• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 2. Formulir Persetujuan (Informed Consent) PERNYATAAN PERSETUJUAN Informed Consent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Lampiran 2. Formulir Persetujuan (Informed Consent) PERNYATAAN PERSETUJUAN Informed Consent"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Formulir Persetujuan (Informed Consent)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Informed Consent

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi DIV Alih Jenjang Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan Surakarta.

Judul Penelitian : “Dinamika Perkembangan Terapi pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan Persepsi Kepuasan Kerja Okupasi Terapis yang Menanganinya”.

Peneliti : Tika Hayyukarina

NIM : P 27228018270

Saya mengizinkan untuk dilakukan perekaman selama wawancara berlangsung dan percaya yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta dalam penelitian.

Surakarta, 2019

Peneliti Responden

Tika Hayyukarina P 27228018270

(3)
(4)

Lampiran 4. Protokol Wawancara

PROTOKOL WAWANCARA

A. Pendahuluan

1. Peneliti melakukan proses wawancara diawali dengan menghubungi para responsen yang akan diambil datanya.

2. Peneliti menawarkan apakah okupasi terapis bersedia untuk menjadi responden pada penelitian dinamika perkembangan terapi pada ABK dan persepsi kepuasan kerja okupasi terapi yang menanganinya.

3. Peneliti membuat persetujuan dengan responden untuk menentukan tempat dan waktu dilaksanakannya proses wawancara.

B. Pemanasan

1. Peneliti mengucapkan salam dan menanyakan kabar responden.

2. Peneliti menyebutkan nama dan memperkenalkan diri sebagai mahasiswa Prodi D-IV Alih Jenjang Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan Surakarta.

3. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan proses wawancara.

4. Peneliti menjelaskan tujuan wawancara, yaitu untuk mengetahui dinamika perkembangan terapi pada ABK dan persepsi kepuasan kerja okupasi terapi yang menanganinya.

5. Peneliti meminta responden untuk mengisi informed consent sebelum proses wawancara dilakukan.

6. Peneliti menjelaskan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan adalah seputar kepuasan yang dirasakan okupasi terapis selama menangani proses terapi ABK.

7. Peneliti menjelaskan bahwa data dari hasil wawancara akan dijaga kerahasiaannya.

8. Peneliti meminta izin untuk melakukan proses perekaman selama wawancara berlangsung.

(5)

9. Peneliti menawarkan kontrak waktu untuk dilaksanakannya proses wawancara.

C. Pertanyaan

Seberapa puaskah Anda menjadi seorang okupasi terapis?

Script A:

1. Hal-hal apa sajakah yang membuat Anda puas menjadi seorang okupasi terapis?

2. Seberapa besarkah perkembangan terapi pada ABK memberikan dampak pada kepuasan Anda dalam bekerja?

3. Mengapa perkembangan terapi pada ABK memberikan dampak pada kepuasan Anda dalam bekerja?

4. Bagaimana perkembangan terapi pada ABK memberikan dampak pada kepuasan Anda dalam bekerja?

5. Bagaimana hubungan antara perkembangan terapi yang positif dan kepuasan kerja yang muncul?

6. Bagaimana perkembangan terapi yang positif tersebut dapat berdampak pada pengalaman yang Anda rasakan?

7. Seberapa besarkah pengalaman tersebut mempengaruhi kinerja/performance Anda selanjutnya dalam bekerja?

8. Bagaimana yang Anda rasakan ketika kepuasan kerja tersebut dapat berdampak pada kinerja Anda dalam bekerja?

9. Faktor-faktor apa sajakah yang membuat kepuasan kerja tersebut berdampak pada kinerja Anda dalam bekerja?

10. Menurut Anda, indikator apa sajakah yang mempengaruhi hubungan antara proses terapi dan kepuasan serta occupational performance Anda?

(6)

Script B:

1. Hal-hal apa sajakah yang membuat Anda tidak puas menjadi seorang okupasi terapis?

2. Seberapa besarkah perkembangan terapi pada ABK yang stagnan atau bahkan mengalami kemunduran memberikan dampak pada ketidakpuasan kepuasan Anda dalam bekerja?

3. Mengapa perkembangan terapi pada ABK yang stagnan atau bahkan mengalami kemunduran memberikan dampak pada ketidakpuasan kepuasan Anda dalam bekerja?

4. Bagaimana perkembangan terapi pada ABK yang stagnan atau bahkan mengalami kemunduran memberikan dampak pada ketidakpuasan kepuasan Anda dalam bekerja?

5. Bagaimana hubungan antara perkembangan terapi yang negatif dan ketidakpuasan kerja yang muncul?

6. Bagaimana perkembangan terapi yang negatif tersebut dapat berdampak pada pengalaman yang Anda rasakan?

7. Seberapa besarkah pengalaman tersebut mempengaruhi kinerja/performance Anda selanjutnya dalam bekerja?

8. Bagaimana solusi Anda ketika ketidakpuasan kerja tersebut berdampak pada kinerja Anda dalam bekerja?

9. Faktor-faktor apa sajakah yang membuat ketidakpuasan kerja tersebut berdampak pada kinerja Anda dalam bekerja?

10. Menurut Anda, indikator apa sajakah yang mempengaruhi hubungan antara proses terapi dan ketidakpuasan serta occupational performance Anda?

D. Penutup

1. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah bersedia berpasrtisipasi dalam proses wawancara dan pengambilan data.

2. Peneliti mengucapkan salam.

(7)

Lampiran 5. Verbatim Wawancara Responden

VERBATIM WAWANCARA RESPONDEN DW

Pewawancara : Tika Hayyukarina

Responden : DW

Lokasi Wawancara : Di ruang OT tempat responden bekerja

Waktu : 08.30-09.00 WIB

Keterangan : Cetak tebal: peneliti Cetak biasa: responden Kode Wawancara : DW

No. Verbatim Wawancara

1. Assalamualaikum bu 2. Iya waalaikumsalam 3. Langsung saja ya bu 4. Iya

5. Jadi selama 17 tahun bekerja menjadi OT, apakah ibu merasa puas?

6. Ee kalau selama ini sih puas puas aja sih. Maksudnya baik-baik saja. Ya memang beda ya kerja di klinik mungkin sama di rumah sakit. Ya memang di rumah sakit itu sulit pengadaan media, itu memang yang tidak mudah.

Medianya terbatas.

7. Ooh begitu bu. Jadi seberapa puas ibu menjadi okupasi terapis?

8. Emm sangat puas

9. Sangat puas ya bu. Berarti setiap di akhir jam setelah ibu melakukan intervensi setiap harinya, bagaimana ibu merasakannya secara emosional? Mungkin bisa dideskripsikan perasaan puas itu

10. Ee setelah memberikan tindakan atau memberikan pelayanan, kalau pasien itu terlayani dengan baik, ya kita jadi tambah lebih seneng.

