• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN FOKUS PENELITIAN

B. KONTEKS

4. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Menurut Hasbullah (1999: 1), pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau

paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja

oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essensial terdapat unsur- unsur dan faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, peserta didik, tujuan dan sebagainya.

Pendidikan dapat diselenggarakan secara informal, formal, maupun nonformal. Pendidikan informal adalah pendidikan dalam keluarga dan

lingkungan; pendidikan nonformal dapat ditempuh melalui kursus-kursus keterampilan, pelatihan, kelompok belajar, dan lain sebagainya, sedangkan pendidikan formal berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan.

b. Faktor-faktor Pendidikan

Dalam proses pendidikan ada pendidik yang berfungsi sebagai pelatih, pengembang, pemberi atau pewaris. Kemudian terdapat bahan yang dilatihkan, dikembangkan, diberikan dan diwariskan yakni pengetahuan, keterampilan, berpikir, karakter yang berupa bahan ajar, serta ada peserta didik yang menerima latihan, pengembangan, pemberian dan pewarisan pengetahuan, keterampilan, pikiran dan karakter. Menurut Sutari Imam Bernadib, dalam bukunya Hasbullah (1999: 9) bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, yaitu:

1) Adanya tujuan yang hendak dicapai,

2) Adanya subyek manusia (pendidik dan peserta didik) yang melakukan pendidikan,

3) Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu (milieu),

4) Menggunakan media atau alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan, dan 5) Adanya metodologi pendidikan.

Faktor yang satu dengan faktor yang lainnya, tidak bisa dipisahkan, karena kesemuanya saling mempengaruhi.

c. Trend Pendidikan Indonesia Masa Kini

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Undang-undang Sisdiknas, 2003: pasal 3).

Subyek pendidikan adalah peserta didik, sehingga pendidik tidak lagi menjadi pusat dalam pendidikan. Pendidik berfungsi sebagai fasilitator dan motivator. Suparno (2002: 15-17) sependapat dengan para konstruktivis, bahwa pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi (personal). Semua hal lain termasuk pelajaran dan arahan guru hanya merupakan bahan yang harus diolah dan dirumuskan oleh siswa sendiri. Peran guru atau pendidik sebagai fasilitator atau moderator.

Mohammad Alw angkat teori Howard Gardner yang berpendapat bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.

Pendidik memiliki peran penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya.

Ada sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan matematik-logis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,

kecerdasan naturalis dan kecerdasan eksistensial. Setiap orang mempunyai semua kecerdasan itu dan setiap manusia normal dapat mengembangkan kesembilan jenis kemampuan itu sampai ke tingkat penguasaan tertentu.

Oleh karena itu, mutu pendidik harus terus ditingkatkan. Syawal Gultom (2012: 14) Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidik (BPSDMP DAN PMP) mengatakan bahwa akan diadakan tes ulang bagi para guru yang berjumlah 1.020.000 yang sudah tersertifikasi. Tes akan dilaksanakan secara online maupun offline. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah memperhatikan mutu tenaga pendidik dalam mengajar dengan menggunakan teknologi komputer.

Pemerintah Indonesia juga mengakui pendidikan informal sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai standar nasional pendidikan (Undang-undang Sisdiknas 2003: pasal 27). Selain itu, pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dengan menggunakan media komunikasi maupun jaringan komputer (UU Sisdiknas 2003: pasal 31).

Mohammad Abduhzen berpendapat dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini, menerapkan world class university ataupun (rintisan) sekolah bertaraf internasional atau RSBI. Meskipun menciptakan persaingan atau kompetisi namun dijadikan visi kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2025. Visi komersial ini menuntun segenap upaya pendidikan kita untuk melihat keluar, mengacu pada dan menggunakan standar-standar internasional (Mohammad Abduhzen, 2012: 6).

Media pembelajaran sekarang ini tidak lagi terpusat pada guru dan buku- buku di perpustakaan. Paulina Pannem (2012: 14) berpendapat bahwa penggunaan Teknologi Ilmu Komunikasi (TIK) pada pendidikan diyakini dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan menerapkan sistem e-learning atau sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e- learning, guru bisa kreatif menggunakan gambar, video, audio, teks dan animasi sehingga pembelajaran lebih menarik dan mudah ditangkap.

Pendidikan berwawasan lingkungan menggunakan alam sebagai media pembelajaran sehingga peserta didik mengalami secara langsung dalam mempelajari Biologi/IPA sekaligus menanamkan sikap untuk lebih menghargai alam dan berusaha melestarikan lingkungan (Outward Bound Indonesia, 2012: 4- 5).

Selain itu, simulasi penyelamatan diri dari bencana alam, khususnya dari gempa bumi juga diajarkan kepada peserta didik dengan cara berlindung di bawah meja sehingga resiko jatuhnya kurban jiwa dapat dikurangi (Indra Riatmoko, 2012: 12).

Pendidikan berbasis kompetensi telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia sehingga pendidikan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu, berbagai pendekatan dapat diterapkan, seperti Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), pembelajaran kooperatif, Contextual Teaching and Learning (CTL), dan lain sebagainya (UU Sisdiknas 2003: pasal 3). Pendidikan karakter menjadi trend sekolah-sekolah sekarang ini. Dengan pendidikan karakter peserta didik diharapkan memiliki kepribadian, akhlak yang

baik serta karakter positif lainnya. Berbagai model pendidikan karakter mulai dikembangkan dan diterapkan sebagai bahan ajar dalam proses belajar mengajar di sekolah diantaranya muatan lokal dan pendidikan berbasiskan budaya (Ajat Sudrajat, 2012: 5). Pendidikan karakter tidak melulu diberikan secara teori melainkan dengan pendekatan lingkungan hidup dan budaya lokal yang disebut

eco-learning and culture yang dilaksanakan di luar kelas (outdoor education) (Outward Bound Indonesia, 2012: 4-5).

Penerapan prinsip 3C: competency (kompeten), compassion (empati),

conscience (bermoral) dalam pendidikan diharapkan melahirkan dan menciptakan peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan sekaligus berkarakter (Situmorang, 2012: 7).

Menurut Ari Subagyo pendidikan Pancasila mutlak dilakukan untuk membangun karakter karena Pancasila merupakan gugus nilai yang digali dan disepakati menjadi watak bangsa Indonesia. Pancasila memuat gugus nilai ideal, yakni berketuhanan, berkemanusiaan, bersatu, bermusyawarah, dan berkeadilan sosial. Gugus nilai itu menjamin terbentuknya insan Pancasilais yang utuh- integral sebagai makhluk individual maupun sosial. Beberapa sekolah melengkapi pendidikan karakter dengan live in bersama warga miskin dan tersingkir. Kepedulian dan empati siswa disentuh dan dibangkitkan agar menjadi sikap, keterampilan, dan visi hidup (Ari Subagyo, 2012: 14).

Dokumen terkait