• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN KELINCI JAJI S FARM DI DESA CIHERANG KABUPATEN CIANJUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN KELINCI JAJI S FARM DI DESA CIHERANG KABUPATEN CIANJUR"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN KELINCI JAJI’S FARM DI DESA CIHERANG

KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI

AGUNG NUGRAHA ANSORI H34076010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(2)

RINGKASAN

AGUNG NUGRAHA ANSORI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Peternakan Kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).

Adanya kemajuan teknologi dan pendidikan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat menyebabkan mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi yang lebih tentang makanan yang sehat. Kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan gizi pada umumnya diperoleh dari produk peternakan karena produk peternakan memiliki manfaat sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan protein yang tinggi.

Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan mencapai kemajuan yang cukup pesat dengan bukti banyaknya peternakan yang berskala industri. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan jaman. Berbagai macam produk peternakan menawarkan segala keunggulan akan pentingnya hidup sehat diantaranya adalah produk peternakan kelinci. Peternakan kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging dimana ternak kelinci memiliki pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Untuk satu siklus reproduksi, kelinci dapat menghasilkan 4-10 ekor anakan dengan periode kelahiran 5 sampai 6 kali dalam setahun. Selama ini daerah Cianjur utara dikenal dengan daerah agribisnis, dimana sebagian besar mata pencaharian masyarakat bergerak di bidang pertanian. Secara geografis, desa Ciherang merupakan salah satu lokasi yang cocok untuk budidaya kelinci, karena memiliki iklim dan suhu yang baik untuk pertumbuhan kelinci yaitu sekitar 18-25 oC. Terdapat banyak peternak kelinci yang berada di kabupaten Cianjur salah satu nya adalah Jaji’s Farm. Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan yang melakukan usaha budidaya kelinci dengan komoditas utama yaitu kelinci pedaging. Jaji’s Farm dianggap sebagai sentra informasi peternakan kelinci oleh peternak lain.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis cashflow, yaitu dengan NPV, Net B/C dan IRR. Alat analisis yang kedua menggunakan analisis sensitivitas (switching value).

Tujuan dari penelitian adalah : (1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. (2) Menganalisis kelayakan usaha di peternakan kelinci dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari aspek finansial. (3) Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada tiap kondisi yang dilakukan.

Hasil penelitian dilihat dari Aspek pasar menunjukkan potensi terhadap peternakan kelinci memiliki potensi untuk dikembangkan, oleh sebab itu dilihat dari permintaan. Tingginya permintaan konsumen di Jaji’s Farm seperti restoran dan tengkulak untuk kelinci pedaging mencapai 25 kwintal per minggu dan kelinci anakan mencapai 60 ekor per minggu. Akan tetapi, permintaan kelinci pedaging yang terpenuhi oleh Jaji’s Farm hanya sebesar 45-50 kilogram per minggu dan kelinci anakan sebesar 25-30 ekor.

(3)

aspek teknis menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian lokasi peternakan dengan kriteria kelayakan non finansial yaitu lokasi usaha berada dilingkungan padat penduduk, sehingga peternakan harus lebih meningkatkan kebersihan kandang. Peternakan tidak mengalami kesulitan dalam tersediaan bahan baku baku pakan walaupun peternak harus menempuh jarak sekitar 1 kilometer dari lokasi usaha. dari aspek manajemen menunjukan perusahaan menggunakan struktur organisasi berbentuk garis dan cukup sederhana dan mampu menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kewajibannya. Aspek Hukum menunjukkan Jaji’s Farm dapat digolongkan dalam usaha perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang dan berperan sebagai pemilik peternakan.

Hasil Perhitungan aspek finansial pada usaha peternakan kelinci dengan

kondisi aktual menunjukan bahwa perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar

Rp. 175.748.940,-, Nilai net B/C sebesar 3,42, nilai IRR yang diperoleh sebesar 53 persen dengan payback periods sebesar 4,35 dengan nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp.28.887.438,-. Hasil perhitungan peternakan dengan kondisi

pengembangan dengan lahan 120 meter persegi menunjukan bahwa perhitungan

nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 292.353.219,- nilai Net B/C diperoleh sebesar 3,51, nilai IRR sebesar 61 persen, payback period sebesar 4,44, nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp 72.222.477,-.

Hasil perhitungan analisis switching value dari usaha peternakan kelinci

kondisi aktual terhadap peningkatan harga input mencapai 68 persen sedangkan

apabila dihitung dari parameter perubahan harga output menghasilkan 19 persen. Dilakukan juga perhitungan terhadap usaha peternakan kelinci dengan kondisi

pengembangan lahan 120 meter persegi terhadap penurunan harga input

(4)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN KELINCI JAJI’S FARM DI DESA CIHERANG

KABUPATEN CIANJUR

AGUNG NUGRAHA ANSORI H34076010

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(5)

Judul Proposal : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur

Nama : Agung Nugraha Ansori

NRP : H34076010

Disetujui, Pembimbing

Ir. Juniar Atmakusuma, MS

NIP. 19530401 197903 2001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Agung Nugraha Ansori

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 19 Agustus 1984 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Bapak Dadang Ansori dan Ibu Rina Rosiyana.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Panyaweuyan pada tahun 1997 dan pendidikan tingkat menengah diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri 1 Pacet. Pendidikan tingkat atas di SMU Negeri 1 Warung Kondang diselesaikan penulis pada tahun 2003.

Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada program Studi Diploma III Teknologi Industri Pakan, Fakultas Peternakan. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur”. Sholawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, manusia paling sempurna di muka bumi ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha peternakan kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur baik secara finansial ataupun non finansial.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2012

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan sumbangan pikiran, bimbingan, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1) Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu guna membimbing dan mengarahkan penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini.

2) Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian penulis yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

3) DR. Amzul Rifin, SP, MA dan Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4) Oski Anzarus kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar hasil skripsi yang telah memberikan masukan dan koreksi untuk penyempurnaan hasil skripsi ini

5) Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

6) Bapak Jaji selaku pemilik yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis dan segenap karyawan Jaji’s Farm (Wandi Wijaya dan Ardi) yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

7) Ayahanda (Dadang Ansori) dan Ibunda (Rina Rosiyana) serta adik-adiku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan moril serta materil dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

8) Benri Albertus SE, MM yang setia mendampingi penulis pada waktu seminar dan sidang.

9) Deni Koswara SE yang telah memberikan banyak masukan dan saran pada penulisan skripsi ini.

10) Teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 2, angkatan 3, angkatan 4 dan angkatan 5 terima kasih atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

(10)

11) Teman-teman Teknologi Industri Pakan (Fakultas Peternakan) angkatan 41 terima kasih atas kebersamaannya selama ini dan perjuangannya yang telah kita lalui semoga rasa kekeluargaan tetap terjaga.

12) Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Juni 2012

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan ... 7 1.4. Manfaat Penelitian ... 7 1.5. Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Karakteristik Kelinci ... 8

2.1.1. Kelinci dan Kerabatnya ... 8

2.1.2. Jenis Kelinci ... 8

2.2. Potensi Kelinci ... 9

2.3. Agribisnis Kelinci ... 10

2.3.1. Pakan Kelinci ... 10

2.3.2. Sarana Kandang dan Perlengkapan ... 11

1. Lokasi Kandang ... 11

2. Pola Kandang ... 11

3. Sarana Kandang ... 12

4. Pemilihan Bibit Unggul ... 13

2.3.3. Perkembangan Kelinci ... 13

2.3.4. Penyakit ... 14

2.3.5. Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil ... 14

2.4. Data Biologi ... 15

2.5. Penelitian Terdahulu ... 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1. Studi Kelayakan ... 20

3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek ... 21

3.1.3. Aspek Pasar ... 21

3.1.4. Aspek Teknis ... 21

3.1.5. Aspek Manajemen dan Hukum ... 22

3.1.6. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ... 22

3.1.7. Analisis Finansial ... 22

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 26

IV. METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

(12)

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 29

4.3.1. Aspek Pasar ... 30

4.3.2. Aspek Teknis ... 30

4.3.3. Aspek Manajemen dan Hukum ... 30

4.3.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ... 31

4.3.5. Aspek Finansial ... 31

4.4. Asumsi Dasar yang Digunakan ... 34

V. GAMBARAN UMUM ... 36

5.1. Sejarah Perusahaan ... 36

5.2. Struktur Organisasi ... 36

5.3. Fasilitas Kandang ... 38

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

6.1. Analisis Aspek Non Finansial ... 39

6.1.1. Analisis Aspek Pasar ... 39

1. Pemasaran ... 39

2. Potensi Pasar ... 41

3. Target Pasar ... 42

6.1.2. Analisis Aspek Teknis ... 42

1. Lokasi Usaha ... 43

2. Sarana dan Prasarana ... 44

3. Proses Produksi ... 46

6.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum ... 48

6.1.4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan ... 49

6.2. Analisis Aspek Finansial ... 50

6.2.1. Arus Kas (Cashflow) ... 51

6.2.1.1. Arus Penerimaan (Inflow) Kondisi Aktual ... 51

A. Penerimaan Kondisi Aktual ... 51

B. Nilai Sisa Kondisi Aktual ... 52

6.2.1.2. Arus Penerimaan (Inflow) Kondisi Pengembangan ... 52

A. Penerimaan Kondisi Pengembangan ... 52

B. Nilai Sisa Kondisi Pengembangan ... 53

6.2.1.3. Arus Pengeluaran (Outflow) Kondisi Aktual ... 54

A. Biaya Investasi dan Reinvestasi Kondisi Aktual ... 54

B. Biaya Operasional Kondisi Aktual ... 55

6.2.1.4. Arus Pengeluaran (Outflow) Kondisi Pengembangan ... 58

A. Biaya Investasi dan Reinvestasi Kondisi Pengembangan ... 58

B. Biaya Operasional Kondisi Pengembangan ... 60

6.2.2. Analisis Laba Rugi ... 63

6.2.2.1. Analisis Laba Rugi Kondisi Aktual ... 63

6.2.2.2. Analisis Laba Rugi Kondisi Pengembangan ... 63

6.2.3. Hasil Analisis Kelayakan Finansial ... 63

6.2.4. Analisis Switching Value Kondisi Aktual ... 64

(13)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1. Kesimpulan ... 67

7.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Populasi Peternakan di Indonesia Tahun 2008-2010 ... 2

2. Perbandingan Komposisi Kimia Daging Kelinci dan Ternak Lainnya ... 2

3. Jumlah Produksi Kelinci di Jaji’s Farm Tahun 2009-2011 ... 4

4. Permintaan Kelinci Anakan dan Pedaging di Jaji’s Farm Tahun 2009-2011 ... 5

5. Gaji Karyawan Peternakan Jaji’s Farm 2011 ... 38

6. Proyeksi Penerimaan Kondisi Aktual ... 51

7. Nilai Sisa Kondisi Aktual ... 52

8. Proyeksi Penerimaan Kondisi Pengembangan ... 53

9. Nilai Sisa Kondisi Pengembangan ... 53

10. Biaya Investasi Kondisi Aktual ... 54

11. Biaya Reinvestasi Kondisi Aktual ... 55

12. Biaya Tetap Kondisi Aktual ... 55

13. Pemberian Pakan Hijauan dan Konsentrat Kondisi Aktual ... 57

14. Proyeksi Pemberian Vaksin dan Vitamin Kondisi Aktual ... 58

15. Biaya Investasi Kondisi Pengembangan ... 59

16. Biaya Reinvestasi Kondisi Pengembangan ... 60

17. Biaya Tetap Kondisi Pengembangan ... 60

18. Pemberian Pakan Hijauan dan Konsentrat Kondisi Pengembangan ... 62

19. Proyeksi Pemberian Vaksin dan Vitamin Kondisi Pengembangan ... 62

20. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Jaji’s Farm ... 64

21. Hasil Analisis Switching Value Kondisi Aktual ... 65

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha

Jaji’s Farm ... 28

2. Struktur Organisasi Jaji’s Farm ... 39

3. Saluran Pemasaran Kelinci di Jaji’s Farm ... 40

4. Lokasi Peternakan Jaji’s Farm ... 43

5. Bangunan Kandang dan Kandang Batre Bertingkat ... 44

6. Indukan kelinci Jenis Vlaamese Reus ... 46

7. Pakan Hijauan dan konsentrat di Jaji’s Farm ... 47

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Lapang ... 72

2. Proyeksi Kebutuhan Pakan Kondisi Aktual ... 81

3. Proyeksi Kebutuhan Pakan Kondisi Pengembangan ... 81

4. Proyeksi Jumlah Kelinci Kondisi Aktual ... 82

5. Proyeksi Penjualan Kelinci Kondisi Aktual ... 82

6. Proyeksi Jumlah Kelinci Kondisi Pengembangan ... 83

7. Proyeksi Penjualan Kelinci Kondisi Pengembangan ... 83

8. Laporan Laba Rugi Kondisi Aktual ... 84

9. Laporan Laba Rugi Kondisi Pengembangan ... 85

10. CashFlow Kondisi Aktual ... 86

11. CashFlow Kondisi Pengembangan ... 87

12. Analisis Swicthing Value Kondisi Aktual Peningkatan Harga Input ... 88

13. Analisis Swicthing Value Kondisi Aktual Penurunan Harga Output ... 89

14. Analisis Swicthing Value Kondisi Pengembangan Peningkatan Harga Input ... 90

15. Analisis Swicthing Value Kondisi Pengembangan Peningkatan Harga Output ... 91

(17)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam hal jumlah penduduk tertinggi. Dalam hal pembangunan, Indonesia sedang berada dalam arah peningkatan taraf ekonomi, sosial dan kesehatan.