11. Ee terlayani dengan baiknya mungkin seperti apa bu?

(8)

12. Misalnya pasien biasanya kan setelah melakukan tindakan, kadang kan ada beberapa yang konsultasi. Kalau misalkan dengan pasien tersebut oh anaknya gimana bu atau apa, itu biasanya dengan konsultasi itu kan kita bisa tau ekspresi orang tuanya bagaimana, jadi ya kita melihatnya dari situ. Jadi kalau orang tuanya itu seneng, ya kita juga ikut seneng.

13. Ada nggak bu mungkin ekspresi orang tua yang menunjukkan kurang seneng gitu?

14. Kalau selama ini sih alhamdulillah nggak ada nggeh. Semuanya hasilnya bagus semuanya. Maksudnya paling kita juga ee apa ya, karna seringnya terapi ke sini, jadinya kan kedekatannya juga ada, jadi lebih nyaman.

15. Hal-hal apa saja yang membuat ibu merasa puas tadi? Bisa disebutkan mungkin

16. Yang bikin puas? Ee pasien kalau memulai terapi sudah tidak nangis dulu, sangat menyenangkan, terus pas diberikan tindakan terapi tidak begitu banyak problem itu ya sesuatu yang menyenangkan. Tapi kalaupun anak itu nangis datengnya, atau lagi badmood yaa kita juga harus apa, harus bisa juga istilahnya memberikan pengalihan buat anak, bahwa ini nanti akan main, atau belajar dengan menyenangka. Kalau anak itu bisa diem, bisa mengikuti instruksi kita, ya itu saya lebih seneng lagi he he.

17. Iya bu he he. Selain itu bu?

18. Selain itu ya mungkin kita ya itu tadi, ekspresi orang tua setelah kita melakukan tindakan kepada anaknya, orang tua nya seneng, nah itu yang membuat saya seneng.

19. Di sini kebanyakan yang ibu tangani, anak-anaknya perkembangannya cenderung bagaimana bu?

20. Ee kalau secara umum perkembangnnya bagus, apa namanya, ada peningkatan, walaupun memang tiap pasien kan berbeda-beda. Tapi memang ada juga, ada mungkin kita sedihnya itu kalau misalnya ada kasus misal kejang, kalau kejangnya kan itu memang tiap kejangnya masih terus kan otomatis sel-sel syarafnya akan berpengaruh, jadi perkembangan terapi

(9)

anak ada yang meningkat tapi ada yang menurun lagi gitu lho, itu biasanya seperti itu. Atau mungkin pasien-pasien yang spastik sekali, nah itu kan misalnya spastik sekali kan otomatis mengganggu area pernapasannya, nah itu biasanya yang bikin tidak prognosisnya itu kadang-kadang kurang bagus.

21. Ooh iya, jadi faktor-faktor di luar intervensi ya bu.

22. He eh, betul. Jadi dari kondisi sakitnya itu yang kadang agak susah.

23. Itu kan tadi karna faktor-faktor di luar tindakan ya bu ya. Kalau misalkan ada nggak selama ini perkemabangan anak yang kurang bagus karna bukan dari hal itu?

24. Emm kalau misalkan dari tindakan OT sendiri tanpa faktor-faktor pencetus yang lain itu sih alhamdulillah baik. Jadi walaupun mungkin tidak cepet, tapi ada perkembangan.

25. Setidaknya ada perkembangan ya bu.

26. He eh.

27. Terus tadi ibu mengatakan bahwa puas ya, lalu bagaimana perasaan ibu sendiri menjalani profesi ini selama bertahun-tahun?

28. Fine-fine aja, baik-baik aja ya, dinikmati.

29. Terus mungkin bisa sedikit dicertikan bu dulu dari lulus riwayat pekerjaanya?

30. Dari lulus itu alhamdulillah bisa langsung masuk ke sini, kebetulan di sini ada yang kosong, buka penerimaan, ya alhamdulillah langsung bisa masuk ke sini.

31. Berarti dari tahun 2003 sudah di sini?

32. Iya, di sini.

33. OT pertama berarti bu?

34. Oh nggak, OT pertama itu bu --- malah, terus akhirnya ketambahan saya.

35. Dari dulu pas lulus, bagaimana cara ibu beradaptasi dengan pekerjaan sebagai OT yang menangani pasien secara langsung?

36. Kalau saya sih lebih cenderung gini ya, ee apa ya, mengaplikasikan apa yang kemarin sudah didapat mulai dari praktek maupun teori, jadi misalnya

(10)

dulu kan pas saya mulai kerja di sini pasien kan paling hanya satu, dua, tiga gitu kan, masih belum banyak, jadi masih gini masih apa namanya, misalnya hari ini dateng saya lakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak.

Karna di sini belum tersedia form-form itu, ya jadi kita mencatat sendiri, ooh dia kemampuannya segini untuk misalnya vestibularnya, kemampuan motorik halusnya segini, itu kita catat sendiri sebagai ya namanya kita masih belum pengalaman ya, jadi masih seperti itu, walaupun mungkin tidak detail, ya paling seperti itu sih. Ya nanti setelah diliat, oh kurang ini, oh berarti tindakannya seperti ini. jadi ya belajar lagi he he.

37. Iya ya bu he he. Ada nggak sih bu kesulitan menyingkronkan antara teori yang didapat kuliah dengan langsung menangani anak?

38. Kalau untuk menyingkronkan sih ee nggak juga sih. Untuk saya nggak nggak sulit-sulit amat. Ya semua kan tergantung kondisi pasiennya ya. Kita tidak bisa pure misalnya paling di rumah sakit kan tindakan terapi tidak selama kalau di klinik atau visit gitu kan. Paling jadinya yaa kita manfaatkan waktu itu sebaik-baiknya. Jadi misalnya kalaupun pasien datang dengan tidak mood gitu ya, itu ya apa namanya berarti akan mungkin waktunya akan terbuang lebih banyak mengembalikan mood nya ya sudah nggak papa, gitu. Kita kan tujuannya juga biar anaknya enjoy juga. Soalnya kalau dipaksa pasiennya nangis yo gimana.

39. Itu kira-kira butuh berapa lama bu untuk beradaptasi pas dari lulus kuliah tadi?

40. Kalau namanya adaptasi itu ya paling sekitar, mungkin karna saya sedeng- sedeng aja kemampuannya, mungkin sekitar 5-6 tahunan kayaknya ya.

Mungkin kalau yang lebih pinter mungkin wis ngelotok ya, mungkin akan lebih cepet adaptasinya gitu.

41. Kalau lingkungan kerja misal kayak rekan kerja gitu apakah mendukung ibu dalam menjalani pekerjaan?

42. Ya sangat mendukung. Soalnya kita bekerja bareng-bareng ya, jadinya ya bersama-sama mendukung.

(11)

43. Kalau dengan profesi kesehatan lainnya bu?

44. Ya apa namanya ya, namanya di tempat kerja mesti ada juga kan yang mendukung, sebagian juga ada yang enggak. Tapi kalau di sini sih banyak yang mendukung. Kayak stakeholdernya itu tu mendukung. Kalau misalnya pasien-pasien kok di poliklinik rasanya agak sepi gitu ya, dikasih pasien- pasien yang di bangsal, seperti itu.

