,34 20,83 50 20,83

6.

Memonitor dan evaluasi

penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek menajemen maupun asuhan kefarmasian yang mengarah pada kepuasan konsumen.

4,17 - 4,17 70,83 20,83

Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan yang paling rendah terletak pada kompetensi pertama, yaitu tentang regulasi di bidang farmasi. diduga, hal ini terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran responden dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan cenderung untuk mengabaikan peraturan perundang-undangan tersebut.

d. Komunikasi farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi komunikasi farmasi di apotek dapat dilihat dalam tabel XVIII berikut

Tabel XVIII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi D (Komunikasi Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1.

Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien

4,17 - 4,17 45,83 45,83

2.

Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.

- 4,17 12,50 50 33,33

3.

Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.

4,17 - 29,16 41,67 25

4.

Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi.

4,17 - 4,17 58,33 33,33

Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan responden yang terendah terletak pada kompetensi ketiga. hal ini terjadi diduga karena kurangnya bekal mengenai manajemen farmasi selama pendidikan profesi farmasi. Bobot mata kuliah Manajemen Farmasi di dalam kurikulum program pendidikan profesi apoteker berkisar 2-3 sks (sistem kredit semester).

e. Pendidikan dan pelatihan farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi pendidikan dan pelatihan farmasi di apotek dapat dilihat dalam tabel XIX berikut

Tabel XIX. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi E (Pendidikan dan Pelatihan Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian

di apotek No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1.

Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian.

4,17 - 16,67 58,33 20,83

2.

Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekarya, dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan

4,17 - 4,17 66,66 25

3.

Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian.

4,17 - 12,50 50 33,33

4.

Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan

manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.

4,17 - 8,33 62,50 25

f. Penelitian dan pengembangan kefarmasian

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi penelititan dan pengembangan kefarmasian di apotek dapat dilihat dalam tabel XX berikut

Tabel XX. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi F (Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di apotek No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1.

Melakukan penelitian dan

pengembangan, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain.

4,17 - 50 29,16 16,67

2.

Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan

peningkatan mutu praktek kefarmasian

4,17 - 16,67 58,33 20,83

Berdasarkan pernyataan mahasiswa program profesi Apoteker yang diberikan, diperoleh gambaran mengenai kesiapan mahasiswa program profesi Apoteker menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Apotek sebagai berikut

83,33%

16,67%

Tidak Siap Siap

Gambar 5. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Apotek secara Umum

Alasan-alasan yang diberikan oleh responden terhadap tingkat kesiapan dirinya dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang Apotek tertera di dalam tabel XXI dan XXII berikut ini

Tabel XXI. Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

dalam bidang pelayanan kefarmasian di Apotek

No. Alasan Persentase

(%) 1

Ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki belum cukup mendalam, terutama manajemen dan komunikasi

50

2 Tidak memberikan alasan 50

Total 100

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel XXI, 50% responden yang menyatakan tidak siap dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan di Apotek mempunyai alasan karena pengetahuan dan kemampuan yang didapat selama masa perkuliahan baik di jenjang strata satu ataupun program profesi Apoteker belum cukup membekali responden.

Tabel XXII. Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia pada bidang

pelayanan kefarmasian di Apotek

No. Alasan Persentase

(%)

1 Learning by doing 25

2 Tuntutan profesi 20

3 Profesionalitas sebagai Apoteker 10

4 Bekal ilmu pengetahuan cukup 10

5 Selalu ada kesempatan untuk Mempersiapkan diri 10 6 Agar profesi Apoteker semakin dihargai dan diakui 5

7 Optimis 5

8 Berminat di bidang farmasi komunitas 5

9 Meningkatkan kualitas Apoteker 5

10 Tidak memberikan alasan 5

Dari tabel XXII dapat dilihat bahwa 25% responden yang menyatakan siap dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Apotek memberikan alasan dapat selalu belajar sambil bekerja.

Dokumen terkait