Adanya kemajuan teknologi dan pendidikan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat menyebabkan mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi yang lebih tentang makanan yang sehat. Pada saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai sadar akan pentingnya kebiasaan hidup sehat, pola konsumsi masyarakat saat ini juga dipengaruhi oleh adanya tren pentingnya kesehatan. Pengetahuan akan kesehatan dapat diperoleh masyarakat melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Peningkatan jumlah penduduk maka secara otomatis akan menambah tingkat kebutuhan konsumsi masyarakat dimana hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Perkembangan pendidikan dan pengetahuan berperan penting terhadap mengerti pentingnya konsumsi makanan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan makanan yang berkualitas baik dan bergizi tinggi. Kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan gizi pada umumnya diperoleh dari produk peternakan karena produk peternakan memiliki manfaat sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan protein yang tinggi.

Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan mencapai kemajuan yang cukup pesat dengan bukti banyaknya peternakan yang berskala industri. Pembangunan peternakan ini memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seperti daging, telur, susu dan produk olahan (sampingan). Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan jaman. Berbagai macam produk peternakan menawarkan segala keunggulan akan pentingnya hidup sehat diantaranya adalah produk peternakan kelinci.

Peternakan kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging ternak kelinci memiliki pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Untuk satu siklus reproduksi,

(18)

kelinci dapat menghasilkan 4-10 ekor anakan dengan periode kelahiran 5 sampai 6 kali dalam setahun. Berikut adalah jumlah populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2008-2010 (ribu ekor)

Jenis Spesies 2008 2009 2010

Sapi potong 11.869,16 13.235 14.128

Kerbau 2.191,64 1.933 2.005

Kambing 15.805,90 15.815 16.821

Ayam Ras Pedaging 1.075.884,79 991.281 1.249,95

Kelinci 792,80 999,14 1.258

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2011

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah populasi peternak kelinci masih lebih rendah dibandingkan dengan peternak lainnya karena kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki ternak kelinci. Untuk itu, diperlukan adanya penyuluhan dan pelatihan yang efektif dan dibantu oleh pemerintah kepada masyarakat agar budidaya ternak kelinci dapat memberikan manfaat yang maksimal dan menjadikan kelinci sebagai salah satu jawaban untuk pemenuhan gizi yang berasal dari hewani.

Kelinci merupakan hewan yang memiliki nilai manfaat yang tinggi karena hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan supaya menghasilkan nilai ekonomis. Kelinci termasuk kedalam hewan herbivora non ruminan yang menghasilkan daging putih yang memiliki kandungan kolestrol rendah dengan kandungan protein 21 persen, lemak 8 persen dan air 70 persen. Perincian kandungan kimia yang terkandung dalam daging kelinci dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Komposisi Kimia Daging Kelinci dan Ternak Lainnya

Jenis Energi (kkal/kg) Sodium (mg/g) Lemak jenuh (mg/g) Kadar air (%) Protein (%) Lemak (%) Kelinci 160 40 37 70 21 8 Ayam 200 70 - 67 19,5 12 Sapi 380 65 41,3 49 15,5 35 Domba 345 75 55,4 53 15 31 Babi 330 70 38,6 54,5 15 29,5 Sumber : Sarwono (2001)

(19)

Survey membuktikan lima tahun belakangan ini peningkatan kebutuhan makanan sehat sudah menunjukan angka yang sangat signifikan1. Dari sekian banyak produk peternakan yang memiliki label sehat, ternak kelinci merupakan salah satu hasil peternakan yang memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci saat ini mulai meningkat disebabkan adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan karena daging kelinci memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai makanan alternatif yang mampu menurunkan risiko kolesterol dan penyakit jantung walaupun popularitas daging kelinci di mata masyarakat saat ini masih rendah dan belum ditanggapi dengan baik oleh masyarakat.

Kurang popularnya daging kelinci di masyarakat menyebabkan perkembangan populasi peternakan kelinci menjadi terbatas untuk wilayah sentra-sentra produksi kelinci di Jawa Barat yang dikenal hanya Lembang Bandung (Jawa Barat). Padahal masih terdapat daerah lain di Jawa Barat yang memiliki potensi dan cocok untuk budidaya ternak kelinci salah satunya adalah desa Ciherang yang berada di kabupaten Cianjur (Cianjur Utara).

Selama ini daerah Cianjur utara dikenal dengan daerah agribisnis, sebagian besar mata pencaharian masyarakat bergerak di bidang pertanian. Secara geografis, desa Ciherang merupakan salah satu lokasi yang cocok untuk budidaya kelinci, karena memiliki iklim dan suhu yang baik untuk pertumbuhan kelinci yaitu sekitar 18-25 oC. Selain itu, ketersediaan pakan hijauan yang melimpah memberikan nilai positif sehingga peternak tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak khususnya ternak kelinci.

1 Make diet & exercise always as a hobby, not a responsibility http://www.wrp-diet.com/ pola hidup sehat [15 November 2011].

(20)

Pada saat ini peternakan masyarakat masih bersandar kepada sistem tradisional masyarakat tidak melakukan penerapan yang baik terhadap manajemen salah satunya tidak melakukan pencatatan secara akuntabilitas. Terdapat banyak peternak kelinci yang berada di kabupaten Cianjur salah satu nya adalah Jaji’s Farm. Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan yang melakukan usaha budidaya kelinci dengan komoditas utama yaitu kelinci pedaging. Jaji’s Farm dianggap sebagai sentra informasi peternakan kelinci oleh peternak lain, karena Jaji’s Farm memiliki pengalaman dalam teknis budidaya sehingga para peternak kelinci bisa sedikit terbantu.

1.2. Perumusan Masalah

Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan kelinci yang menjadikan kelinci pedaging sebagai produk utamanya. Jaji’s Farm telah berdiri lebih dari 20 tahun dan telah bekerjasama dengan peternakan kelinci lain yang berada di daerah sekitar dalam memenuhi permintaan kelinci. Populasi kelinci indukan di Jaji’s Farm pada saat ini adalah 170 ekor dengan jumlah indukan betina sebanyak 150 ekor dan jantan 20 ekor. Jenis kelinci yang dibudidayakan oleh Jaji’s Farm adalah kelinci jenis Vlaamse Reus yang mampu menghasilkan bobot hidup ± 3 kilogram pada umur tiga bulan.

