• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN FOKUS PENELITIAN

C. PELUANG DAN TANTANGAN DALAM PEMBINAAN

1. Bidang Komunikasi

a. Strength (Kekuatan)

1) Media komunikasi tersedia di biara-biara.

2) Para suster, termasuk suster yunior mendapat kesempatan untuk memanfaatkan media komunikasi yang tersedia di biara maupun di unit karya. 3) Formator dan formandi berpengalaman dalam mengoperasikan sarana

komunikasi.

4) Tersedianya komunikasi antar formator dan formandi didukung teknologi komunikasi modern.

b. Weakness (Kelemahan)

1) Belum semua potensi formator dan formandi dioptimalkan. 2) Menurunnya kesadaran budaya baca.

3) Para formator belum mengoptimalkan sarana komunikasi sebagai media pembinaan.

c. Opportunity (Peluang)

1) Tersedianya media komunikasi yang murah sehingga mempermudah pengarahan, pastoral, dan dalam membentuk jejaring dengan lembaga- lembaga lain dalam kerjasama yang mendukung pendidikan religius.

3) Media massa modern sebagai sarana komunikasi aktualisasi nilai-nilai spiritualitas kongregasi dalam rangka pembinaan suster-suster yunior.

4) Warisan nilai-nilai rohani dari pendiri yang dikomunikasikan akan menjadi dinamis dan bukan sekedar ajaran yang bersifat teori.

d. Threat (Ancaman/Tantangan)

1) Berkurangnya komunikasi verbal sehingga komunikasi kurang efektif. 2) Komunikasi antar pribadi tidak mendalam/dangkal, sebatas permukaan. 3) Cenderung individual/non personal dan narsistis.

4) Komunikasi nilai-nilai spiritualitas dan kharisma kurang mendalam sehingga suster muda menjadi kurang berkualitas.

5) Menurunnya kesantunan dalam komunikasi.

6) Cenderung mencari informasi yang bermuatan hiburan. 7) Kecenderungan adiktif terhadap media komunikasi. 8) Memanfaatkan media komunikasi secara proposional. 9) Mengikuti trend media komunikasi sebagai gaya hidup.

2. Bidang Kebudayaan

a. Strength (Kekuatan)

1) Formator dan formandi berasal dari berbagai daerah. 2) Terciptanya budaya dialog.

3) Adanya evaluasi dari persaudaraan yang memberikan masukan mengenai kemajuan para suster yunior sekaligus memberi masukan untuk

mengembangkan nilai-nilai rohani dan manusiawi agar semakin dapat menginternalisasikan nilai-nilai spiritualitas kongregasi.

4) Adanya refleksi dan evaluasi dalam kapitel propinsi yang meninjau kembali nilai-nilai spiritualitas yang menjadi budaya kongregasi.

b. Weakness (Kelemahan)

1) Belum sepenuhnya tercipta pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan pendapat.

2) Belum semua anggota ambil bagian secara optimal dalam membantu proses internalisasi nilai-nilai rohani dan manusiawi bagi para suster yunior melalui sumbangan persaudaraan.

3) Budaya demokrasi belum sepenuhnya terkondisikan dalam komunitas maupun dialog-dialog antara suster yunior dengan para suster yang telah berkaul definitif.

4) Adanya kecenderungan mencari aman dari para suster yunior.

5) Belum sepenuhnya para suster yunior memiliki sikap lepas bebas dalam mengungkapkan gagasan.

6) Permahaman dan penghayatan kultur cara memandang, merasa, bertindak dan berelasi belum sepenuhnya dapat diwujudkan secara khas sebagai religius SFS.

c. Opportunity (Peluang)

1) Adanya kekayaan budaya dari daerah masing-masing baik dari formator maupun formandi.

2) Adanya perbedaan karakter dan pola pikir dari formator dan formandi yang memperkaya kongregasi.

3) Terbentuknya pribadi-pribadi religius muda yang memiliki sikap lepas bebas dalam berpendapat.

4) Terciptanya budaya saling menghargai antara formator dengan formandi maupun dalam hidup di komunitas serta di tempat tugas.

5) Budaya belajar terus-menerus bagi formator dan formandi dengan memanfaatkan sarana-prasarana yang tersedia di komunitas maupun di tempat tugas.

d. Threat (Ancaman/Tantangan)

1) Pengaruh budaya pop membentuk pribadi yang tidak mendalam/dangkal dalam penghayatan hidup rohani maupun dalam berelasi dengan sesama. 2) Menurunnya semangat ulah tapa dan pengendalian diri.

3) Memudarnya semangat diskresi dengan adanya berbagai tawaran nilai baik formator, formandi maupun anggota yang telah berkaul definitif.

4) Kecenderungan berbudaya instan, konsumtif dan hedonis.

3. Bidang Psikologi

a. Strength (Kekuatan)

1) Para formandi merupakan generasi muda zaman sekarang cenderung lebih mengedepankan kemampuan berpikir/otak.

2) Para formandi memiliki banyak bakat dan kecerdasan.

4) Adanya tenaga formator yang telah berpengalaman dalam pembinaan.

b. Weakness (Kelemahan)

1) Para formandi kurang kritis dalam mengolah informasi.

