• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

C. Bimbingan dan Konseling di Sekolah

a. Fungsi Pemahaman

Dalam fungsi pemahaman, kegunaan, manfaat dan keuntungan-keuntungan yang diberikan berkenaan dengan pemahaman. Pemahaman yang berkaitan dengan mengaitkan fokus utama pelayanan bimbingan konseling yaitu klien (dalam hal ini siswa) dengan berbagai permasalahannya dengan tujuan-tujuan diselenggarakannya konseling. Pemahaman yang dihasilkan yaitu pemahaman tentang diri siswa beserta permasalahannya oleh siswa dan oleh pihak-pihak yang akan membantu siswa, serta pemahaman tentang lingkungan siswa oleh siswa (Prayitno, 1999: 196). Dalam kasus bullying di sekolah, fungsi pemahaman akan diberikan seluas-luasnya kepada siswa, guru dan warga sekolah lainnya. Hal ini perlu dilakukan supaya mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dan benar mengenai perilaku bullying di sekolah serta memperoleh kesepakatan bersama untuk mencegah bullying berkembang di lingkungan sekolah. Fungsi pemahaman diberikan kepada siswa untuk mengetahui dengan jelas peran-peran yang terdapat dalam peristiwa bullying yaitu pelaku, korban maupun penonton bullying. Dengan mengetahui informasi secara benar, diharapkan para siswa bisa melaporkannya kepada pihak sekolah jika mengalami atau melihat peristiwabullyingdan membuat kesepakatan bersama.

b. Fungsi Pencegahan

Pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting (Prayitno, 1999 : 202). Upaya pencegahan dalam dunia kesehatan mental berkaitan dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi seseorang. Dalam lingkungan sekolah, memperbaiki dan mengubah lingkungan seringkali amat sulit dilakukan oleh konselor. Oleh sebab itu, konselor harus tetap berusaha untuk menghubungi dan membicarakan dengan pihak-pihak yang bersangkutan dengan lingkungan para siswa. Tahap-tahap dalam pelaksanaan fungsi pencegahan menurut Prayitno (1999 : 208) antara lain :

1) Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul 2) Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber

penyebab timbulnya masalah

3) Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut

4) Menyusun rencana program pencegahan 5) Pelaksanaan dan monitoring

6) Evaluasi dan laporan

Dalam kasus bullying di sekolah, fungsi pencegahan sangat penting untuk direncanakan dan dilakukan pihak sekolah. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah seputar bullying secara khusus. Dalam upaya identifikasi seputar kasus bullying di sekolah, pihak sekolah maupun konselor di sekolah harus cermat melihat perilaku bullying yang terjadi pada para siswa di sekolah. Sebab jika pengamatan yang dilakukan ternyata berbeda dengan keadaan yang sebenarnya terjadi, maka fungsi pencegahan yang dilakukan menjadi salah sasaran dan tidak tepat dengan yang terjadi pada para siswa.

c. Fungsi Pengentasan

Orang yang mengalami masalah itu dianggap berada dalam suatu keadaan yang tidak mengenakan. Upaya membantu penyelesaian masalah seseorang berarti pula, menempatkan seseorang tersebut dalam keadaan yang pantas. Upaya yang dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam hal tersebut, pelayanan bimbingan dan koseling menyelenggarakan fungsi pengentasan (Prayitno, 1999: 209).

Fungsi pengentasan melalui pelayanan bimbingan dan konseling berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk layanan konseling perseorangan saja, tetapi dapat pula dengan menggunakan bentuk-bentuk layanan lainnya, seperti konseling kelompok, program-program orientasi dan informasi serta program-program-program-program lainnya yang disusun secara khusus bagi siswa.

Dalam kasus bullying di sekolah, fungsi pengentasan yang dilakukan bimbingan konseling bisa dilakukan kepada semua pihak yang berkaitan dengan peristiwa ataupun perilaku bullying yang terjadi di sekolah. Penyelenggaraan konseling perseorangan dapat diberikan kepada pelaku bullying, korban bullying, maupun penontonbullying. Selain itu layanan konseling bisa diberikan kepada orang tua masing-masing pihak, para guru di sekolah, maupun pemberian informasi secara intens kepada seluruh warga sekolah mengenai topikbullying.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Prayitno (1999: 215) mengatakan bahwa fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik

hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Berbicara mengenai ‘pemeliharaan’, maka pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan dan memiliki nilai tambah dari waktu-waktu sebelumnya. Oleh karena itu, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan. Tugas-tugas dan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan, apalagi pemeliharaan dan pengembangan individu manusia dengan segala aspeknya sangat bervariasi dan kompleks, tidak dapat berdiri sendiri. Dengan demikian, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan dalam suatu kegiatan atau program bimbingan dan konseling sebenarnya terkait langsung pada ketiga fungsi yang lainnya yakni: pemahaman, pencegahan, dan pengentasan. Dalam menjalankan fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan itu, konselor sering kali tidak dapat berjalan sendiri, melainkan perlu bekerjasama dengan pihak-pihak lain.

