• Tidak ada hasil yang ditemukan

Boleh diceritakan sedikit mungkin awalnya kerja dimana?

VERBATIM WAWANCARA RESPONDEN WN

41. Boleh diceritakan sedikit mungkin awalnya kerja dimana?

42. Begitu lulus kuliah tahun 2000, saya bekerja di Surabaya. Di klinik tumbuh kembang anak to. Saya angkatan ke 4, berati pada waktu itu kita kan pengalaman bekerja masih kurang ya. Aku belum bisa membedakan mana anak yang ADHD sama autis sama ADD, itu kan mirip-mirip, beda-beda tipis. Itu itu kesulitan sekali membedakan to, ADHD, ADD, autis sing yang tidak nemen hlo yo. Itu tu kesulitan, belum bisa. Tapi sekarang itu sudah mulai ngerti. Mereka dateng muncul gitu, ooh ini ada autis nya, oh ini

ADHD, oh ini hanya ADD aja, oh ini MR nya,atau autis ada MR nya, atau hiperaktif, speech delay tapi disertai ada MR nya, wis ngerti gitu. Untuk memastikan, oh ini perlu bahwa kita kan bekerja perlu anu ya, tidak asal ngomong ya, nah itu untuk menegakkan diagnosa, oh ini misal e MR speech delay nya karna apa, speech delay murni atau speech delay ada MR nya. Itu kan kita bisa dites IQ, dari situ kelihatan.

43. Terus itu kira-kira berapa lama ibu bisa beradaptasi dari lulus itu untuk bisa mengaplikasikan ilmu OT secara langsung?

44. Ya itu perlu jam terbang dan bertahun-tahun ya. Biasanya di klinik sing di situ banyak kasus, kita banyak belajar. Misalnya di klinik, banyak kasus itu misalnya gini mbak, di klinik itu kan banyak bermacam-macam kasus, kan kita sering berinteraksi. Oh gini gini. Antara teori dan di lapangan itu bisa.

Terus tumbuh kembang aja juga kebetulan waktu itu anakku kan masih usia-usia perkembangan, di bawah 5 tahun semua. Dan pasien saya di rumah sakit ya waktu itu usia-usia nya perkembangan nya di usia yang sama. Nah di situ kan bisa membedakan to mbak, oh ternyata anak saya kebetulan tumbuh kembangnya normal, anak yang di sini kan tidak.

Kenapa anakku bisa langsung bicara tanpa harus saya terapi. Kenapa anak yang di klinik itu harus di ajari bicara dulu. Kenapa anakku bisa merangkak tanpa harus diterapi. Itu kan ternyata anak yang berkebutuhan khusus itu memang harus distimulasi, harus diisi, harus dianu, anak-anak yang tumbuh kembangnya tidak ada gangguan, mereka secara alami belajar, bisa gitu hlo secara fisik, secara mental sesuai dengan usia perkembangannya.

45. Jadi bisa membandingkan ya bu

46. Iya. Kalau anak-anak berkebutuhan khusus, dia memang harus distimulasi, harus diajari, dilatih gitu.

47. Kalau misalnya diperkirakan berapa tahun itu bu?

48. Hla aku udah kemana-mana mbak

49. He he he, dari Surabaya ke mana lagi waktu itu bu?

50. Surabaya, terus aku ke Cilacap. Di Cilacap saya ikut klinik, saya home visit tapi pasien saya dikasih bekerja sama dengan psikolog. Kebetulan dia anu kalau punya pasien, saya dipanggil gitu hlo, disuruh nerapi di rumah gitu.

Terus abis itu ke Sulawesi, di Sulawesi saya di klinik tumbuh kembang 5 tahun.

51. Ohh iya iya. Berarti jam terbang tadi itu ya bu

52. Jam terbang dan tergantung pasien yang dipegang. Semakin banyak pasien yang kamu pegang, semakin banyak kita belajar. Di rumah sakit umum pun juga begitu, di rumah sakit umum kan pasiennya banyak kan. Misal e ada kasus orthopedi, kasus neurologi, kasus-kasus yang lain, lama-lama kita tau. Justru kita pinter karna pasien to. Oh ini patah tulang, tangannya begini misal e ini neurologi, ini stroke serangan ke sekian, itu kan kita belajar dari pasien.