45. Kalau ke bangsal OT nya yang kesana?

46. Nanti dibagi, tugasnya tiap minggu bergantian.

47. Emm itu alurnya gimana bu kalau di sini? Dari dokter begitu?

48. Kalau kita itu okupasi terapi dapetnya pasien kalau dari SOP nya itu kalau misalnya dari rawat jalan, itu biasanya dari dokter rehab medik, dapetnya pasien juga dari apa namanya dari ini apa poli-poli yang lain, misal dari penyakit dalam, anak, itu nanti baru ke poli rehab medik, terus pasiennya butuhnya terapinya apa saja. Apa namanya, misalnya oh ini butuhnya OT, TW, fisioterapi, misalkan dari tiga ini.

49. Ee ada nggak sih bu perbedaan kepuasan ibu dalam bekerja pada saat pertama kali bekerja, lalu 5 tahun pertama, pertengahan, lalu hingga saat ini?

50. Kalau itu menurut saya puas nggak puas itu kan tergantung ya. Kalau menurut saya sih puas-puas aja sih. Kondisinya kan juga berbeda-beda.

Kalau kondisi yang dulu mungkin pasiennya sedikit, terus tambah lagi, konsultasi ke mahasiswa. Jadi kan berubah-ubah kan kondisinya, tapi selama itu sih baik-baik saja.

51. Ee tadi ibu mengatakan kalau anak yang ibu tangani selama ini cenderung bagus ya perkembangannya, nah bagaimana hal itu berdampak pada kepuasan ibu?

52. Kalau melihat pasien-pasien yang dulunya dateng ke sini itumungkin sekitar usia 1 tahun belum bisa apa-apa, sekarang usia 2 tahun 4 tahun dia sudah bisa berlari, bisa sekolah itu ya sangat senang dan puas sekali. Kan berarti kan pelayanan kita kan baik, bagus. Jadi pasien kan dari 1 tahun

(12)

smapai 4 tahun masih ke sini terus gitu hlo.

53. Oh iya begitu. Terus gimana kepuasan itu mempengaruhi kinerja ibu selanjutnya?

54. Harapan saya sih bisa terus mempertahankan.

55. Mungkin kalau misal ibu waktu mengalami kesulitan ketika menangani anak, biasanya apa yang ibu lakukan?

56. Kalau saya kasus yang sangat jarang gitu ya misalnya dulu ada pasien itu yang dia itu kaki nya gerak-gerak terus gitu ya, itu namanya apa gitu. Tidak bergeraknya pada saat tidur saja. Nah itu kan juga akan kesulitan kan kita memberikan tindakan seperti apa kalau anak prognosisnya kurang bagus.

Ya kita anu dek ee kita anamnesa terus kita konsulkan kepada kita sharing lagi ke dokter rehabnya. Dok ini kondisi anak seperti ini. terus dilihat dari segi medisnya bagaimana. Kira-kira tanda gejalanya anak itu akan seperti apa tiapharinya, gerakannya atau perilaku yang akan ditimbulkan. Itu kita konsultasikan juga sama dokter gitu. Jadi kita kan tahu. Oh kira-kira yang bisa dilakukan ini mbak.

57. Terus kalau misalnya seminar sama workshop sendiri sering mengikuti nggak bu?

58. Kalau seminar sama workshop ya minimal setahun sekali lah.

59. Kalau yang pelatihan bersertifikat seperti bobath, SI gitu pernah bu?

60. Emm kalau saya belum sih. Soalnya itu kan apa ya, fasilitasnya juga masih belum begitu mendukung ya, jadi kalau misal ilmu dari pelatihan nggak langsung diaplikasikan akan susah. Makanya mendingan ya sudahlah seperti ini. Ya kita ikutnya workshop workshop yang biasa aja, ya paling sama asmiota.

61. Ooh, kalau asmiota kemarin ikut bu?

62. Kalau yang di Bali kemarin nggak ikut. Kalau sebelumnya yang di Jogja ikut.

63. Itu biasanya biaya mandiri atau bisa dari rumah sakit?

64. Kita biasanya berusaha mengajukan ke rumah sakit dulu, kalau di acc ya

(13)

alhamdulillah. Cuman kalau enggak ya tergantung kita nanti mau ikut atau enggak atau mungkin ada pelatihan yang lain kita ikut yang lain, seperti itu.

65. Biasanya di acc bu?

66. Alhamdulillah biasanya di acc. Walaupun Cuma setahun satu kali, he he.

67. Terus untuk fasilitas di sini gimana menurut ibu?

68. Kalau menurut saya masih kurang sih. Dengan tipe A ya, rumah skait ini ruangannya juga terbatas, medianya juga terbatas, untuk pengajuannya juga tidak mudah. Untuk pengajuan sih insyaAllah tiap tahun kita mengajukan.

Ya sebenarnya sempet beberapa kali turun juga, tapi kebetulan ruangnnya tidak memenuhi kan ya juga susah. Sudah pernah turun 2 atau 3 kali.

69. Dari dulu ruangannya memang segini atau pernah nambah bu?

70. Enggak, gak pernah nambah. Ya gini aja. Cuman ditambah sekat-sekat aja.

71. Kalau menurut ibu, apa sih bagian yang paling berarti dari pekerjaan ini?

72. Yang berarti ya. Kalau dalam bekerja itu sih sebenernya yang bikin seneng itu kalau tindakan yang kita berikan ke pasien entah itu apa pun ya, membuat pasien atau keluarga itu merasa seneng. Udah itu aja sih.

73. Kalau selama ini hubungan dengan keluarga pasien gimana bu?

74. Alhamdulillah baik. Memang semua itu kan tergantung dari individunya juga. Kalau mungkin lebih banyak yang lebih deket sama kita. Misalnya curhat atau apa itu malah udah kayak saudara.

75. Ohh iya ya bu ya, karna sudah terapi lama juga ya.

76. Iya.

77. Kalau misal penghargaan paling tinggi sebagai okupasi terapis bu?

78. Apa ya? Penghargaan bagaimana ini?

79. Ee bisa apapun bu bentuknya, yang menurut ibu itu suatu penghargaan.

80. Kalau misal dari rumah sakit itu kalau untuk karyawan itu sepertinya karyawan atau pegawai yang berintegrasi, integritas. Jadi dari kemampuannya itu juga ada tes nya juga gitu. Itu aja. Biasanya 4 sampai 5

(14)

orang.

81. Dari OT pernah masuk bu? He he

82. Kalau di OT alhamdulillah belum he he. Kalau dari lingkup rehab medik pernah. Itu ada berapa ya, 4 atau berapa itu.

83. Mudah-mudahan nanti OT masuk ya bu, he he.

84. Iya mudah-mudahan.

85. Kalau tantangan terbesar sendiri bu sebagai OT?

86. Tantangan ya, kadang ini kemajuan pasien sendiri. Misal kita sudah melakukan tindakan, terus ternyata perkembangannya kurang signifikan, ya itu tantangannya kita di sini ya itu, kemajuannya dia itu. Dan sarana prasarana yang sangat sangat tidak mendukung di sini tuh. Rumah sakit umum kan mereka cenderung lebih memajukan ya semua kan ujung- ujungnya keuntungannya. Yang lebih menguntungkan mungkin kan poli- poli yang lain begitu.