Produk yang dijual oleh Jaji’s Farm ada dua jenis yaitu penjualan kelinci pedaging yang merupakan komoditas utama dalam peternakan kelinci dan penjualan kelinci anakan yang merupakan produk kedua. Kapasitas produksi kelinci rata-rata di Jaji’s Farm sebanyak 750 ekor tiap periode kelahiran. Jumlah produksi kelinci di Jaji’s Farm dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi Kelinci di Peternakan Jaji’s Farm Tahun 2009 - 2011.

Tahun Jumlah Indukan

(ekor) Jumlah Produksi (ekor) 2009 120 2400 2010 150 3750 2011 150 3750

Sumber : Jaji’s Farm, 2011

Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi kelinci pada tahun 2010 sebesar 56 persen yang dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini

(21)

disebabkan adanya penambahan jumlah indukan kelinci di Jaji’s Farm pada tahun 2010. Pada tahun 2011 Jaji’s Farm belum melakukan penambahan jumlah indukan sehingga jumlah produksi yang dihasilkan masih tetap sama dengan tahun 2010.

Jaji’s Farm memiliki konsumen yang berada di beberapa wilayah Jabodetabek, seperti restoran-restoran yang membutuhkan suplai kelinci pedaging dan tengkulak yang membutuhkan suplai kelinci anakan secara terus menerus. Pada saat ini permintaan daging kelinci ke Jaji’s Farm mencapai 25 kwintal per minggu sedangkan permintaan kelinci anakan mencapai 60 ekor per minggu. Namun karena keterbatasan Jaji’s Farm dalam memproduksi, permintaan pasar yang diajukan masih belum mampu memenuhi permintaan karena produksi yang dihasilkan sebesar 45-50 kilogram per minggu daging kelinci dan 25-30 ekor kelinci anakan per minggu. Berikut Tabel 4 permintaan kelinci di Jaji’s Farm.

Tabel 4. Permintaan Kelinci pada Peternakan Jaji’s Farm di Tahun 2009-2011.

Tahun Permintaan Komoditas Kelinci

Anakan (ekor) Pedaging (ekor)

2009 1300 25000

2010 1500 48000

2011 2880 120000

Sumber : Jaji’s Farm, 2011

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan, Jaji’s Farm perlu melakukan pengembangan dengan menambah investasi berupa penambahan bangunan kandang yang baru dan populasi ternak kelinci. Dengan adanya pengembangan usaha ini diharapkan dapat memenuhi permintaan yang belum terpenuhi.

Pengembangan usaha ini akan dilakukan dengan beberapa strategi yaitu ditinjau dari penggunaan modal yang terdiri dari modal sendiri dan pinjaman. Penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, sedangkan modal merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha.

Ada kecenderungan peternakan ini kurang mampu melakukan respon terhadap informasi sistem agribisnis secara lengkap karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki. Dalam menjalankan usaha ini diperlukan adanya

(22)

suatu perencanaan yang matang agar Jaji’s Farm dapat melakukan strategi dalam pengembangannya sehingga usaha ini layak atau tidak untuk dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis kelayakan usaha yang dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial.

Analisis aspek finansial akan dilakukan dengan menggunakan dua kondisi yaitu kondisi peternakan sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi setelah pengembangan dengan adanya penambahan jumlah ternak dan pembangunan kandang baru.

Dalam menjalankan usaha peternakan kelinci, biaya investasi awal yang dikeluarkan seperti pembangunan kandang (luar dan batre), pengadaan indukan kelinci yang berkualitas dan pengeluaran untuk biaya produksi membutuhkan modal yang relatif besar. Selain itu ada juga terdapat banyak resiko yang harus dihadapi dalam usaha peternakan tersebut diantaranya adalah tingginya harga bahan baku pakan, ketersediaan bahan baku pakan dan tingkat kematian ternak akibat penyakit atau salah penanganan budidaya. Hal tersebut didasarkan pada kejadian sebelumnya yang pernah terjadi di lingkup peternakan.

Aspek-aspek yang akan dikaji adalah aspek non finansial meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek pasar. Kemudian dilakukan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan Jaji’s Farm sehingga hasil dari analisis finansial bisa dilakukan analisis switching value untuk mengetahui tingkat sensitifitas usaha tersebut apabila terjadi perubahan didalam peternakan seperti adanya perubahan harga pakan (input) dan harga daging (output).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan usaha di peternakan dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari aspek finansial?

3. Bagaimana tingkat kepekaan usaha peternakan dari tiap kondisi yang dilakukan, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya?

(23)

1.3. Tujuan

1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan usaha di peternakan kelinci dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari aspek finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada tiap kondisi yang dilakukan.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran yang bermanfaat bagi peternak kelinci dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha, merencanakan, menetapkan strategi dan kebijakan, dan juga mampu mempertimbangkan langkah-langkah terbaik dalam meningkatkan kinerja peternakan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi penulis untuk dapat mengaplikasikan konsep-konsep atau teori yang diperoleh diperkuliahan dengan keadaan dilapangan, dan juga diharapkan akan memberikan manfaat informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan perbandingan atau acuan untuk penelitian selanjutnya dengan cakupan yang lebih luas.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini mentitikberatkan pada analisis kelayakan usaha yang mengkaji berbagai aspek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial dalam usaha peternakan kelinci di Jaji’s Farm yang terletak di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci

2.1.1. Kelinci dan Kerabatnya

Di Indonesia terdapat kelinci lokal yang menjadi ciri khas kelinci asli Indonesia, yaitu kelinci Jawa (Lepus negricollis) diperkirakan masih berhabitat di hutan-hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna bulunya coklat perunggu kehitaman dengan ekor berwarna jingga dan ujung ekor hitam. Berat Kelinci jawa dewasa bisa mencapai 4 kilogram. Sedangkan Kelinci Sumatera, merupakan satu-satunya ras kelinci yang asli Indonesia. Habitatnya adalah hutan di pegunungan Pulau Sumatera yang memiliki ciri panjang badan mencapai 40 cm dengan warna bulu kelabu cokelat kekuningan. Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika musim dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu. Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan dan lain-lain. Khusus Lyon sebenarnya adalah hasil dari persilangan luar antara Angora dengan ras lainnya. Namun di kalangan peternak kelinci hias, hasil persilangan itu disebut sebagai Lyon atau Angora jadi-jadian