Dalam kasus bullying di sekolah, fungsi pengembangan dan pemeliharaan harus selalu dilakukan agar peristiwa-peristiwa bullying tidak terjadi atau tidak semakin bertambah di lingkungan sekolah. Contohnya, ketika petugas bimbingan melihat kondisi sekolah yang tidak banyak terjadi peristiwa bullying, maka bukan berarti untuk tidak berbuat sesuatu apapun dengan hasil tersebut. Perilaku bullying tidak banyak terjadi bukan berarti perilaku tersebut tidak ada sama sekali. Mungkin

ada, tetapi ditutup-tutupi karena dianggap sesuatu yang wajar. Oleh sebab itu petugas bimbingan harus tetap membuat program-program perencanaan atau kegiatan agar peristiwa bullying di sekolah tetap terpantau dan tidak meningkat. Petugas bimbingan dan konselor sekolah harus dapat menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar sekolah untuk menekan pertumbuhan bullying di dalam lingkungan sekolah.

2. Sumbangan Yang Dapat Dilakukan Bimbingan dan Konseling Untuk Mencegah Berkembangnya PerilakuBullyingdi Sekolah

Olweus (Coloroso, 2007:333-335) mengatakan bahwa ada beberapa intervensi yang dapat dilakukan pihak konselor sekolah untuk mencegah berkembangnya perilaku bullying di sekolah, antara lain yaitu :

a. Pengadaan kegiatan untuk pengumpulan informasi mengenai perilaku bullyingdi sekolah secara langsung dari para siswa

Kegiatan ini akan melibatkan berbagai macam hal, antara lain: pertama, meningkatkan pemahaman bagi para pelajar, pendidik dan orangtua mengenai definisi bullying, kategori perilaku bullying (verbal, fisik, dan relasional) serta peran-peran yang dapat dilakukan oleh para siswa. Kedua, diperlukan survey secara anonym di antara para pelajar, pendidik dan orang tua tentang sifat dan kualitas hubungan antar sebaya di sekolah. Ketiga, hal-hal yang diperlukan dari kehadiran orang-orang dewasa yang dianggap penting oleh para siswa agar tetap merasa aman dan tidak terancam.

b. Pengadaan aturan-aturan yang jelas mengenai sanksi penindasan di ruang kelas atau di lingkungan sekolah secara menyeluruh

Para siswa perlu diberi pengetahuan akan adanya aturan-aturan yang dibuat pihak sekolah terhadap perilaku bullyingjika dilakukan di dalam lingkungan sekolah. Peraturan tersebut akan dilaksanakan dan berlaku kepada semua pihak di sekolah.

c. Pemberian pelatihan bagi para guru di sekolah untuk menanggapi

bullyingsecara peka dan konsisten

Para pendidik semestinya mengajarkan toleransi akan keragaman dan mencontohkan perilaku yang positif, menghargai dan mendukung secara tepat kepada para siswa. Para pendidik tidak lagi perlu berdalih untuk tidak turun tangan bahkan menutup mata terhadap permasalahan bullying di sekolah.

d. Pemberian pengawasan secara khusus untuk tempat-tempat yang sulit dijangkau dan tertutup, seperti sudut kantin, sudut kamar mandi, lorong kelas dan sebagainya

Salah satu strategi yang efektif untuk mengamankan sekolah adalah kehadiran fisik orang-orang dewasa yang bertanggung jawab.

e. Perbaikan kesadaran dan keterlibatan orang tua dalam bersikap dan melihat permasalahan bullying di sekolah

Orang tua murid diajak untuk dapat melihat permasalahan bullying di sekolah. Keterlibatan dan dukungan orang tua murid sangat diperlukan untuk menyelesaikan peristiwabullying yang ada di sekolah.

Dokumen terkait