87. Nah itu apa yang membuat ibu tetap termotivasi menjadi OT hingga saat ini?

88. Iya. Yang apa namanya, itu kan tadi sebagian kecil ya. Maksudnya progres pasien yang tidak meningkat, itu tadi kan apa namanya sebagian kecil.

Sebagian besarnya kan peningkatannya ada semuanya. Jadi seperti itu, bisa tertutupi. Jadi tadi kan cuma sebagian saja.

89. Jadi tetep termotivasi ya bu.

90. He em.

91. Pada tahap saat ini, ibu merasakan bahwa pekerjaan ibu itu sebagai pekerjaan, karir, atau lebih ke panggilan hidup?

92. Sekarang ini kewajiban sebagai pegawai negeri ya. Kalau karir ya kira enggak ya kalau sebagai okupasi terapi karirnya sampai seperti sih, beda kalau kita misalnya sebagai mungkin apa namanya yang berhubungan dengan manajemen, kalau karir kan lebih ke peningkatan jabatan, kalau okupasi terapis kan nggak ada. Ya anu sih dek lebih ke kewajiban sebagai PNS tadi, keduanya ya sebagai panggilan kita secara apa ya sumpah profesi

(15)

kode etik itu hlo ya.

93. Oh iya nggih. Kalau dari keluarga ibu sendiri, seberapa besar dukungannya terhadap ibu dalam menjalani pekerjaan ini?

94. Ya alhamdulillah sih sangat mendukung. Maksudnya misalpun saya berkarir di luar, dalam arti istilahnya waktunya yang harus dibagi-bagi, soalnya kan sampai setengah 4 ya, jadi kan dari jam 7 pagi. Tapi ya mendukung juga.

95. Kemarin sudah kuliah D4 transfer ya bu, berarti sekarang sudah kenaikan jabatan atau bagaimana?

96. Untuk okupasi terapi jukdis nasional atau kenaikan pangkatnya kan belum ada, jadi kita masih tetap D3, walaupun itu sudah diakui di pegawaian tapi kita masih belum bisa pakai, karena ya itu tadi, jumlah jukdis untuk peningkatan fungsionalnya itu belum ada.

97. Berarti kalau gajinya bu?

98. Kalau gaji masih sama, tetep D3. Kalau D4 kan nanti perbedaannya keliatannya di fungsionalnya, itu mungkin akan berbeda.

99. Ini pelayanannya sampai hari apa bu?

100. Senin sampai jumat, sampai setengah 4.

101. Kalau untuk jaminan sosial dan tunjangan apakah ada di sini bu?

102. Di sini ada, ada. Terutama yang PNS ya.

103. Terus, selama praktek, kira-kira ibu lebih melihat perkembangan terapi anak itu cenderung mengalami kemajuan, stagnan, atau malah kemunduran?

104. Lebih banyak yang kemajuan sih. Yaa 70-80 persen lah itu ada kemajuan.

Yang 20 nya yang stagnan, stagnannya macem-macem.

105. Itu biasanya ibu seringnya menggunakan strategi atau pendekatan apa dalam menangani anak?

106. Emm sebenernya banyak sih ya yang dipake, tapi untuk kasus-kasus di sini itu kan dari 0 semua ya, jadi kadang-kadang lebih cenderung pakai perilaku untuk anak-anak. Sama paling ya itu apa namanya, tumbuh kembang anak

(16)

itu. Untuk anak-anak lebih cenderung ke situ.

107. Terus, tadi ibu bilang kan puas selama ini menjadi OT, nah itu faktor- faktor apa aja sih yang membuat kepuasan kerja ibu itu berdampak ke kinerja ibu selanjutnya?

108. Kalo yang pertama ituu yang jelas dari apa ya, dari profit ya, maksudnya dari gaji yang kita terima plus dengan tunjangan, itu yang pertama. Terus yang kedua mungkin dari lingkungan kerja insyaAllah lebih baik. Terus ee hubungan antara kita dengan pasien juga baik, jadi ingin membuat semakin nyaman.

109. Kalau indikator yang mempengaruhi antara proses terapi tadi, kepuasan, sama kinerja ibu ke depannya apa bu kira-kira?

110. Gimana?

111. Ee kalau tadi kan faktor antara dua ya, antara kepuasan kerja dan kinerja. Kalau ini tiga bu, antara proses terapi, kepuasan, dan kinerja.

112. Yaa kalau saya sih kepuasan ya. Kalau kepuasannya sudah puas, otomatis kan tindakan terapinya yang akan diberikan ke pasien akan lebih baik, juga akan kinerja kita kan insyaAllah akan lebih baik.

113. Kalau harapan untuk diri ibu dan pasien bu?

114. Harapannya pasiennya ya tidak berkurang sih, he he maksudnya perkembangannya lebih baik. Terus itu harapan ke pasiennya ya. Kalau untuk saya sendiri ya harapannya bisa memberikan yang lebih baik lagi untuk pasien, baik tindakannya atau apa pun.

115. Kalau misalnya diskala kan tingkat kepuasan ibu dari 1 sampai 10, kira-kira berapa bu?

116. 9.

117. 9? Puasa berati ya bu he he. Kalau di sini masih sering disibukkan dengan dokumen-dokumen tidak bu?

118. Sebenernya kalau di sini tiap tahun kan ada akreditasi kan. Sistem akreditasinya pun berbeda-beda. Setiap poli nya akan kejatahan beda-beda, apa ya kalau sekarang sih kita sudah mulai kalau menulis nulis itu sudah

(17)

agak berkurang, sekarang kan rekam medisnya kalau rawat jalan lebih ke rekam medik elektronik, jadi cuma sebagai identitas pasien saja.

119. Oh begitu bu. Emm mungkin itu dulu ya bu.

120. Oh iya

121. Terima kasih sudah mau meluangkan waktunya he he.

122. Iya sama-sama.

(18)

VERBATIM WAWANCARA RESPONDEN DW

Pewawancara : Tika Hayyukarina

Responden : DW

Lokasi Wawancara : Di ruang OT tempat responden bekerja

Waktu : 14.00-14.15 WIB

Keterangan : Cetak tebal: peneliti Cetak biasa: responden Kode Wawancara : DW

No. Verbatim Wawancara

1. Jadi selama ibu bekerja, seberapa puaskah ibu menjadi seorang okupasi terapis?

2. Ya sangat puas sih.

3. Itu mungkin hal-hal apa aja bu yang membuat ibu puas?

4. Yang bikin puas itu apa lingkungan kerja, terus kedua progresnya pasien, terus juga hubungan kita dengan pasien itu bagus gitu hlo, itu aja sih. Tapi yang paling penting itu sih progresnya pasien itu, ada perkembangan dari tindakan yang kita berikan.