2.1.2. Jenis kelinci

Jenis kelinci dapat dikelompokan berdasarkan tujuan pemeliharaan yaitu kelinci pedaging (potong) dan kelinci hias. Ada beberapa jenis kelinci yang di budidayakan di Indonesia diantaranya adalah: New Zealand White dengan keunggulan memiliki pertumbuhan cepat dan dapat dijadikan kelinci potong dengan berat dewasa 4 - 5 kilogram. Flemish Giant (Vlaamsce Reus) merupakan kelinci yang memiliki ukuran paling besar dan sangat cocok untuk kelinci pedaging dengan bobot dewasa adalah 6,3 kilogram. Angora sangat cocok untuk kelinci hias karena memiliki bulu yang indah dengan bobot badan sekitar 2 – 3 kilogram. Lyon memiliki ciri-ciri mirip singa dengan bobot badan badannya mencapai 4-5 kilogram. Dutch memiliki ciri khas yaitu ada lingkaran putih di leher, seperti memakai kalung. Berat badan dewasa 1 – 2 kilogram. Rex Kelinci jenis rex berpotensi untuk diambil daging dan bulunya (fur). Warnanya pun bervariasi, antara lain biru (blue rex), hitam (black rex), bertotol (dalmatian rex).

(25)

Kelinci putih (white rex) paling digemari. Bulunya lembut seperti beludru dan tebal. Lop Holland mempunyai ciri telinga panjang dan jatuh, hidung pesek. Sedangkan French lop mempunyai telinga super panjang hingga menyentuh tanah, namun jenis ini cukup sulit hidup di Indonesia.

2.2. Potensi Kelinci

Kelinci merupakan salah satu jawaban terhadap pemenuhan gizi yang berasal dari hewani selain jenis ternak penghasil daging lainnya. Konsumsi daging masyarakat Indonesia saat ini masih dibawah rata-rata standar konsumsi daging nasional, selain itu kelinci juga menjadi jawaban terhadap persoalan pemerintah mengenai pemenuhan permintaan daging didalam negeri, sehingga kelinci dapat dijadikan harapan kedepan bagi pemerintah Indonesia dalam penyedia daging. Dengan demikian impor daging Indonesia dapat ditekan sehingga akan memberikan efek positif dengan menambah devisa negara, serta mengurangi ancaman untuk peternakan Indonesia terhadap sumber penyakit yang berasal dari luar, seperti antrax.

Daging kelinci memiliki keunggulan yaitu rendahnya kadar lemak dan kolesterol, serta kandungan lemak jenuh yang merupakan lemak esensial dalam daging kelinci memberi peluang untuk dapat dikonsumsi oleh penggemar daging tanpa takut akan penyakit yang berhubungan dengan lemak atau kolesterol tinggi. Selain itu, daging kelinci dapat dikonsumsi untuk asupan kalsium karena dapat menghasilkan daging dengan kadar kalsium tinggi, maka promosi budidaya kelinci perlu digalakkan kembali tidak saja di tingkat peternak kecil namun juga pada skala industri3.

Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial sebagai penyedia daging, karena pertumbuhan dan reproduksinya yang cepat. Satu siklus reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 4-10 ekor anak dan pada umur 8 minggu, bobot badannya dapat mencapai 2 kilogram atau lebih. Secara teoritis, seekor induk kelinci dengan berat 3-4 kilogram dapat menghasilkan 80 kilogram karkas per tahun (Farrel dan Raharjo, 1984).

3 Kelinci untuk hari esok yang lebih baik

(26)

Berdasarkan bobotnya, kelinci ternak pada umur dewasa dibedakan atas tiga tipe, yaitu kecil (small and dwarf breeds), sedang atau sedang ( medium breeds), dan besar ( giant breed). Kelinci tipe kecil berbobot antara 0,9-2 kilogram, tipe sedang berbobot 2-4 kilogram, dan tipe berat berbobot 5-8 kilogram ( Sarwono, 2004).

2.3. Agribisnis Kelinci 2.3.1. Pakan Kelinci

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhan tubuh terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi ternak tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan dewasa, bunting, menyusui, kondisi tubuh (normal atau sakit), temperature, kelembaban udara serta bobot badannya. Sehingga tiap jenis ternak membutuhkan asupan pakan yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan ternak.

a. Jenis Pakan

- Hijauan Pakan Ternak

Hijauan merupakan bahan pakan yang diberikan dalam bentuk segar sehingga memiliki kandungan air yang tinggi. Hijauan pakan ternak dapat diperoleh dari alam liar seperti rumput liar dan daun-daunan. - Konsentrat

Konsentrat adalah bahan pakan yang memiliki konsentrasi gizi yang tinggi dengan kandungan serat kasar yang relative rendah dan mudah dicerna. Konsentrat biasanya diberikan dalam bentuk pelet ataupun dicampur dengan air.

- Hay

Hay adalah hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan di lapangan atau di tempat tertutup, dengan panas matahari atau buatan, mempunyai kandungan kering (BK) 80-85%, warna tetap hijau dan berbau enak.

b. Air Minum

Ketersediaan air minum untuk kelinci harus selalu terpenuhi karena air minum sangat penting untuk pertumbuhan ternak dan berguna dalam membantu mencerna pakan.

(27)

2.3.2. Sarana Kandang dan Perlengkapan 1) Lokasi Kandang

Lokasi kandang untuk ternak kelinci sangat perlu diperhatikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup peternakan itu sendiri. Lokasi peternakan harus berada didaerah strategis dengan posisi kandang yang harus disesuaikan dengan keadaan lokasi tersebut sehingga kandang tersebut menjadi nyaman untuk kelangsungan hidup ternak kelinci.

Syarat-syarat lokasi kandang tersebut diantaranya adalah (1). Kandang harus dekat dengan sumber air sehingga ketersediaan air untuk minum dan kebersihan dapat dipenuhi dengan mudah, (2). Jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktifitas masyarakat, (3). Jauh dari suara bising yang berasal dari mesin kendaraan ataupun mesin pabrik dan (4). Terlindung dari predator seperti tikus.

Kandang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup ternak dari berbagai ancaman yang bisa membuat ternak tersebut tidak tumbuh dengan maksimal. Fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak harus memiliki suhu udara ideal sekitar 21oC, sistem sirkulasi udara yang cukup sehingga udara didalam kandang bersifat lancar dan dapat menampung cahaya matahari yang cukup serta melindungi ternak dari predator.