53. Emm iya bu. Teruss tadi kan ibu merasa banyak dari pasien-pasien ibu perkembangan terapinya meningkat ya, bagaimana perkembangan terapi tersebut memberikan dampak pada kepuasan kerja ibu?

54. Ya berdampak to mbak. Dari raiso opo-opo terus bisa gitu kan, itu aku merasa puas gitu hlo. Sama dengan seorang guru, ketika guru itu mengajari muridnya, setelah dewasa muridnya menjadi seorang yang berhasil dan sukses, kepuasan kita kan di situ to, ikut mengantarkan mereka menjadi orang yang lebih baikkan gitu. Tidak bisa diucapkan dengan kata-kata itu.

55. Emm lalu kan tadi ibu mengatakan bahwa saat ini cenderung sangat puas ya, seberapa besar kepuasan ibu itu mempengaruhi kinerja atau performance ibu selanjutnya dalam menangani anak?

56. Gimana mbak?

57. Ibu puas nih sekarang, seberapa besar hal itu memberikan dampak ke ibu untuk kinerja ibu selanjutnya dalam bekerja?

58. Oh, yaa akhirnya kan begini to mbak, karna saya menangani pasien kasus A misal e hari ini, oh oke yang A pasien ini berhasil, otomatis itu

menjadikan saya termotivasi ketika nanti ada pasien lagi, ooh yang kemarin saja bisa kan, berhasil kan, berarti kemungkinan pasien saya selanjutnya berhasil juga. Misal pun ada yang tidak, pasti ada sesuatu dari mereka yang piye ya mbak, ada sesuatu dari mereka sendiri sing rodok berbeda kasusnya dengan pasien yang satunya. Misal e kita tau to mbak pasien autis itu, oke diagnosis sama autis, tapi cara pendekatannya mereka masing-masing anak kan berbeda. Hla bagaimana kita dari pasien satu ke pasien satu itu kita pendekatannya kan berbeda-beda. Pasien A iki rodok sensitif, berarti aku pendekannya rodok alus, alon-alon. Pasien B iki kalau nggak ditegasin dia nggak nurut. Kan itu kan berbeda-beda treatment nya, dari itu kan kita semakin tambah pengalaman, semakin tambah tau harus bagaimana ketika kita menghadapi pasien yang dengan berbagai macam anu tadi hlo, perilaku tadi hlo, gitu. Itu membuat saya jadi termotivasi

59. Eee kira-kira menurut ibu, faktor-faktor apa saja yang membuat kepuasan kerja tersebut berdampak pada kinerja ibu sehingga ibu bisa termotivasi lagi?

60. Faktornya?

61. Iya bu

62. Faktornya ituu orang tua juga, orang tua pasien kalau dia semangat untuk datang ke tempat terapi, membuat saya semakin termotivasi, diedukasi bagus, care dia terhadap terapis maupun ee program terapi, kita terapi, kita termotivasi. Anaknya juga kooperatif gitu kan, kognitifnya juga bagus, hehe, kondisinya tidak terlalu jelek banget, itu kita semakin termotivasi.

63. Terus dari paparan ibu tadi, menurut ibu, indikator apa saja yang mempengaruhi antara prose terapi tadi, kepuasan ibu, sama kinerja ibu?

64. Indikator itu sing koyo piye ya?

65. Kayak hal-hal yang mempengaruhi dari proses terapi ibu tadi, terus kepuasan ibu, sama kinerja selanjutnya?

66. Otomatis tempat kita bekerja itu memfasilitasi alat dan semuanya itu

memfasilitasi, mendukung program apa pun kita untuk anak, tidak terlalu banyak intervensi terhadap profesi terapisnya itu kita menjadi semakin anu to mbak semakin semangat untuk bekerja to. Opo jenenge kita mengajukan alat, dukungan-dukungan pimpinan terhadap kita untuk bekerja, terus tidak terlalu banyak intervensi, memfasilitasi kebutuhan kami

67. Menurut ibu, di sini cukup memfasilitasi?

68. Alhamdulillah cukup

69. Kalau lingkungan kerja kayak rekan kerja gitu, apakah mendukung bu?

70. Iya kebetulan, namanya orang bekerja kan ada opo jenenge gesekan tetep ada. Kebetulan kalau di rumah sakit jiwa, sesama rekan sejawat bisa bekerja sama dengan baik sih. Ya perawat maupun OT, maupun FT, atau TW. Maksute tidak ada yang gimana-gimana. Itu kan hal yang biasa.