5. Berarti itu progresnya ke arah kemajuan terapi ya bu ya, nah itu kenapa perkembangan terapi itu bisa memberikan dampak pada kepuasan kerja ibu?

6. Berarti kan apa yang kita berikan itu kan berarti bermanfaat dan mungkin apa ya, sudah pas dengan kondisi pasiennya. Jadi kan pasien datang ke sini kan maunya juga pengennya progres yang baik, ada kemajuan, ada perubahan, perbaikan gitu. Kalau sudah itu tercapai ya puas.

7. Nah itu kan alasannya ya bu, kalau sekarang bagaimana sih perkembangan terapi itu memberikan dampak pada kepuasan kerja ibu?

8. Ya kan melihat pasien itu menjadi lebih baik, jadi yang sebelumnya belum bisa berlari jadi bisa berlari, terus juga yang sebelumnya belum bisa

(19)

berkomunikasi dia bisa berkomunikasi itu kan ee apa membuat lebih seneng. Jadi kan misalnya dulu terapi cuma bisa diem, interaksinya cuma satu arah misalnya gitu ya, terus sudah ada perkembangan, sudah mulai mengeluarkan suara, sudah mulai bisa bercerita itu kan dalam memberikan terapi kita bisa lebih nyaman lagi, lebih enak lagi.

9. Berarti progres-progres yang ibu sebutkan tadi kan merupakan suatu perkembangan yang positif ya bu, nah bagaimana hubungan perkembangan terapi yang positif itu dengan kepuasan yang muncul?

10. Ya signifikan lah. Perkembangannya semakin baik ya kepuasanya semakin tambah lagi.

11. Kalau perkembangan yang positif itu sendiri berdampak pada pengalaman yang ibu rasakan itu bagaimana?

12. Ya otomatis kan ooh dulu ada kasus seperti ini bisa dengan tindakan seperti ini gitu kan. Jadinya ya kita bisa memakai pengalaman tersebut untuk misalnya kita berikan ke pasien, nah seperti itu. Maksudnya minimal kita cobakanlah tindakan tersebut, misalnya seperti itu.

13. Dengan mungkin yang kondisi yang sama ya.

14. He em, kan seperti itu.

15. Terus seberapa besar pengalaman itu mempengaruhi kinerja ibu selanjutnya?

16. Ee kalau itu harapannya juga kinerja juga tambah jadi lebih baik lagi, lebih semangat lagi.

17. Bagaimana yang ibu rasakan ketika kepuasan kerja tersebut dapat berdampak pada kinerja ibu?

18. Ya seneng aja. Kerjanya jadi enak, nyaman, nggak cepet capek.

19. Menurut ibu nih, faktor-faktor apa saja yang membuat kepuasan kerja tersebut berdampak pada kinerja ibu?

20. Faktornya ya yang diharapkan tercapai dengan baik, gitu sih.

21. Kalau misalnya indikator yang mempengaruhi hubungan antara proses terapi, kepuasan kerja dan kinerja ibu tadi kira-kira apa bu?

(20)

22. Ya kepuasan itu sendiri, terus ya karna apa yang kita berikan menghasilkan sesuatu yang baik.

23. Kalau di sini ada nggak bu kayak diskusi kasus gitu?

24. Kalau di sini sih sementara belum ada, tapi ada pun untuk kasus-kasus pasien di bangsal, tapi ya cuman di dokter sam okupasi terapi. Itu misal di bangsal ada kasus A gitu untuk OT penanganannya seperti apa. Kalau kasus anak belum jalan sih, mungkin iya personal, misal saya sama Bu ---, kok ini pasiennya gini-gini ya, oh iya bu gini, paling gitu aja sih. Tapi kalau diadakan khusus gitu belum.

(21)

VERBATIM WAWANCARA RESPONDEN RR

Pewawancara : Tika Hayyukarina

Responden : RR

Lokasi Wawancara : Di klinik tempat responden bekerja

Waktu : 14.00-14.20 WIB

Keterangan : Cetak tebal: peneliti Cetak biasa: responden Kode Wawancara : RR

No. Verbatim Wawancara

1. Assalamualaikum Pak 2. Waalaikumsalam.

3. Saya Tika Hayyukarina, dari D4 Alih Jenjang Okupasi Terapi Poltekkes. Jadi disini saya ingin menjadikan bapak sebagai responden penelitian saya, bagaimana pak apakah bapak bersedia?

4. InsyaAllah siap

5. Terima kasih. Jadi penelitian saya ini mengenai kepuasan kerja dan perkembangan terapi anak dan persepsi bapak sebagai OT itu bagaimana, gitu. Jadi kita mulai saja ya pak

6. Iya..

7. Untuk yang pertama, mungkin bisa dijelaskan seberapa puas bapak menjadi seorang okupasi terapis selama lebih dari 10 tahun ini?

8. Eee selama saya praktek dari saya lulus itu tahun 2001 dan bekerja kalau nggak salah 2002 itu mungkin, selama ini, sampai saat ini, saya belum begitu puas. Jadi masih banyak sekali apa namanya tantangan-tantangan yang masih belum dapat saya pecahkan, terutama dalam penanganan pada area pediatri, area anak-anak. Dari beberapa kasus itu selama yang praktek masih ada pasien-pasien yang masih mengalami stagnansi atau tidak mengalami perkembangan. Nah itu saya perlu banyak belajar lagi.

9. Jadi dibandingkan puas, lebih dominan tidak puas nya ya pak

(22)

10. Iya he he.

11. Mungkin hal-hal apa saja yang membuat bapak tidak puas menjadi okupasi terapis, selain tadi yang dijelaskan sebelumnya

12. Ee yang saya jadi kurang puas itu belum puas itu mungkin karna apa namanya ee mungkin ilmu yang saya dapatkan di kampus mungkin ketika diterapkan di lapangan saya belum bisa menyingkronkan, tapi saya tetap berusaha untuk tetap menyingkronkan. Karna beberapa teori saya cobakan di anak, ada yang susah ada yang tidak. Nah itu yang belum saya temui kepuasannya. Jadi saya harus menggali apa namanya ilmu tentang okupasi terapi dan di pediatri terutama.

13. Dari awal sudah terjun ke pediatri ya pak

14. Iya, dari awal saya lulus kuliah saya langsung terjun ke pediatri.

15. Mungkin selama ini yang paling banyak ditangani oleh bapak kondisi apa?

16. Paling banyak itu kondisi intellectual disability, ID.

17. Lalu, seberapa besarkah perkembangan terapi ABK yang stagnan tersebut memberikan dampak pada ketidakpuasan bapak dalam bekerja?

18. Sangat signifikan ya he he. Jadi ketika kita mengalami stagnansi dalam terapi, awal pertama kita down dulu. Ini kenapa kok tidak bisa maju.