2) Pola Kandang

Kandang luar merupakan sebuah bangunan yang dirancang agar sirkulasi udara dan cahaya matahari dapat masuk sehingga suhu dalam kandang membuat kelinci nyaman dan dapat berproduksi secara maksimal. Ada 2 jenis kandang kelinci yang digunakan yaitu kandang permanen dan semi permanen yang terdapat kandang lokal atau kandang batere (individu) di dalamnya.

Kandang permanen dapat terbuat dari bata yang kokoh dan tahan lama yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan kandang yang baik dan membutuhkan dana yang relatif besar. Sedangkan untuk kandang semi permanen dapat terbuat dari bilik bambu dan membutuhkan dana yang tidak begitu besar.

(28)

Untuk kandang lokal atau batre (individu) dapat terbuat dari kawat dan kayu dengan ukuran 60x70 centimeter. Kandang tersebut dapat menampung seekor indukan dan anakan yang dilahirkan sampai penyapihan4.

3) Sarana Kandang

Dalam kandang kelinci membutuhkan sarana seperti tempat pakan dan minum serta perlengkapan lain. Untuk tempat pakan kelinci biasanya terbuat dari plastik atau semen yang dibentuk seperti wadah untuk dapat menampung pakan yang akan diberikan. Tempat pakan yang digunakan biasanya memiliki bobot yang berat sehingga tidak mudah untuk terguling oleh ternak tersebut.

Tempat minum kelinci berupa botol yang berukuran kira-kira 1 liter yang diberi sentuhan inovasi pada ujung keluar airnya dengan bola-bola kecil dari besi untuk menahan air yang keluar sehingga air tersebut tidak terbuang pada saat diminum ternak. Cara kerja tempat minum ini akan keluar apabila lidah kelinci menekan bola-bola besi tersebut dan apabila ternak tersebut selesai minum maka bola tersebut akan kembali ke tempat semula dan tempat keluar air akan tertutup kembali.

Perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam peternakan adalah bak plastik untuk mengaduk dedak padi yang di campur air panas dan bahan pakan lainnya. Perlengkapan lainnya seperti sapu lidi untuk membersihkan kandang dan tempat menampung urin (jerigen) dan karung untuk menampung kotoran kelinci.

4 Budidaya Kelinci

(29)

4) Pemilihan Bibit Unggul

Pemilihan bibit kelinci harus disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan kelinci ini dijalankan yaitu kelinci penghasil daging dan kelinci hias. Berikut ini beberapa Kriteria yang bisa dijadikan pedoman untuk memilih bibit kelinci :

1. Induk diketahui tetuanya atau dengan kata lain calon induk mempunyai catatan produksi (jumlah anak perkelahiran, daya tumbuh, dll) dan catatan reproduksi (servis per conception, fertilitas, keadaan alat reproduksi dll) 2. Induk mempunyai puting susu lebih dari 8 buah

3. Tingkah laku tidak nervous dan mempunyai cukup bulu untuk membuat sarang

4. Kondisi fisik yang normal seperti badan sehat, mata bersinar, bulu yang bersih dan tidak kusut serta telinga tegak5.

2.3.3. Perkembangbiakan Kelinci

Perkembangbiakan kelinci yang ideal adalah kelinci yang dikawinkan pada umur sekitar 6-8 bulan yang telah mengalami dewasa kelamin dan memiliki tanda-tanda birahi. Apabila kelinci terlambat di kawinkan ada kemungkinan kelinci akan mandul karena kegemukan atau obesitas, karena terlalu banyak lemak dalam tubuhnya. Dengan demikian sel telur pada betina menyempit dan saluran sperma pada jantan juga menyempit, sehingga akan mengganggu jalannya proses perkawinan atau reproduksi.

Aspek reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan jumlah populasi. Kelinci termasuk dalam satu jenis ternak prolific artinya mampu beranak banyak per kelahiran.

Kelinci dapat melahirkan 4-5 kali dalam setahun karena masa bunting kelinci hanya 30-35 hari dengan jumlah anakan yang dilahirkan sebanyak 4-10 ekor anak. Umumnya lama kelinci bunting sekitar 31 hari. Tetapi ada kelinci yang masa buntingnya 32 atau 33 hari. Masa bunting ini ada hubungannya dengan lingkungan, makanan, dan jenis kelinci. Makin besar jenis kelinci maka makin lama usia mengandungnya. Ada juga kelinci yang masa buntingnya 28 atau 29 hari.

5 Budidaya Kelinci

(30)

2.3.4. Penyakit

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu: 1). Kelemahan dalam menjaga sanitasi kandang, 2). Pemberian pakan kurang berkualitas, 3). Volume pakan kurang, 4). Air minum kotor atau kurang, 5). Kekurangan zat nutrisi (protein, vitamin, mineral), 6). Tertular kelinci lain yang menderitasakit, 7). Perubahan cuaca.

Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang kelinci dan dapat menyebabkan kematian diantaranya adalah:

1. Enteritis Kompleks Penyakit ini menyerang alat pencernaan,

2. Pasteurellosis Penyakit ini sering menyerang kelinci dewasa, baik jantan maupun betina. Penyakit ini menyerang alat pencernaan. Penyebabnya kuman Pasteurella multocida.

3. Sembelit penyakit ini menunjukkan gejala tak bisa berak. Kencing sedikit sekali. Kelakuan kelinci sangat gelisah. Penyebabnya, pemberian ransum kering kurang diimbangi dengan kebutuhan air minum yang cukup.

4. Pilek, gejalanya mudah hidung kelinci mengeluarkan lendir berwarna jernih atau keruh, selain itu juga sering bersin-bersin.

5. Kudis, penyakit ini menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu menjalar ke mata, hidung, kaki, dan kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya kutu Sarcoptes Scabiei sehingga penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis

6. Kanker Telinga, penyakit ini di tandai rasa gatal dan sakit pada telinga yang terserang.

2.3.5. Pengolahan dan Pemasaran Produksi Hasil

Hasil dari produk dari yang utama dari peternakan kelinci adalah meghasilkan daging dan kelinci hias (Pets) atau anakan untuk para hobbies serta produk sampingan lain seperti kulit bulu (fur), kotoran dan urin.

Berbagai produk olahan yang berasal dari daging kelinci sudah banyak di ciptakan dan sedang dikembangkan untuk dijadikan usaha yang memiliki potensi yang tinggi. Dari produk hasil peternakan kelinci tersebut kemudian diolah dengan sedikit inovasi sehingga menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi dengan menghasilkan produk akhir seperti sate, bakso, sosis, dendeng dan

(31)

sebagainya. Kini sudah banyak bermunculan rumah makan yang menyediakan produk olahan daging kelinci sehingga pemasaran untuk produk ini sangat mudah dan luas sekali, karena kebutuhan daging kelinci untuk saat ini masih belum terpenuhi kebutuhannya.