2) Kecenderungan para formandi memilih jalan termudah (instan) atau tidak mau susah.

3) Formator belum mengoptimalkan psikologi kognitif dalam pembinaan. 4) Kurangnya keberanian dari formandi dalam bereksplorasi.

c. Opportunity (Peluang)

1) Formator dapat memadukan psikologi kepribadian dengan psikologi kognitif dalam pembinaan kepada para formandi.

2) Penanaman nilai-nilai spiritualitas dapat dipahami dan diwujudkan oleh para formandi sesuai dengan situasi zaman.

3) Dengan menerapkan psikologi kognitif, formator dan formandi semakin kompeten dalam bidangnya.

4) Terbentuknya pribadi yang seimbang, dewasa dan utuh.

d. Threat (Ancaman/Tantangan)

1) Lebih mengedepankan kemampuan rasio.

2) Nilai-nilai spiritualitas kurang terhayati secara mendalam dan seimbang. 3) Menurunnya semangat diskresi.

4) Narsis dan mengabaikan pribadi yang kurang mampu dalam berpikir.

5) Cenderung rasionalisasi sehingga membentuk pribadi sulit memiliki sikap jujur dan rendah hati.

4. Bidang Pendidikan

a. Strength (Kekuatan)

1) Secara umum formandi memiliki bakat dan kemampuan rata-rata. 2) Tersedianya sarana-prasarana yang mendukung proses pendidikan. 3) Adanya tenaga formator yang telah berpengalaman.

4) Adanya kesempatan mendatangkan tutor yang kompeten. 5) Berlangsungnya pembinaan terus-menerus (ongoing formation).

b. Weakness (Kelemahan)

1) Belum ada ketetapan masa dan rumah yuniorat.

2) Penyelenggaraan pendidikan religius bagi para formandi masih sebatas rekoleksi bulanan dan bimbingan pribadi.

3) Belum semua materi pendidikan tahun yuniorat dijadikan bahan acuan dalam pembinaan.

4) Kurangnya minat belajar secara pribadi dari formandi. c. Opportunity (Peluang)

1) Peran formator sebagai fasilitator dan motivator memberikan arahan, kesempatan dan kepercayaan kepada para formandi yang telah memiliki bakat dan kecerdasan.

2) Formandi dapat mengoptimalkan bakat dan kemampuannya.

3) Kemajuan teknologi media komunikasi dapat menjadi sarana dalam mengembangkan pendidikan.

5) Meningkatkan pendidikan dan pembekalan untuk mengembangkan kemampuan, keterampilan dan kualitas formator.

6) Kontekstualisasi nilai-nilai spiritualitas sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman.

d. Threat (Ancaman/Tantangan)

1) Banyaknya informasi dari berbagai media dapat menggeser materi ajar pendidikan religius.

2) Kuatnya pengaruh budaya instan. 3) Tergesernya pengolahan hidup rohani. 4) Situasi lingkungan yang kurang kondusif.

5) Tuntutan tersedianya tenaga formator yang kompeten dan berkualitas.

5. Bidang Kepemimpinan

a. Strength (Kekuatan)

1) Sistem kepemimpinan yang demokratis dan dialogal.

2) Adanya tenaga formator resmi dan pemimpin komunitas yang ditunjuk dalam pembinaan para suster yunior.

3) Adanya kesempatan dan kepercayaan bagi formandi dalam tugas di komunitas maupun karya.

4) Adanya kesempatan bagi formandi belajar dalam beberapa bidang kerja.

b. Weakness (Kelemahan)

1) Belum semua pemimpin mampu memberikan teladan ideal secara konkret. 2) Kurangnya daya juang para suster yunior.

3) Tujuan studi formal bagi para yunior bukan untuk optimalisasi kemampuan yang bersangkutan melainkan untuk memenuhi kebutuhan kongregasi.

4) Spiritualitas kongregasi belum sepenuhnya memotivasi dan mendorong anggota kongregasi.

c. Opportunity (Peluang)

1) Berkembangnya potensi kepemimpinan formator dan formandi. 2) Berkembangnya bakat dan kemampuan formandi secara optimal.

3) Pentingnya pendidikan dan pembekalan bagi para formator untuk menunjang kompetensi dalam tugas pembinaan.

4) Visi, misi dan tujuan kongregasi dipahami dan dihayati secara personal oleh formator dan formandi.

5) Tercipta gerak bersama berdasarkan opsi kongregasi.

6) Meningkatnya kesadaran untuk saling memberikan teladan baik sesuai dengan spiritualitas kongregasi.

7) Meningkatnya kesadaran belajar secara terus-menerus.

8) Melakukan perubahan dalam berbagai bidang hidup sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritualitas kongregasi. 9) Mengembangkan kemampuan berwawasan global namun tetap memiliki

kebijakan lokal.

d. Threat (Ancaman/Tantangan)

1) Berkembangnya budaya bebas yang cenderung menolak kepemimpinan hirarkis.

3) Penyimpangan aktualisasi dalam bertindak dari nilai-nilai spiritualitas kongregasi.

4) Kurangnya keseimbangan antara hidup rohani dan hidup karya. 5) Menurunnya mutu penghayatan tri kaul.

Dokumen terkait