Hanya perlu dikomunikasikan gitu aja. Tapi selama ini baik sih.

71. Kalau lingkungan-lingkungan kerja sebelumnya gimana bu?

72. Ya, ada. Ada yang pernah di swasta juga ada. Saya pernah bekerja di swasta. Pasti ada di awalnya, misalnya saya baru awal masuk di salah satu klinik, biasalah orang awal orang baru datang gitu dibully dulu itu hal-hal yang wajar. Yang penting kita tetep menunjukkan kinerja kita yang baik, yang negatif kita buang, yang positif kita lakukan aja to. Tidak semua orang harus suka dengan kita, dan tidak semua orang itu benci sama kita 73. Iya ya bu, pasti ada yah bu

74. Pasti ada

75. Iya terus, apakah ada perbedaan kepuasan ibu dari misal awal bekerja, misal 5 tahun pertama, mungkin pertengahan, sampai sekarang?

76. Ya awal-awal waktu bekerja saya masih harus banyak belajar. Kan awam ya. Baru lulus bekerja tu saya justru banyak mengeksplor, banyak belajarnya yang bener-bener itu ketikaawal-awal belajar itu. Kan kita harus mengenal betul

77. Berarti itu ibu pas awal-awal tu puas atau cenderung..

78. Masih cenderung belajar, cenderung belum puas awal-awal ya belom no.

Masih harus menerapkan antara teori dan kenyataan to. Awal aku belajar ngerti cah nangis aku gak isoh, piye kudu tak apakne aku bingung sendiri.

Iya to mbak

79. Iya bu bener he he

80. Hla wong sekarang anak nangis, nangisya karna kenapa dulu. Nek nangisnya karena dia ngeyel gak mau mengerjakan tugas, dia guling-guling, udah cuekin aja guling-guling. Sing penting tidak membahayakan dia nanti meneng sendiri. Nek nangisnya karna sesuatu memang ada alasannya yo oke kita tolong. Misal e gitu lah pokok e gitu. Ada prosesnya 81. Kalau di pertengahan bu?

82. Pertengahan sudah mulai ngerti, oo antara teori, kenyataan di lapangan, dan hasil sudah mulai opo yo mbak, wes mulai singkron gitu hlo. Kalau sudah sekarang-sekarang itu wes mulai ngerti. Oh baru datang aja kita udah tau kalau dia harus kita apakan wes ngerti.

83. Ee kalau begitu, menurut ibu apa bagian paling berarti dalam pekerjaan ini bu?

84. Bagian paling berarti? Ya ketika, gini biarpun anak-anak itu berkebutuhan khusus, mereka itu tahu mana yang tulus dan mana yang tidak

85. Iya, nggih..

86. Biarpun mereka berkebutuhan khusus, tidak bisa ngomong, koyo ra mudeng, dia tau mana terapisnyayang tulus maupun yang tidak. Misalnya saya galak nih, dia tau galaknya saya tu galak tulus. Mana terapis yang sayang betul sama dia, sama hanya ming sekedarnya. Itulah dia bisa merasakan itu

87. He em, itu yang paling berarti ya bu ya 88. Iyalah, kita pendekatannya pake hati kok

89. Iya he he. Menurut ibu, penghargaan paling tinggi dari seorang okupasi terapis apa bu?

90. Ketika orang tua nya bilang tidak harus terima kasih, tapi gini hlo. Ya setelah terapi hasilnya ada gitu hlo. Dia orang tua nya merasa seneng gitu sih. Entah dibalik itu ada perkataan negatif, saya ndak mau tau ya, sing penting dilihat mata itu wes ketok gitu hlo mbak, ketok hasilnya.