Selain itu, produk sampingan dari kelinci juga memiliki potensi dan nilai ekonomis yang tinggi seperti kulit bulu (Fur) dapat diolah menjadi aksesoris hiasan dan kebutuhan fashion seperti jaket, dompet, tas, sepatu dan sebagainya. Urin kelinci dapat dijadikan sebagai cairan pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk tanaman. Penampungan urin dapat dilakukan dengan menyediakan alas triplek berlapiskan plastik atau seng yang ditempatkan di bawah lantai kandang sehingga berfungsi sebagai talang yang mengalirkan urin ke tempat penampungan.

2.4. Data Biologi

- Masa hidup: 5 - 10 tahun - Masa produksi: 1 - 3 tahun

- Masa bunting : 28 - 35 hari (rata-rata 29 - 31 hari) - Masa penyapihan : 6 - 8 minggu

- Umur dewasa: 4 - 10 bulan - Umur dikawinkan: 6 - 12 bulan

- Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah anak disapih

- Ovulasi: Terjadi pada hari kawin (9 - 13 jam kemudian) - Jumlah kelahiran: 4 - 10 ekor (rata-rata 5 - 7)

- Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor pemeliharaan.

(32)

Penelitian Terdahulu

Sumiarti (2004) penelitian tentang kelayakan investasi usaha agribisnis kelinci (kasus di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan mempelajari gambaran umum tentang agribisnis kelinci di peternakan Agri Wiratani. Ada beberapa aspek yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, pasar dan pemasaran, aspek teknis serta aspek keuangan dengan analisis sensitivitas.

Aspek hukum, ekonomi dan sosial menunjukan bahwa legalitas usaha ini kuat secara hukum. Dari sudut ekonomi dan sosial pun menunjukan bahwa usaha ini dapat memberikan nilai positif untuk masyarakat sekitar dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat berpartisipasi dalam mengurangi angka pengangguran dan memberikan motivasi dan gambaran kepada masyarakat akan potensi usaha yang dilakukan sehingga masyarakat berinisiatif untuk melakukan usaha yang sama.

Analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukan bahwa adanya potensi pasar yang masih terbuka serta belum adanya pesaing lain yang setingkat dengan peternakannya sehingga pangsa pasarnya dapat diraih. Bauran pemasaran dan strategi pemasarannya sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Analisis aspek teknis menunjukan bahwa kondisi lingkungan usaha, proses produksi serta sarana pendukungnya yang masih sederhana ini tetap memenuhi syarat secara teknis. Layout perkandangan yang dibuat telah disesuaikan dengan kebutuhan peternakan. Hasil analisis aspek keuangan menunjukan bahwa pola I masih layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Rekomendasi yang terbaik pada pola II, karena berada pada urutan kedua, sedangkan untuk pola IV tidak layak untuk dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi terhadap pola IV. Hasil analisis uji sensitivitas dengan perubahan penurunan harga jual output 15 persen dan peningkatan harga input 20 persen pada setiap pola menunjukan pada pola I menjadi sangat peka.

Satrio (2005) melakukan penelitian kelayakan finansial usaha ternak kelinci pada Ushagi Farm (kasus di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Tujuannya adalah menganalisis kelayakan finansial di peternakan kelinci, menganalisis jangka waktu pengembalian investasi usaha peternakan dan

(33)

menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci terhadap perubahan-perubahan harga yang terjadi.

Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp. 1.517.176 yang menunjukan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama umur proyek akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.517.176, nilai Net B/C 1,18 menunjukan bahwa pendapatan bersih yang diterima lebih besar 1,18 kali dari yang biaya yang dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan Rp. 1 yang ditanamkan akan diperoleh hasil manfaat sebesar Rp. 1,18. Nilai IRR yang diperoleh adalah 24 persen menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari usaha ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam penelitian.

Masa pengembalian investasi dicapai dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 13 hari. Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena masa pengembalian pengembalian lebih kecil dari umur proyek. Berdasarkan analisis sensitivitas usaha diperoleh bahwa usaha ini tidak layak apabila terjadi penurunan output sebanyak 10 persen, penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga input. Dilihat dari analisis switching value diperoleh bahwa usaha ini masih dianggap layak apabila terjadi penurunan volume produksi atau harga jual output sampai dengan 3 persen, sedangkan kenaikan harga input yang masih bisa ditolerir adalah sampai dengan 6,4 persen.

Rofik (2005), meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa analisis pada kelompok peternak I dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 10 ekor pada tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV sebesar Rp 74.420.770,-. NPV untuk kelompok peternak II dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 18 ekor sebesar Rp 152.071.340,-. NPV untuk kelompok peternak III dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 27 ekor sebesar Rp 311.022.350,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk kelompok peternak I sebesar 1,35 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,35,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Untuk kelompok peternak II nilai BCR sebesar 1,43 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,43,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Sedangkan

(34)

kelompok peternak III nilai BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,52,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada kelompok peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III sebesar 29,88 persen, yang artinya investasi yang ditanamkan layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (14,85 persen). Secara keseluruhan berdasarkan nilai-nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak sapi perah Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan, yang paling menguntungkan adalah kelompok peternak III.

Ermin (2007) melakukan penelitian tentang kelayakan investasi pengusahaan Lobster air tawar pada CV. Fizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm. Diperoleh bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan investasi melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pada masing-masing pola usaha (pembenihan, pembesaran serta pembenihan dan pembesaran) serta melihat kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi di input dan output.

Berdasarkan hasil dari analisis yang dilihat dari berbagai aspek tersebut maka diperoleh bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis kelayakan finansial diperoleh bahwa pola II dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola I dan III. Switching value yang dilakukan terhadap ketiga pola tersebut menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan faktor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam input produksi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ketiga pola usaha tersebut.

Widagdho (2008) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project, Lembang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hokum dan aspek sosial,

(35)

menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial dan melakukan analisis switching value.

Berdasarkan analisis kelayakan tersebut diperoleh bahwa pengusahaan peternakan kelinci pada perencanaan proyek ini dilakukan dalam dalam tiga pola dan dihasilkan bahwa ketiga pola tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis switching value, penurunan harga output dan penurunan produksi merupakan faktor yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi.

Ditinjau dari penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu diantaranya adalah jenis usaha yang dijalankan, lokasi usaha yang dijalankan dan komoditas yang dihasilkan. Dilihat dari segi metode yang digunakan dalam penelitian terdahulu dinilai relatif sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis dan aspek keuangan.

