• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEIKSIS DAN TEKS NARAS

C. Teks naras

4. Biografi Naji>b Mah}fu>z}

Naji>b mah}fu>z}176 seorang sastrawan Mesir yang lahir di distrik al-Jamaliyah di jantung kota Kairo lama pada 11 Desember 1911. Memiliki nama lengkap Naji>b Mah{fu>z{ ‘Abdul ‘Azi>z Ibra>hi>m Ah}mad al- Basha177, keluarganya tergolong misikin dan tidak mengecap pendidikan yang memadai. Ayahnya adalah seorang pegawai rendahan yang kemudian beralih profesi menjadi pedagang. Mah}fu>z} mempunyai enam saudara; dua laki-laki, empat perempuan. Keenam saudaranya ini telah mendahului menghadap Yang Maha Kuasa saat masih berusia balita. Jadilah Mah}fu>z} kecil hidup tanpa canda dari kakak dan adiknya.

Pada tahun 1917, usia enam tahun, Mah}fu>z} dan keluarganya pindah ke kawasan Abba>siyyah yang lebih bersih dan modern. Pada saat itu, Mah}fu>z} mulai mengecap pendidikan dasar, al-Madrasah al- Ibtida'iyyah. Pada tahun 1924, di usia tiga belas tahun, Mah}fu>z} memasuki Sekolah Lanjutan; al-Madrasah al-Thanawiyyah Fu'ad al-Awwal, di sekolah tersebut materi pendidikan tampak tidak banyak berkaitan dengan pendidikan kesusasteraan karena biasanya murid-murid diarahkan pada pengusaan bahasa Arab dan kebudayaannya. Walaupun demikian,

176

Terdapat beberapa versi penulisan nama sastrawan Mesir ini dalam terjemahan- terjemahan berbahasa Indonesia, antara lain: Najib Mahfouz, Najib Mahfuzh, Naguib Mahfoudz, dan Naguib Mahfouz. Dalam literatur-literatur berbahasa Inggris penulisan nama sastrawan muslim peraih nobel ini terlihat lebih konsisten, yaitu Naguib Mahfouz.

Penulis sendiri menggunakan nama bahasa Arab “ظﻮﻔﺤﻣ ﺐﯿﺠﻧ“. Namun berdasarkan pada pedoman transliterasi Arab – Latin Library Of Congress peneliti menggunakan penulisan dengan Naji>b Mah}fu>z}.

177

Mah}fu>z} memiliki kemahiran dalam bahasa perancis dan Inggris, yaitu bahasa-bahasa karya fiksi yang dibacanya pada usia muda. Tampaknya usahanya pada tingkat ini terbatas pada menulis dan menerjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selanjutnya, walupun dia mendapat materi kesusasteraan Arab Klasik, yang kurang imajinatif, baik materi maupun metode pengajaran, Mah}fu>z} tetap berusaha menciptakan dan menguntai puisi dan juga menulis cerita-cerita detektif yang sangat ia gemari.

Seiring peningkatan perekonomian keluarganya, pada tahun 1930 Mah}fu>z} melanjutkan studinya di fakultas adab, jurusan Filsafat Islam Universitas Fuad I, sekarang menjadi al-Ja>mi’ah al-Qa>hirah

(Universitas Kairo). Pada tahun 1934, Mah}fu>z} mengantongi ijazah Sarjana Filsafat. Sebenarnya, Mah}fu>z} mendapatkan tawaran dari Mus}t}afa ‘Abdul Raziq, salah seorang Guru Besar Universitas Kairo dan pembimbing magisternya untuk menempuh program Doktor dalam bidang Filsafat dan Mistik Islam, namun tawaran itu ditolaknya. Kesenjangan sosial yang dirasakannya sejak kecil dan penderitaan kaum kecil yang tertindas oleh kekuasaan birokrasi Mesir membuat solidaritasnya bangkit. Mah}fu>z} memilih pekerjaan di almamaternya dan menekuni bidang tulis-menulis.

Ia pernah bekerja pada penyiaran film kerajaan. Ada 20 buah novel dan cerpen Mah}fu>z} yang telah diterbitkan. Kebayakan dari karyanya itu telah difilmkan. Karangan-karangannya yang terkenal ditulis antara tahun l945 - l952. Sebagai sastrawan kenamaan Mah}fu>z} telah menerima ijazah kehormatan dari negara Prancis, Republik Sovyet Rusia dan Denmark ketika karya-karyanya telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Pada tahun l970, ia telah dikaruniai Anugerah Sastra Kebangsaan (National Prize for Letter). Serta, pada tahun l972 telah memperoleh ‘The Collar of the Republic’ anugerah tertinggi di negaranya. Pada tahun l988 Mah}fu>z} berhasil memenangkan hadiah Nobel untuk Kesusastraan.