91. Iya, dari orang tua berpengaruh ya bu

92. Iya otomatis. Orang tua semakin care, terapisnya pun semakin nyaman bekerja.

93. Iya bu. Kalau tadi kan penghargaan, kalau tantangan terbesar, yang paling ibu merasa kesulitan?

94. Kesulitan ketika orang tua, terutama orang tua, orang tua tidak care, tuntutannya banyak

95. Nggih

96. Padahal kan antara kondisi anak sama ekspektasi orang tua terlalu tinggi sedih aku he he gitu, bener nggak?

97. He he iya bu

98. Kadang kekecewaan orang tua kan, kita kan sudah lama bekerja ya mbak, sudah tau oh ini nanti anak ini kemungkinan prognosanya sampe di sini, kesulitan di sini, nanti kesulitan-kesulitannya di sini. Kan wes tau karna kita wes pegang banyak yo. Lah ternyata harapan orang tua nya tidak seperti itu. Anakku harus bisa sekolah SD umum, padahal kenyataannya anaknya tidak mampu di situ. Hla itu tantangannya di situ. Sedihnya di situ.

Hla untuk mengedukasi orang tua yang seperti itu saya masih kesulitan, harus menjaga perasaan. Saya membutuhkan profesi lain untuk bisa menyampaikan, psikolog atau dokter rehabilitasi medik misalnya gitu.

99. Iya latar belakang orang tua juga berbeda-beda ya bu

100. Nek orang tua yang pendidikannya tinggi, pengalamannya tinggi, dia sudah tau.

101. Lebih mudah menyampaikannya ya bu?

102. Lebih bisa menerima.

103. Dari semua tantangan-tantangan itu, yang tetap membuat ibu

termotivasi hingga saat ini apa bu?

104. Tetep motivasi ya itulah begitu anak dateng ada perubahan-perubahan itulah. Ada kemajuan itu, tetep ke situ.

105. Pada tahap sekarang ini, ibu merasakan pekerjaan ibu ini sebagai pekerja, karir, atau lebih ke panggilan hidup?

106. Dua-dua nya, karir dan panggilan hidup he he.

107. Ohh he he. Kenapa bu?

108. Aku mencintai okupasi terapi, biarpun dulu awal-awal aku kuliah OT itu apa aku ndak ngerti he he sing penting aku kuliah. Lulus kuliah aku nggak ngerti OT bagaimana aku ndak ngerti, gitu

109. Itu tadi kan kita bahas penghargaan dari orang tua, kalau dari rekan kerja tau profesi kesehatannya lainnya itu gimana bu?

110. Yaa menghargainya antar sesama profesi aja. Kita tidak mau, tidak sampe, jangan sampe ada opo yo mbak sesama teman sejawat itu ada miskomunikasi itu jangan sampe. Jadi kita harus menjaga batasan-batasan kita masing-masing ngono tok. Wes begitu tok, dah, di pekerjaan.

111. Kalau selama ini hubungan ibu ke pasien dan keluarga pasien bagaimana bu?

112. Saya merasakan lebih ke positif sih. Misal pun ada negatif ya mungkin karna anu ya, ya mungkin karna perlu komunikasi aja antara ekspektasi dan kenyataan harus seimbang, edukasi keluarga perlu. Orang tua biasanya tidak bisa menerima kenyataan gitu kondisi anaknya.

113. Kalau dukungan dari keluarga ibu sendiri bagaimana bu terhadap pekerjaan ibu?

114. Mendukung, tidak ada masalah.

115. Peran ibu juga sebagai ibu juga ya, bagaimana ibu membagi waktunya antara pekerjaan dan di rumah?

116. Tidak ada masalah. Ketika kita di rumah ya kita bekerja melakukan kegiatan ibu rumah tangga semestinya. Ketika sudah di tempat pekerjaan kita bekerja secara profesional sesuai profesi kita.

