BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Bidang Industri
Bidang Industri memiliki lima fungsi Industrial yang dapat diisi oleh seorang calon Apoteker. Kelima fungsi Industrial tersebut adalah Quality Management
(Manajemen Mutu), Production Management (Manajemen Produksi), Product Development (Pengembangan Produk), Material Management (Manajemen Persediaan), dan Regulatory and Product Information (Regulasi dan Informasi Produk) (Anonim, 2004).
Sebesar 42,98% minat responden tertarik pada bidang pelayanan di Industri. Berikut gambaran kesiapan responden dalam bidang kegiatan yang terdapat dalam bidang pelayanan kefarmasian di Industri berdasarkan sudut pandang responden.
a. Quality Management (Manajemen Mutu)
Pedoman CPOB mencantumkan salah satu tugas pokok bagian pengawasan mutu, yaitu menyusun dan merivisi prosedur pengawasan dan spesifikasi serta menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pemeriksaan, pengujian dan analisis. Manajer pengawasan mutu hendaklah seorang apoteker yang cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis di bidang indutri farmasi dan keterampilan dalam kepeminmpinan sehingga memungkinkan melaksanakan tugas secara profesional. Manajer pengawasan mutu hendaklah diberi wewenang
dan tanggungjawab penuh dalam tugas pengawasan mutu yaitu dalam penyusunan verifikasi dan pelaksanaan seluruh prosedur pengawasan mutu. Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen mutu di industri dapat dilihat dalam tabel XXIII berikut
Tabel XXIII. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Quality Management di Industri No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1. Metode analisis. - 4,08 36,74 55,10 4,08 2. Studi stabilitas. - 4,08 22,45 61,22 12,25 3.
Penyelidikan kegagalan (failure investigation), penyimpangan bets
(batch deviation), prosedur
pengolahan dan pengemasan ulang.
- 2,04 12,25 79,59 6,12
4.
Rancang bangun fasilitas (facility design) dan sertifikasi Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
2,04 6,12 28,58 57,14 6,12
5. Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) di laboratorium. - 6,12 12,25 75,51 6,12 6. Inspeksi diri CPOB. - 4,08 12,25 77,55 6,12 7. Penanganan keluhan, obat
kembalian, dan penarikan obat jadi. - 2,04 16,33 73,47 8,16 8. Penilaian pemasok (vendor rating). - 10,20 40,82 44,90 4,08 9. Kalibrasi, kualifikasi, dan validasi. - 4,08 16,53 63,27 6,12 10. Pengendalian perubahan (change
control). - 8,16 24,49 65,31 2,04 11. Pelatihan CPOB. - 10,20 16,33 65,31 8,16 12. UKK dan K3/ Environment, Health,
and Safety (EHS). - 6,12 24,49 63,27 6,12 13. Pengelolaan dan pengendalian
dokumen. - 4,08 18,37 73,47 4,08 14. Penyusunan data pendukung untuk registrasi. 2,04 6,12 16,33 71,43 4,08
b. Production Management (Manajemen Produksi)
Di dalam Pedoman CPOB dicantumkan bahwa manajer produksi hendaklah seorang apoteker dan memiliki wewenang serta tanggung jawab penuh untuk mengelola produksi obat. Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen mutu di industri dapat dilihat dalam tabel XXIII berikutproduksi di industri dapat dilihat dalam tabel XXIV berikut
Tabel XXIV. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Production Management di Industri No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1. Pemahaman desain formula. - 4,08 22,45 61,22 12,25 2. Penanganan bahan (material handling). - 4,08 18,37 65,30 12,25 3. Proses pembuatan produk farmasi. 2,04 2,04 24,49 59,18 12,25 4. UKK dan K3/ Environment, Health,
and Safety (EHS). - 4,08 26,53 63,27 6,12 5. Rancang bangun fasilitas (facility
design) dan sertifikasi CPOB. 2,04 6,12 26,53 57,15 8,16 6. Inspeksi diri CPOB. - 4,08 16,33 69,39 10,20 7. Kalibrasi, kualifikasi, dan validasi - 6,12 32,66 53,06 8,16 8. Pengendalian perubahan (change
control). - 8,16 20,41 65,31 6,12
c. Product Development (Pengembangan Produk)
Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi pengembangan produk di industri dapat dilihat dalam tabel XXV berikut
Tabel XXV. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Product Development di Industri No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1. Formulasi. - - 12,25 73,46 14,29 2. Teknologi farmasi - 2,04 32,66 55,10 10,20 3. Pengembangan bahan pengemas - 4,08 12,25 71,42 12,25 4. Penyiapan data penunjang registrasi - 10,20 14,29 69,39 6,12
d. Material Management (Manajemen Persediaan)
Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen persediaan di industri dapat dilihat dalam tabel XXVI berikut
Tabel XXVI. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Material Management di Industri No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1. Pengadaan barang (procurement)
untuk produk obat. - 2,04 14,29 75,51 8,16
2. Pergudangan - - 8,16 83,68 8,16
3. Production Planning and
Inventory Control (PPIC). - 4,08 22,45 65,31 8,16
e. Regulatory and Product Information (Regulasi dan Informasi Produk)
Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi regulasi dan informasi produk di industri dapat dilihat dalam tabel XXVII berikut
Tabel XXVII. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Regulatory and Product Information di Industri
No Bidang Kegiatan STS (%) TS (%) R (%) S (%) SS (%) 1. Registrasi. - 8,16 28,57 48,98 14,29 2. Regulasi. - - 16,33 75,51 8,16 3. Sertifikasi. - 2,04 14,29 75,51 8,16 4. Informasi produk. - 2,04 6,12 73,47 18,37 5. Permohonan izin dan pelaporan
hasil uji klinik. 2,04 4,08 22,45 67,35 4,08 6. Pelaporan MESO. - 4,08 20,41 69,39 6,12 7.
Pelaporan penanganan keluhan dan penarikan kembali produk jadi.
- - 14,29 75,51 10,20
Berdasarkan data pada tabel XXVII terlihat bahwa responden masih merasa tidak siap pada bidang registrasi. Ini terjadi diduga karena memang belum adanya pengetahuan yang diberikan secara mendetail tentang tugas seorang apoteker diindustri khususnya dalam tata cara registrasi.
Berdasarkan pernyataan responden yang diperoleh dari jawaban pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, telah diperoleh gambaran mengenai kesiapan mahasiswa program profesi Apoteker menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian dibidang Industri sebagai berikut
18,37% 81,63%
Tidak Siap Siap
Gambar 6. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Industri secara umum Alasan-alasan yang diberikan oleh responden terhadap tingkat kesiapan dirinya dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang Industri tertera di dalam tabel XXVIII dan XXIX di bawah ini
Tabel XXVIII Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia
dalam bidang pelayanan kefarmasian di Industri
No. Alasan Persentase
(%) 1 Ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
belum cukup 33,33
2 Ilmu pengetahuan yang dimiliki belum cukup 22,22
3 Kurang pengalaman 22,22
4 Tidak semua kriteria yang diajukan dapat dikuasai 11,11
5 Tidak memberi alasan 11,11
Total 100
Berdasarkan tabel XXVIII di atas, alasan utama ketidaksiapan responden adalah belum cukupnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Tabel XXIX. Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia pada bidang
pelayanan kefarmasian di Industri
No. Alasan Persentase
(%) 1 Bekal ilmu pengetahuan teoritis dan pengalaman
KP 20
2 Bekal ilmu pengetahuan teoritis cukup 20
3 Learning by doing 15
4 Tidak memberi alasan 7,5
5 Persiapan diri sejak awal untuk kerja di Industri 7,5 6 Bekal ilmu pengetahuan teoritis cukup dan terus
belajar 7,5
7 Ada training di awal kerja 5
8 Meningkatkan mutu Apoteker 5
9 Tuntutan 5
10 Ada PROTAP dan SOP 2,5
11 Sarana prasarana perkuliahan yang mendukung 2,5
12 Optimis 2,5
Total 100
Berdasarkan alasan yang diberikan, alasan utama kesiapan responden adalah bekal ilmu pengetahuan teoritis yang cukup dan mempunyai pengalaman dari Kerja Praktek.