Mah}fu>z} sebagai sastrawan dan penulis dengan mempelajari biografi kehidupannya dan alam pikiran sastranya seperti pelbagai kencendrungan dan isu berdasarkan pelbagai karya sastranya yang pada gilirannya memperoleh sejumlah penghargaan baik nasional, regional, bahkan international. Tempat kelahirannya di satu bilangan kota Kairo al- Ma’ziyyah menjadi latar sejumlah besar novel-novelnya. Mah}fu>z} mempersunting ‘Atiyatullahi’. Pada usia tigapuluhan akhir ia dikarunia dua putri Fatimah dan Ummu Kulthum. Di samping aktif di pelbagai kegiatan profesi dan jabatan khususnya yang pernah di lingkungan Dapartemen Agama, ia juga aktif menulis karya-karya fiksi baik novel atau cerita pendek. Berdasarkan kualitas karya-karya fiksinya, Mah}fu>z} telah berhasil berbagai penghargaan dan hadiah baik tingkat nasional maupun internasional.

Mah}fu>z} memandang sastra sebagai suatu penyampaian pengalaman kemanusiaan dari sudut pandang sastrawan untuk bangsanya. Masalah-masalah primer (makan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya) yang dalam banyak bangsa tidak terpenuhi disebabkan oleh problema di balik itu, seperti kemiskinan dan ketidakseimbangan masyarakat. Disinilah, baginya, sastra banyak memainkan perannya. Mah}fu>z} mempunyai komitmen sosial dengan perhatian yang mendalam terhadap problem ketidakadilan sosial merupakan fakta yang tidak dapat dibantah. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila karya-karyanya penuh dengan nilai bagi kebangkitan Mesir. Masyarakat digugahnya untuk melawan pelbagai macam kebobrokan sosial yang menghimpitnya dengan cara mengambil sejarah Mesir kuno, yang mencoba mengkritisi realitas sosial, sebagai bahasa kreativitasnya. Teks sastra dalam pandangannya merupakan informer yang turut melukiskan kembali kenangan kolektif dan selanjutnya menawarkan pengetahuan tentang suatu masyarakat dan sebuah artikulasi alternatif tentang sejarahnya. Dengan kata lain, realitas sosial dalam karya-karyanya terpotret secara wajar, netral, dan obyektif, tetapi dengan suatu “sikap”. Oleh karena itu, karya-karyanya banyak mendapat sambutan dari berbagai kalangan. Pada tahun 1994, Mah}fu>z} mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Ia ditikam di bagian leher dengan sebilah pisau dapur. Kejadian ini membuat tangan kanan Mah}fu>z} hampir mengalami kelumpuhan. Dua orang anggota kelompok militan yang terlibat dalam kejadian ini, divonis hukuman mati oleh pemerintah Mesir. Pada masa tuanya, Naji>b Mah}fu>z} hidup dengan mata yang hampir buta dan kemudian meninggal pada 30 Agustus 2006 setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit karena luka di kepalanya setelah ia terjatuh. Ia meninggal dunia pada usia 94 tahun.

Para kitikus cenderung menggolongkan karya Mah}fu>z} ke dalam 4 (empat) fase. Pertama, fase historis atau romantis (1939-1944) yang melahirkan tiga novel yang didasarkan pada sejarah Mesir Kuno, yaitu

‘Abas al-Aqdar (1939), Radubis (1943), dan Kifah Tibah (1944). Kedua,

fase realistis atau naturalistis (1945-1952). Fase ini ditandainya dengan lahirnya al-Qa>hirah al-Jadi>dah (1945), Khan el-Khalili (1946), Zuqaq al-Midaq (1947), al-Sarab (1948), Bida>yah wa Niha>yah (1949), dan Trilogi Kairo: Bain al-Qasrain (1956), Qasr al-Shauq (1956), dan al- Sukkariyyah (1957). Ketiga, fase simbolis atau filosofis dan modern atau eksperimental dengan munculnya Awla>d Ha>ratina> (1967), sebuah alegori unik sejarah manusia dari awal sampai akhir. Keempat, fase asli atau tradisional. Lailah Alfu Lailah (1982), al-Maraya (1972), al-Karnak (1974),

(1975), dan Malh}amah al-Harafish (1977).178 Salah satu novel yang akan diteliti adalah al-Karnak yang menggunakan pencerita tunggal sertaan (first person participant narrator), Mah}fu>z} mencoba mengungkap benak setiap karakter utama novel ini. Satu tokoh mendapat porsi satu bab (Qurunfula, Isma>’i>l al-Sheikh, Zainab Diya>b, dan Kha>lid S{afwan— kaki-tangan pemerintah yang berwenang menangkap ketiga pemuda itu. Hilmi> Hama>da merupakan tokoh yang tak mendapat sorotan khusus. Konon, di naskah awal Mah}fu>z} menyertakan obrolan pencerita dengan Hilmi. Tetapi setelah terbit, bagian itu hilang.179