117. Berarti tidak ada masalah ya bu ya 118. Tidak, alhamdulillah tidak ada

119. Kalau di sini jam kerjanya sampai jam berapa bu?

120. Jam 7 sampai jam 4 untuk senin sampai kamis. Jumat jam 7 sampe jam 2 121. Selama praktek, lebih banyak mana bu antara anak ABK yang ibu

tangani yang mengalami kemajuan, stagnan, atau malah kemunduran?

122. Itu tergantung ke kondisi pasien. Kalau memang dia kondisinya sangat jelek sekali, ya tau sendiri to, perkembangannya tidak signifikan. Tapi kalau misal e dia hanya delay, atau perlu stimulasi aja, atau ADHD ringan aja, itu biasanya perkembangannya signifikan sekali. Dari pengalaman saya kalau yang hanya delay-delay tadi antara 3 sampai 6 bulan itu pasti ada perkembangan, sudah ada perubahan. Tapi kalau yang misal e CP berat, misal e MR berat, itu kan dibutuhkan waktu yang panjang, bertahun-tahun untuk bisa. Tapi yang hanya delay-delay antara 3 sampai 6 bulan dengan terapi rutin dan konsisten, keluarga di rumah juga mengulangi lagi, itu perubahannya signifikan, sudah ada perubahan yang signifikan

123. Oh he em. Tapi lebih banyak ke mana bu?

124. Lebih banyak ke perkembangannya bagus. Maksute signifikan. Misal e jam pertama saya mendapatkan pasien yang rodok berat kasusnya, jam kedua saya mendapatkan yang ringan, aku sudah mendapatkan hiburan di hatiku he he, jam ketiga berat aku sedih, jam keempat nya rodok ringan dan bagus kooperatif enjoy ngoten aku mendapatkan hiburan. Nek dalam satu hari itu pasienku berat kabeh, sedih hari itu aku, he he he, iya. Pasienku di hari itu apik kabeh, aku bahagia

125. He he he , mempengaruhi mood ya bu

126. Iya, mood kita itu berpengaruh kepada anak-anak. Jadi sebelum kita bekerja, mood itu harus dijaga dulu.

127. Iya bener bu

128. Perbaiki mood mu dulu sebelum kamu memperbaiki anak. Nek mood mu

jelek, nanti berpengaruh ke kondisinya. Misalkan kamu pengen marah-marah, didonke dulu marah-marah mu. Biasanya nek perempuan kan ada haid, ada apa yang membuat emosi. Masalahmu lupakan dulu sebelum kamu memegang pasien.

129. Biasanya satu sesi berapa lama bu?

130. Kalau di sini 30-45 menit.

131. Satu hari berarti kira-kira berapa pasien?

132. Kalau pas banyak yo bisa sampe 9, 8. Kalau pas ndak, ya rata-rata 5an lah.

Tergantung kedatangan mereka to.

133. He em. Terus apa harapan ibu bagi diri ibu sendiri dan pasien ibu?

134. Saya semakin ya bisa membantu mereka semaksimal mungkin sampai saya berakhir masa pensiun kan. Untuk pasien saya semoga pasien-pasien yang saya tangani perkembangannya, prognosanya membaik, selalu membaik, membaik, dan baik lah. Harapannya begitu.

135. Kalau misalnya diandaikan pakai skala, seberapa tingkat kepuasan ibu? Misal skala 1-10

136. Di antara semua kasus ya, di antara semua kasus, baik kasus ringan maupun yang berat akuu 1-10 ya, 8 lah. Sangat puas, yang 9 10 kan kurang yo, kurang 2 itu pasien sing berat-berat. Aku sedih aku neksing berat-berat itu.

Kan orang tua nya kan, gini hlo mbak, wes sui ra ono perubahan, kita kan sudah berusaha maksimal, tapi kemampuannya cuma semono ya mau gimana.

