• Tidak ada hasil yang ditemukan

4) Pemilihan Bibit Unggul

2.4. Data Biologi

- Masa hidup: 5 - 10 tahun - Masa produksi: 1 - 3 tahun

- Masa bunting : 28 - 35 hari (rata-rata 29 - 31 hari) - Masa penyapihan : 6 - 8 minggu

- Umur dewasa: 4 - 10 bulan - Umur dikawinkan: 6 - 12 bulan

- Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah anak disapih

- Ovulasi: Terjadi pada hari kawin (9 - 13 jam kemudian) - Jumlah kelahiran: 4 - 10 ekor (rata-rata 5 - 7)

- Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor pemeliharaan.

Penelitian Terdahulu

Sumiarti (2004) penelitian tentang kelayakan investasi usaha agribisnis kelinci (kasus di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan mempelajari gambaran umum tentang agribisnis kelinci di peternakan Agri Wiratani. Ada beberapa aspek yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, pasar dan pemasaran, aspek teknis serta aspek keuangan dengan analisis sensitivitas.

Aspek hukum, ekonomi dan sosial menunjukan bahwa legalitas usaha ini kuat secara hukum. Dari sudut ekonomi dan sosial pun menunjukan bahwa usaha ini dapat memberikan nilai positif untuk masyarakat sekitar dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat berpartisipasi dalam mengurangi angka pengangguran dan memberikan motivasi dan gambaran kepada masyarakat akan potensi usaha yang dilakukan sehingga masyarakat berinisiatif untuk melakukan usaha yang sama.

Analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukan bahwa adanya potensi pasar yang masih terbuka serta belum adanya pesaing lain yang setingkat dengan peternakannya sehingga pangsa pasarnya dapat diraih. Bauran pemasaran dan strategi pemasarannya sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Analisis aspek teknis menunjukan bahwa kondisi lingkungan usaha, proses produksi serta sarana pendukungnya yang masih sederhana ini tetap memenuhi syarat secara teknis. Layout perkandangan yang dibuat telah disesuaikan dengan kebutuhan peternakan. Hasil analisis aspek keuangan menunjukan bahwa pola I masih layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Rekomendasi yang terbaik pada pola II, karena berada pada urutan kedua, sedangkan untuk pola IV tidak layak untuk dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi terhadap pola IV. Hasil analisis uji sensitivitas dengan perubahan penurunan harga jual output 15 persen dan peningkatan harga input 20 persen pada setiap pola menunjukan pada pola I menjadi sangat peka.

Satrio (2005) melakukan penelitian kelayakan finansial usaha ternak kelinci pada Ushagi Farm (kasus di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Tujuannya adalah menganalisis kelayakan finansial di peternakan kelinci, menganalisis jangka waktu pengembalian investasi usaha peternakan dan

menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci terhadap perubahan-perubahan harga yang terjadi.

Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp. 1.517.176 yang menunjukan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama umur proyek akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.517.176, nilai Net B/C 1,18 menunjukan bahwa pendapatan bersih yang diterima lebih besar 1,18 kali dari yang biaya yang dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan Rp. 1 yang ditanamkan akan diperoleh hasil manfaat sebesar Rp. 1,18. Nilai IRR yang diperoleh adalah 24 persen menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari usaha ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam penelitian.

Masa pengembalian investasi dicapai dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 13 hari. Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena masa pengembalian pengembalian lebih kecil dari umur proyek. Berdasarkan analisis sensitivitas usaha diperoleh bahwa usaha ini tidak layak apabila terjadi penurunan output sebanyak 10 persen, penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga input. Dilihat dari analisis switching value diperoleh bahwa usaha ini masih dianggap layak apabila terjadi penurunan volume produksi atau harga jual output sampai dengan 3 persen, sedangkan kenaikan harga input yang masih bisa ditolerir adalah sampai dengan 6,4 persen.

Rofik (2005), meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa analisis pada kelompok peternak I dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 10 ekor pada tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV sebesar Rp 74.420.770,-. NPV untuk kelompok peternak II dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 18 ekor sebesar Rp 152.071.340,-. NPV untuk kelompok peternak III dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 27 ekor sebesar Rp 311.022.350,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk kelompok peternak I sebesar 1,35 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,35,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Untuk kelompok peternak II nilai BCR sebesar 1,43 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,43,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Sedangkan

kelompok peternak III nilai BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,52,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada kelompok peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III sebesar 29,88 persen, yang artinya investasi yang ditanamkan layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (14,85 persen). Secara keseluruhan berdasarkan nilai-nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak sapi perah Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan, yang paling menguntungkan adalah kelompok peternak III.

Ermin (2007) melakukan penelitian tentang kelayakan investasi pengusahaan Lobster air tawar pada CV. Fizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm. Diperoleh bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan investasi melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pada masing-masing pola usaha (pembenihan, pembesaran serta pembenihan dan pembesaran) serta melihat kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi di input dan output.

Berdasarkan hasil dari analisis yang dilihat dari berbagai aspek tersebut maka diperoleh bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis kelayakan finansial diperoleh bahwa pola II dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola I dan III. Switching value yang dilakukan terhadap ketiga pola tersebut menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan faktor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam input produksi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ketiga pola usaha tersebut.

Widagdho (2008) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project, Lembang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hokum dan aspek sosial,

menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial dan melakukan analisis switching value.

Berdasarkan analisis kelayakan tersebut diperoleh bahwa pengusahaan peternakan kelinci pada perencanaan proyek ini dilakukan dalam dalam tiga pola dan dihasilkan bahwa ketiga pola tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis switching value, penurunan harga output dan penurunan produksi merupakan faktor yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi.

Ditinjau dari penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu diantaranya adalah jenis usaha yang dijalankan, lokasi usaha yang dijalankan dan komoditas yang dihasilkan. Dilihat dari segi metode yang digunakan dalam penelitian terdahulu dinilai relatif sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis dan aspek keuangan.

Dokumen terkait