Kemudaian disamping itu kita juga ee setelah down kita juga mencari referensi tentang kasus stagnansi yang kita hadapi, kemudian saling berbagi dengan temen-temen, dan ya itu apa namanya yang bikin kita tidak maksimal.

19. Emm mengapa pak? Kenapa stagnansi itu mempengaruhi ketidakpuasan bapak?

20. Yaa karna kita kan area jasa ya mbak. Jadi kita jual jasa, bukan jual barang.

Jadi ketika kita memberikan pelayanan dan pelayanan kita tidak mengalami kemajuan atau peningkatan terus terang kita ada semacam apa namanya beban moral juga disitu

(23)

21. Oh iya iya, seperti itu. Lalu, bagaimana perkembangan terapi yang mungkin stagnan tadi dapat berdampak pada pengalaman yang bapak rasakan?

22. Jadi kalau awal-awalnya ketika saya dapat apa namanya masalah stagnan dalam proses terapi saya, awalnya saya lebih banyak cerita ke temen-temen bagaimana proses apa namanya penanganannya. Jadi berdasarkan pengalaman temen-temen tu seperti apa. Tapi semakin kesini semakin kesini kan kita harus memperhatikan evidence based practice itu ya, jadi kita harus mengacu pada bukti penelitian ilmiah. Jadi kalau dulu sekedar sharing kepada temen-temen, pengalaman mereka bagaimana menangani anak yang stagnansi. Kemudian kesininya saya lebih akan mencari sumber penelitian yang sudah dilakukan.

23. Ee kalau untuk sharing ke temen-temen itu yang lain mungkin dari yang bapak dengar apakah banyak juga yang mengalami seperti yang bapak alami?

24. Iya. Kebetulan mungkin yang saya temui temen-temen tuh hampir sama ya he he. Mereka juga mungkin kadang mengalami stagnansi dalam proses terapi. Dan mereka juga kadang-kadang juga sering sharing kepada saya, sama temen-temen juga. Kebetulan kalau di Solo tuh dulu pernah sih ngadakan diskusi untuk satu angkatan, tapi sekarang temen-temen sudah pada jauh-jauhan he he. Jadi sudah tidak bisa sharing lagi.

25. He he iya iya. Jadi seberapa besarkah pengalaman tersebut mempengaruhi kinerja bapak selanjutnya dalam bekerja?

26. Yang sharing atau evidence based?

27. Yang pengalaman-pengalaman bapak atas perkembangan anak yang stagnan tersebut

28. Oke baik. Untuk pengalaman dalam penanganan anak-anal yang stagnan, kemudian kita coba metode baru dan itu hasilnya cukup bagus, itu apa ya, ada semacam tantangan juga. Jadi ketika saya melakukan teknik ini apa anak-anak yang stagnan, kemudian dicobakan dan itu berhasil, saya akan

(24)

mencoba ke tahap yang lebih sulit lagi. Jadi semacam motivasi buat saya.

29. Oh iya, jadi untuk kinerja selanjutnya bapak lebih semangat, gitu ya.

30. Iyaa

31. Apakah ada perkembangan anak yang malah mengalami kemunduran pak?

32. Baik, ada mbak he he. Ada. Selama praktek ada. Jadi ketika saya apa namanya dalam prakteknya ee anak-anak yang mengalami kemunduran juga ada, terutama anak-anak yang kondisi cerebral palsy yang tipe berat ya. Jadi dulunya kakinya bisa fungsional, tapi karna mungkin juga orang tuanya yang sering pindah tempat terapi, dan sekarang kakinya sudah tidak bisa difungsionalkan lagi. Jadi terpaksa kita hanya memaksimalkan tangannya.

Usianya sudah besar dan kalau kita terapi kesusahan. Jadi yang mengalami kemunduran juga ada.

33. Ohh iya pak. Dampak yang bapak rasakan dari kemunduran terapi tersebut apa pak? Yang bapak rasakan

34. Yaa beban moral itu tadi. Jadi itu semacam beban, dan sedikit tantangan buat saya. Jadi bagaimana menjaga agar anak-anak ini tidak semakin mundur perkembangannya. Paling enggak tidak mundur dalam proses ee fungsionalnya.

35. Lalu bagaimana solusi dari bapak ketika ketidakpuasan kerja tersebut berdampak pada kinerja bapak dalam bekerja? Bagaimana bapak bisa mengatasinya

36. Iya baik. Saya akan mencoba apa namanya berusaha belajar lagi tentang pendalaman kondisi anak. Dahulu kan hanya sharing, tapi sekarang sudah banyak referensi, jurnal-jurnal, nah itu sebagai motivasi saya untuk melangkah ke depan, biar tidak stagnan anak-anak.

37. Jadi menurut bapak, indikator apa saja yang mungkin mempengaruhi antara proses terapi, ketidakpuasan, dan kinerja/performance bapak sebagi okupasi terapis?

38. Pertama, kemajuan anak ya. Kemajuan anak dalam perkembangannya.

(25)

Kalau menurut saya, ketika anak mengalami yang stagnan tadi, yang pertama yang kita rasakan adalah beban moral pada orang tua karna ini adalah jasa. Terus yang kedua apa ya, kayaknya itu tok ya he he. Karna kita jasa, jadi indikator yang utama ya itu, kemajuan anak nggih.

39. Ee sementara ini cukup pak.

40. Iya, cukup nggih

41. Iya, terima kasih pak atas waktunya 42. Sama-sama

VERBATIM WAWANCARA RESPONDEN RR

Pewawancara : Tika Hayyukarina

Responden : RR

Lokasi Wawancara : Di klinik tempat responden bekerja

Waktu : 13.45-14.15 WIB

Keterangan : Cetak tebal: peneliti Cetak biasa: responden Kode Wawancara : RR

No. Verbatim Wawancara

1. Assalamualaikum pak 2. Waalaikumsalam

3. Jadi kita langsung saja ya pak 4. Iya

5. Jadi selama menjadi OT 18 tahun ini, apakah bapak puas menjadi seorang okupasi terapis?

6. Kurang puas, he he, kurang puas 7. Seberapa kurang puas kah itu?

8. Jadi lebih dominan kurang puasnya ya. Jadi apa yang saya lakukan itu kayaknya belum sesuai dengan harapan saya.

9. Ee hal-hal apa saja yang membuat bapak kurang puas?

(26)

10. Jadi mungkin apa namanya ee ilmu yang saya dapatkan itu ee saya merasa masih sangat kurang terhadap pelayanan yang saya berikan kepada anak- anak, jadi saya harus ee apa namanya menambah apa ya, ilmu tentang anak-anak terutama. Jadi apa yang saya dapatkan itu masih kurang terhadap pelayanan gitu.

11. Ohh nggih. Berarti tadi bapak bilang tidak puas, setiap akhir jam kerja itu secara emosional itu gimana pak perasaan bapak?

12. Yaa ee kayak ada beban mental juga ya. Jadi apa yang saya berikan itu kok belum terhadap anak-anak yang progresnya belum kelihatan atau perkembangannya tidak terlalu signifikan. Biasanya aduh ini kok anak ee tidak mengalami kemajuan gitu ya, ada beberapa beban mental juga pada diri saya dan orang tua terutama.