137. Baik bu hari ini itu saja, terima kasih banyak atas waktunya.

138. Oh iya sama-sama.

VERBATIM WAWANCARA RESPONDEN WN

Pewawancara : Tika Hayyukarina

Responden : WN

Lokasi Wawancara : Di ruang OT tempat responden bekerja

Waktu : 13.00-13.20 WIB

Keterangan : Cetak tebal: peneliti Cetak biasa: responden Kode Wawancara : WN

No. Verbatim Wawancara

1. Jadi selama ibu menjadi OT sampai saat ini, seberapa puaskah ibu menjadi seorang okupasi terapis?

2. Aku kemaren puasku 1-10 itu 8 kan, 8. Yo enek saatnya tidak puas yo. Nek 100 persen yo ndak mungkin gitu. Ada hal-hal yang membuat kita kecewa gitu yo ada, ning lebih banyak puase to, 1-10 itu ya 8 kan, wes di atas separo lebih.

3. Ee mungkin bisa disebutkan hal-hal apa saja yang membuat puas bu?

4. Ya puas itu tadi kalau ada ee kemajuan atau prognose yang bagus dari pasien yang kita tangani, kita puas. tidak puase kenopo, nek misale dari orang tua wes diterapi kemana-mana kok belum ada perubahan kayak gitu itu beban mental buat kita sendiri. Kita yo bingung aku harus ngapain lagi ya, padahal memang kemampuan dia ya segitu ngono hlo.

5. Berarti kan lebih banyak ibu menangani anak yang perkembangannya lebih bagus ya, nah itu seberapa besar perkembangan terapi anak yang mengalami kemajuan itu memberikan dampak pada kepuasan ibu?

6. Itu maksude seberapa besar gimana? Ya aku sangat puas sih, seberapa besar yang gimana?

7. Emm yaa bagaimana perkembangan anak yang maju tadi itu memberikan pengaruh pada kepuasan ibu gitu

8. Akhire memotivasi diriku to, besok kalau ada kasus seperti ini, oh aku harus ngapain dari pengalaman yang kemarin, oh ternyata tak kasih gini dia oh bagus ngono hlo mbak ngerti, seperti itu, jadi kan oh ternyata kasus misalnya anak ADHD tak kasih pendekatan ini, ternyata dia prognosanya bagus, berarti bisa jadi besok kalau ada pasien yang seperti itu aku bisa menggunakan pendekatan yang sama. Bisa jadi pendekatan itu bisa berbeda ke anak, oh biarpun kondisine podo tapi pendekatane sama hasilnya berbeda kan juga bisa. Berarti nanti kalo ternyata hasile berbeda kan kita menggunakan pendekatan yang lain, gitulah. Jadi memotivasi dan kita juga belajar, belajarnya oh nek kasus ini kita pendekatannya ini lebih efisien, kasus ini pendekatannya ini kok tidak ya, jadi kita belajar, gitu sih ke arah gitu.

9. Kalau itu tadi kan bagaimana perkembangan itu mempengaruhi kepuasan ibu ya bu, kalau alasannya ada ndak bu, kenapa kemajuan terapi anak itu bisa berdampak pada kepuasan kerja ibu?

10. Ya iyalah, misale saya orang tua, ketika anakku menjadi seorang yang mandiri, yang berguna untuk orang banyak, yang berhasil, sama dengan seperti itu to. Kita kan juga ada perasaan bangga tersendiri dengan anak-anak yang kita pengang sama dengan anak-anak kandungku sendiri, gitu hlo mbak.

11. Oh iya iya bu, bisa merasakan ya bu

12. Saya merasakan. Itu anak-anak juga merasakan, ketika saya mendekati mereka dengan tulus dan tidak, anak itu merasakan, seperti itu sih, saya cenderung ke arah kayak anak dan, jadi saya pendekatannya ke arah menggunakan empati emosi itu saya gunakan, saya ora setengah-setengah gitu hlo mbak. Ketika saya tidak ikhlas, emosiku tidak opo yo, aku tidak care dengan mereka, itu berpengaruh. Anak jadi marah-marah, aku juga tidak fokus. Jadine sebelum aku bekerja hatiku dan pikiranku tak toto dulu.

13. Iya ya bu he he. Itu gimana biasanya cara ibu meregulasi diri seperti itu?

14. Yo nek piye yo, pernah sih suatu saat ada kegiatan di rumah sakit ini, ada

14. Yo nek piye yo, pernah sih suatu saat ada kegiatan di rumah sakit ini, ada