• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Minat

Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk ketertarikan mahasiswa program profesi apoteker pada suatu bidang pelayanan kefarmasian, sehingga memiliki kecenderungan untuk memilihnya sebagai bidang pekerjaannya ketika bekerja sebagai apoteker. Hal ini berarti bahwa minat terhadap bidang pelayanan kefarmasian yang dipilih oleh responden saat mengisi kuisioner merupakan minat responden untuk bekerja pada bidang pelayanan kefarmasian tersebut sebagai apoteker. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang reponden diketahui bahwa sebagian besar responden berminat pada suatu bidang pelayanan kefarmasian karena ingin bekerja pada bidang pelayanan kefarmasian tersebut pada saat menjadi apoteker. Namun, ada juga responden yang berminat pada suatu bidang pelayanan kefarmasian tertentu karena sekedar ingin mengetahui lebih jauh mengenai bidang pelayanan kefarmasian tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa responden dengan karakteristik ini jumlahnya sedikit.

Berdasarkan kuesioner yang kembali, beberapa mahasiswa program profesi Apoteker memilih lebih dari satu bidang minat. Total jumlah minat pada tiga bidang pelayanan kefarmasian adalah 114 minat, yang untuk selanjutnya disebut sebagai responden. Sejumlah minat tersebut terbagi menjadi 35,97% berminat di bidang Rumah Sakit; 42,98% berminat di bidang Industri dan 21,05% berminat di bidang Apotek. Gambaran mengenai hal ini dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

35,97% 21,05% 42,98% Apotek Industri Rumah Sakit

Gambar 3. Distribusi minat responden pada tiga bidang pelayanan kefarmasian di Jawa Barat

Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa minat responden di Jawa Barat paling besar di bidang Industri. Salah seorang mahasiswa program profesi Apoteker yang diwawancara mengatakan bahwa minatnya ke bidang Industri karena perguruan tinggi tempat mahasiswa program profesi Apoteker tersebut menempuh pendidikan stata satu farmasi dan pendidikan profesi Apoteker lebih berorientasi pada bidang teknologi, tepatnya teknologi farmasi. Oleh karena itu, ia merasa mempunyai dasar-dasar tentang teknologi farmasi yang kuat dan siap untuk bekerja di bidang Industri dibanding di bidang Rumah Sakit dan Apotek. Berdasarkan ISO Indonesia Obat Generik Berlogo, jumlah industri farmasi di jawa barat juga cukup banyak, yaitu sekitar 71 industri. Hal ini diperkirakan juga menjadi alasan banyaknya responden yang berminat di bidang industri. Bidang pelayanan di rumah sakit menjadi minat

terbesar kedua dari responden. Di duga, hal ini berkaitan dengan jumlah rumah sakit yang cukup banyak di Jawa Barat, yaitu sekitar 104 unit rumah sakit. Jenjang karir yang dapat dicapai adalah menjadi Kepala Instalasi Farmasi dan menjadi salah seorang (wakil/sekretaris) Panitia dan Terapi. Khusus di dalam Panitia Farmasi dan Terapi, peran apoteker disini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa ada 6 (enam) mahasiwa program profesi apoteker yang mengisi lebih dari satu minat, yaitu 2 (dua) mahasiswa program profesi apoteker berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan industri, 3 (tiga) mahasiswa program profesi apoteker berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek dan 1 (satu) mahasiswa program profesi apoteker berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek dan industri. Pada kelompok yang berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan industri, 1 (satu) mahasiswa program profesi apoteker menyatakan kesiapannya untuk melakukan pelayanan kefarmasian di kedua bidang tersebut, sedangkan 1 (satu) mahasiswa yang lain menyatakan ketidaksiapannya. Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa program profesi apoteker yang siap melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan industri adalah kemauan dan selalu adanya kesempatan untuk terus belajar saat bekerja (learning by doing). Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa program profesi apoteker yang tidak siap melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan industri adalah karena belum menjalani Kerja Praktek (KP), sehingga belum

mengetahui dan mengalami secara langsung praktek pelayanan kefarmasian di kedua bidang tersebut. Pada kelompok yang berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek, 2 (dua) mahasiswa program profesi apoteker menyatakan kesiapannya untuk melakukan pelayanan kefarmasian di kedua bidang tersebut, sedangkan 1 (satu) mahasiswa yang lain menyatakan ketidaksiapannya. Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa program profesi apoteker yang siap melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek adalah kemauan dan selalu adanya kesempatan untuk terus belajar saat bekerja (learning by doing), serta tanggung jawab bahwa seorang apoteker harus mampu melaksanakan semua kegiatan farmasi dan tuntutan profesi. Mahasiswa program profesi apoteker yang tidak siap melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek tidak memberikan alasan penyebab ketidaksiapannya. Mahasiswa program profesi apoteker yang berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek dan industri, menunjukkan kesiapannya untuk melakukan pelayanan di rumah sakit dan apotek, tetapi tidaksiap untuk melakukan pelayanan di industri. Alasan yang dikemukakan yang menunjukkan kesiapannya melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek adalah kemauan dan selalu adanya kesempatan untuk terus belajar saat bekerja (learning by doing), sedangkan alasan yang menyebakan ketidaksiapannya melakukan pelayanan kefarmasian di industri tidak disebutkan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa minat melakukan pelayanan kefarmasian di lebih dari satu bidang pelayanan kefarmasian disebabkan peluang mendapatkan pekerjaan. Responden menyatakan bahwa dirinya tidak tahu akan diterima di bidang pelayanan kefarmasian yang mana. Oleh karena itu, responden merasa perlu mempersiapkan

diri di semua bidang pelayanan kefarmasian agar dapat memberikan pelayanan kefarmasian terbaik saat bekerja di salah satu pelayanan kefarmasian tersebut.

B. Tingkat Kesiapan Mahasiswa program profesi Apoteker Dalam Menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia Dalam Sudut

Pandang Mahasiswa program profesi Apoteker

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia tahun 2004 mencakup tiga bidang pelayanan kefarmasian, yaitu Industri, Rumah Sakit, dan Apotek. Pertanyaan yang diajukan di dalam kuisioner dibuat berdasarkan rincian aspek pengetahuan yang terdapat di dalam Standar Kompetensi Farmasis Indonesia untuk masing-masing bidang pelayanan kefarmasian.

Dokumen terkait