13. Terus kenapa hal-hal yang bapak jelaskan tadi itu membuat bapak tidak puas? apakah ada alasan tertentu?

14. Karna mungkinn ya tadi, hasil dari yang saya lakukan itu kok ee apa namanya kurang memberikan nampak kepada anak-anak atau mungkin pada anak-anak itu tidak terdapat kemajuan atau perkembangan, itu biasanya yang bikin saya agak down, agak apa ya yaa beban mental tadi itu 15. Berarti jika bapak kurang puas, bagaimana bapak menjalani profesi

ini hingga saat ini?

16. Yaa karna masalahnya itu pada apa namanya, ilmu pengetahuan ya, itu nanti coba saya imbangi dengan belajar lagi mbak. Jadi belajar kan mesti berhenti di satu bangku kuliah, selesai, terus tidak belajar. Nah itu saya coba imbangi dengan yaa baca buku, baca jurnal, atau mungkin kemarin saya nambah D4 lagi. Dari D4 itu ternyata masih banyak saya rasa ilmu yang masih harus saya kembangkan atau saya pelajari.

17. Selain itu mungkin apalagi pak yang bisa bapak lakukan untuk bisa belajar lagi?

18. Dengan pelatihan bisa, seminar, atau sharing dengan temen-temen juga bisa.

(27)

19. Sering ikut seminar atau workshop pak?

20. Kalau sering ya enggak juga sih he he. Tapi ya kadang-kadang ikut.

21. Apa saja pak yang sudah pernah diikuti?

22. Ada kemarin kita ikut bobath konsep yang baru ya tahun 2017 kalau gak salah, pas pemilihan atau pas musda IOTI di kampus, itu kita ikuti. Seminar tentang TOA juga yang di RSJ, nah itu juga, terus apa namanya ee alat untuk modifikasi terapi juga saya ikuti juga.

23. Terus kayak Asmiota gitu pak?

24. Asmiota 2 tahun ini saya absen he he.

25. Ohh sebelumnya ikut?

26. Iyaa

27. Kalau menurut bapak seberapa penting mengikuti seminar?

28. Penting sekali mbak. Karna seminar dan workshop itu biasanya yang dimunculkan adalah ilmu-ilmu baru atau apa ya sesuai dengan penelitian yang dilakukan, artinya ilmunya itu ilmu yang update, jadi tidak ilmu yang dulu.

29. Ee menurut bapak manfaatnya apa saja terhadap pengaplikasiannya?

30. Baik, jadi melalui seminar atau workshop saya jadi apa namanya sedikit banyak tau apa namanya ilmu-ilmu baru yang bisa digunakan, mungkin teknik-teknik baru juga bisa.

31. Ada nggak pak perbedaan penanganan sebelum bapak mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut dan setelahnya dalam penanganan dan pengaplikasian pada pasien langsung?

32. Iya, baik. Contohnya gini aja yang kemarin saya ikut yang new bobath concept itu, kalau yang dulu kan harus sesuai dengan pola perkembangan ya, dari cephalo caudal, kalau yang sekarang kan based on problem, jadi langsung kita tangani apa yang menjadi masalah anak.

33. Emm kalau pandangan bapak sendiri terhadap eksistensi profesi OT di kalangan profesi kesehatan lainnya bagaimana pak?

34. Sekarang saya cukup apa ya gembira, terutama menjadi okupasi terapis. OT

(28)

saat ini cukup eksis di Indonesia, dengan banyaknya organisasi ee apa namanya ee setiap daerah itu sudah memiliki pengurus OT masing-masing.

Sudah cukup banyak berkembang. Jadi dari ee contohnya ee untuk acara tahunan aja setiap tahun kita pasti mengadakan meeting, jadi seperti Asmiota itu kan ya dilakukan setiap tahun, itu tahunannya rutin, dan tiap mungkin tiap event juga dilakukan seperti ee seminar, workshop itu biasanya OT melakukan

35. Kalau di kalangan tenaga kesehatan lainnya pak, misal kayak fisioterapi, perawat, gitu eksistensinya itu menurut bapak OT sudah mulai dikenal belum?

36. Alhamdulillah sudah cukup dikenal OT. Ee bisa dilihat sekarang nggeh mbak nggeh dibanding jaman saya dulu baru lulus kuliah, ee dulu rumah sakit swasta itu belum tau OT, pada saat saya pertama kali lulus D3 itu belum tau OT itu apa. Ketika saya melamar kerjaan, saya ditanya, OT itu apa, dan saya perlu menjelaskan dulu. Tapi sekarang ee hampir seluruh rumah sakit swasta di Solo ya terutama itu sudah ada OT nya.

37. Ohh iya, sudah rame ya pak di sini 38. Iya

39. Dulu pas dari pertama lulus kuliah, kerja di mana saja pak? Bisa sedikit diceritakan mungkin

40. Oke. Saya lulus tahun 2001 itu langsung pergi ke Bekasi itu hampir 2 tahun kalau nggak salah. Abis dari Bekasi saya ke Mutiara Center sini dari 2004 sampai 2009 kalau nggak salah. Dari 2009 saya di sini sampai saat ini.

41. Ohh. Yang pertama tadi bapak yang mengajukan OT atau memang sudah dicari tenaga OT?

42. Kalau yang di Bekasi ee terus terang mereka butuh, jadi sudah tau OT. Di Mutiara Center juga sudah tau. Kalau di sini, di klinik terapi SLB ini dulu saya mengajukan itu juga lewat proposal juga. Jadi di sini cuma taunya tenaga OT gitu aja, tapi belum tau OT itu kerjaannya seperti apa.

43. Ooh begitu. Terus mulai dari lulus kuliah itu cara beradaptasinya

(29)

gimana pak? Dari hanya teori di kampus dan langsung terjun ke lapangan menangani anak, itu cara beradaptasinya gimana pak?

44. Kalau dulu saya pertama kali kerja itu ee kalau nggak salah 3 bulan awal itu kita ditraining dulu, jadi ditraining. Di situ diberi bekal sama praktek langsung ke anak.

45. Itu trainernya dari mana pak?

46. Trainer nya dari pengelola klinik. Kalau dulu kita di bawah temen-temen PLB, lebih banyak ke ABA itu. Jadi ditraining dulu 3 bulan, baru terjun langsung ke anak. Jadi awalnya juga saya bingung, kok yang saya dapatkan di kampus kok ternyata kalau diterapkan di lapangan saya belum bisa mengkonekkan atau gimana he he, awalnya juga bingung tapi ketika sudah ditraining ya nanti tau cara-caranya untuk menghandel anak.

47. Itu kira-kira berapa lama pak adaptasinya?

48. Sampai saat ini hampir setengah tahun dulu dari training. Dari training sudah mulai pahamlah bagaimana cara menghandel anak, kemudian 3 bulan berikutnya itu baru paham apa namanya cara pendekatan pada anak, kalau anak kan perlu pendekatan juga, banyak yang tidak pas, juga intervensinya jadi nggak bagus.