(36)

II. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian. Selain itu merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan (input) lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu pengembalian jangka panjang proyek yang dihasilkan dari manfaat-manfaat yang dihasilkan dari proyek tersebut seperti meningkatkan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam lokasi penjualan, perubahan bentuk produksi, pengurang biaya melalui mekanisasi, menghindari kerugian dan lain-lain.

Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang bisa tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhammad, 2000). Studi kelayakan proyek biasanya berupa laporan tertulis yang berisi berbagai informasi tentang tingkat kelayakan suatu proyek untuk direalisasikan. Dan juga sebagai bahan pertimbangan stakeholder untuk melakukan pengambilan keputusan. Informasi yang terkandung dalam laporan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak tertentu, misalnya pihak investor, kreditor, manajemen perusahaan serta bagi pihak pemerintah dan masyarakat (Umar, 2007).

Analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga harus dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Gittinger 1986, mengemukakan bahwa dalam menganalisis suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya.

(37)

3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek hukum. Menurut Kadariah et al.1999 menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasikan dari enam aspek, yaitu aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial , dan aspek ekonomi.

3.1.3. Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan proyek merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran.

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk (Product), harga (price), distribusi (distributon), dan promosi (promotion) (Kotler 1997).

3.1.4. Aspek Teknis

Husnan dan Muhammad (2000) mengatakan bahwa aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.

Analisis secara teknis berhubungan dengan proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti (Gittinger 1986).

(38)

3.1.5. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan proyek adalah proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar proyek yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya (Husnan dan Muhammad 2000).

Rita Nurmalina et. al, (2009), menyatakan bahwa aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.

3.1.6. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Analisis sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak yang berkepentingan dengan proyek, karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu proyek. Selain itu, suatu proyek juga harus tanggap (responsif) terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan lain-lain.

Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisis ekonomi penting dilakukan unutuk proyek-proyek yang berskala besar, yang menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu, oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup berarti (Husnan dan Muhammad 2000).

3.1.7. Aspek Finansial 1. Teori Biaya dan Manfaat

Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. Apakah proyek itu terjamin dengan

(39)

dana yang diperlukan. Apakah proyek akan mampu membayar kembali dan tersebut dan apakah proyek akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah et al, 1999).

Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.

2. Laba Rugi

Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul didalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, laba adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Komponen lain dalam laporan rugi laba adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan.

Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. Komponen selanjutnya dalam laporan rugi laba adalah komponen pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang dibayar, subsidi dan cukai.

(40)

Penambahan pendapatan diluar operasi dan pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak. Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembaliam kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk diinvestasikan kembali.

3. Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan Present Value (pv) yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah et al 1999). Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan.

Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada (Kadariah et al 1999). Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

(1) Net Present Value (manfaat sekarang netto) adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang ada diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya.

(2) Net Benefit-Cost Ratio (rasio manfaat dan biaya) adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif.

(3) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benefit (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek.

(41)

(4) Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode Payback Period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan dan Muhammad 2000).

4. Analisis Switching Value

Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value (nilai pengganti) adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.

Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa besar perubahan yang terjadi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak.

Batas–batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. Perubahan-perubahan yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya dikarenakan oleh :

a. Harga

b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi) c. Kenaikan dalam biaya (Cost Over Run)

(42)

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Peluang pasar untuk peternakan kelinci masih sangat besar, karena masih banyak masyarakat yang berfikiran bahwa ternak kelinci tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi yang dimiliki peternakan kelinci untuk pemenuhan kebutuhan daging mencapai lebih dari 5000 ekor per tahun.

Kelinci memiliki manfaat yang lebih dibandingkan dengan daging ternak lain seperti memiliki kadar lemak jenuh yang rendah serta kandungan protein yang tinggi membuat daging kelinci baik untuk menjaga ketahanan tubuh agar menjadi sehat.

Jaji’s Farm merupakan peternakan kelinci yang mengutamakan kelinci pedaging sebagai produk utamanya, akan tetapi peternakan ini belum mampu memenuhi permintaan konsumen kelinci yang disebabkan oleh keterbatasan modal untuk melakukan pengembangan usaha peternakan. Berdasarkan potensi tersebut, Jaji’s Farm ingin melakukan pengembangan usahanya dengan menambah luas lahan, sehingga Jaji’s Farm bisa membangun kandang yang baru dengan menambah populasi ternak kelinci di peternakan. Dari pengembangan tersebut Jaji’s Farm diharapkan bisa memaksimalkan penjualan produk peternakan kelinci untuk memenuhi permintaan pasar yang selama ini dijalani. Adanya analisis kelayakan pengembangan ini sangat diperlukan oleh Jaji’s Farm karena selama menjalankan usahanya tidak pernah melakukan analisis kelayakan terhadap usahanya.

Analisis finansial (keuangan) dilakukan untuk memperhitungkan biaya yang akan digunakan dalam melakukan usaha sehingga dalam memaksimalkan usahanya Jaji’s Farm bisa melakukan penyesuaian dana sesuai dengan yang dibutuhkan. Analisis non finansial merupakan kegiatan analisis yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk melihat tingkat kelayakan usaha pada peternakan ini dilakukan beberapa strategi yang dilihat dari sumber modal yang digunakan.

Dalam melakukan analisis ini dilakukan beberapa strategi yaitu analisis dilakukan pada kondisi sebelum adanya pengembangan usaha (kondisi aktual) dan kondisi setelah adanya pengembangan (kondisi Pengembangan) usaha pada

Gambar

Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2008-2010 (ribu ekor)
Tabel 4. Permintaan Kelinci pada Peternakan Jaji’s Farm di Tahun 2009-2011.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha  Peternakan Kelinci
Gambar 2. Struktur Organisasi Jaji’s Farm   Sumber Jaji’s Farm (2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Korosi retak tegang (Stress Corrosion Cracking) adalah istilah yang diberikan untuk peretakan intergranular atau transgranular pada logam akibat kegiatan gabungan antara

the process of identity status (exploration and commitment), such variables gender and age. Gender and age positively correlated with

Beribu manfaat tentang informasi dan teknologi di bidang pendidikan dan kebudayaan bisa didapatkan oleh masyarakat melalui kanal-kanal di laman http://kemdikbud.go.id sesuai dengan

untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan modal.. 3) sendiri atau modal pinjaman serta mengetahui kemampuan perusahaan. untuk memenuhi kewajibannya, setelah

Agar kegiatan berjalan dengan baik, dilakukan monitoring secara berkala ( 1 x 2 minggu) dan pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi yang meliputi, motivasi

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil bergantung pada