49. Terus apakah lingkungan kerja misal rekan kerja bapak saat ini mendukung dalam menjalani pekerjaan? Terus bagaimana dengan rekan kerja di tempat yang sebelumnya?

50. Saya rasa untuk rekan kerja ya lumayan mendukung lah, dan sebagai teamwork. Yang sebelumnya juga cukup bagus ya.

51. Ee kan tadi pertama bapak bilang saat ini kurang puas, ada nggak sih perbedaan kepuasan itu selama 18 tahun ini? Dari awal hingga saat ini 52. Malah justru kurang puas malahan he he. Ternyata dengan apa namanya

kondisi anak-anak saat ini berbeda dengan yang dulu. Kalau dulu cuman autism rata-rata. Sekarang lebih beragam kondisinya.

53. Ohh jadi dulu sebenernya agak puas?

54. Yaa belum puas juga he he

(30)

55. Berarti makin ke sini makin berkurang ya malah?

56. Iya berkurang, karna tantangannya semakin besar. Di samping itu harapan orang tua juga sekarang lenih tinggi. Orang tua lebih pandai sekarang.

57. Iya nggih nggih. Lalu gimana bapak mengkomunikasikan kepada orang tua pak?

58. Ya paling kita sampaikan ke orang tua kondisi anak yang sebenarnya, itu apa namanya hal-hal yang bisa dilakukan, terus prospek kedepannya seperti apa kita juga sampaika ke orang tua secara jujur. Jangan sampai kita berikan harapan palsu kepada orang tua, kasian nanti.

59. Anak-anak yang mengalami perkembangan terapi yang stagnan atau malah mundur, itu bagaimana memberikan dampak pada ketidakpuasan bapak dalam bekerja itu tadi?

60. Yaa untuk penanganan anak yang stagnan ini jujur bikin apa namanya beban mental juga ya buat saya. Tapi bagaimanapun juga ini adalah titipan dari orang tua, nah kita harus berusaha semaksimal mungkin, bagaimana membuat anak lebih maju, atau paling nggak anak ini tidak mengalami kemunduran. Yaa harapan terakhir ya anak ini tidak mengalami kemunduran, dan bisa mandiri.

61. Terus kalau untuk ke kinerja bapak selanjutnya?

62. Jadi untuk anak yang stagnan ya tadi kita berusaha biar tidak mundur. Nah inikan kita harus tau bagaimana caranya, nah ini memberikan efek kepada saya untuk belajar lagi.

63. Apa bagian yang paling berarti dari pekerjaan bapak ini?

64. Hal yang paling berarti atau hal yang menyenangkan bagi saya itu ketika melihat anak yang saya intervensi itu mengalami progres, suatu apaya, suatu kebanggan tersendiri bagi saya.

65. Apa penghargaan paling tinggi dari seorang okupasi terapis, menurut bapak?

66. Orang tua puas dengan layanan yang saya berikan itu menjadi suatu penghargaan tersendiri buat saya.

(31)

67. Terus kalau dari profesi kesehatan lainnya pak?

68. Profesi kesehatan lain, temen-temen melihat OT di sini mereka cukup respect, apa yang kita lakukan itu mereka juga membutuhkan. Selain apa namanya wicara, fisioterapi, dilihat OT ke kemandirian terutama ya itu kita sangat dibutuhkan di situ.

69. Emm TW dan fisioterapi ada berapa di sini?

70. TW 2, fisio 2.

71. Ohh sama ya, dua dua semua.

72. Iya.

73. Emm kalau tantangan terbesar dalam menjalani profesi ini pak?

74. Tantangan terbesar ee ini semakin pinternya orang tua, nah itu tantangan juga. Terus sama semakin beragamnya kondisi anak.

75. Hal apa saja yang membuat bapak tetap termotivasi hingga saat ini?

76. Ee ilmu tentang intervensi anak.

77. Pada tahap ini, bapak lebih merasa OT sebagai pekerjaan, karir, atau lebih ke panggilan hidup, dan kenapa pak?

78. Panggilan hidup ya he he. Karna profesi saya sebagai okupasi terapis, yaa saya punya tugas untuk melaksanakan profesi saya, itu panggilan hidup saya.

79. Ee seberapa besar sih pak dukungan dari keluarga bapak dalam menjalani profesi ini selama ini?

80. Sangat besar he he. Istri saya kebetulan OT juga. Jadi tidak ada komplain lah.

81. Mohon maaf ini bapak kan sebagai kepala keluarga ya pak, nah bagaimana bapak memandang gaji dari profesi ini?

82. Kalau gaji ya kita sudah sesuai atau di atas UMR ya. Itu cukup, ya menurut saya cukup sih. Meskipun kita harus menambah yang lain kayak home visit.

83. Home visit juga pak?

84. Iya

(32)

85. Sampai sekarang?

86. Iya betul.

87. Kira-kira berapa pasien pak?

88. 5 pasien.

89. Wah banyak juga ya pak he he 90. Iya, tapi ya nggak tiap hari.

91. Ooh itu biasanya sore pak?

92. Sore atau malem.

93. Ini sekarang kan bapak D4, itu gimana gajinya pak?

94. Kita kontrak D3 dan D4 nominalnya beda.

95. Terus jam kerjanya sampai jam berapa pak di sini?

96. Pelayanan sampai jam 2, tapi kita harus kewajiban finger print itu jam setengah 4. Kalau jumat jam 4.

97. Kalau menurut bapak fasilitas di tempat kerja sudah cukup?

98. Masih belum he he. Kita belum punya playground, kita belum punya area SI, itu masih, kalau diitung-itung masih banyak yang kurang he he. Kita sudah mengajukan tapi belum di acc.

99. Jadi ruangannya masih table top pak?

100. Iya masih table top, dan ada sedikit ada ruang di pojok itu, tapi untuk dikatakan ruang snozelen juga belum selesai. Rencananya untuk snozelen.

101. Ohh begitu. Kalau untuk jaminan sosial dan tunjangan ada pak di sini?

102. Ada, kita jaminan sosial tenaga kerja ada, jaminan sosial kesehatan juga ada.

103. Selama praktek, kira-kira lebih banyak mana perkembangan terapi ABK antara maju, stagnan dan mundur?

104. Dominannya yang ada progres, kira-kira hampir 60 persen. Yang 40 ini jad beban buat saya ya jadi tetep kurang puas gitu he he.

105. Apa harapan untuk diri bapak sendiri dan pasien-pasien bapak?

106. Harapan saya ya saya bisa meningkatkan terutama keilmuan saya di OT,

(33)

agar bisa melayani anak-anak dengan optimal.

107. Kalau untuk pasien?

108. Pasiennya apa ya, mudah-mudahan apa yang saya lakukan itu bisa berdampak lebih maju lagi pada perkembangan anak.

109. Kalau misalnya diandaikan skala pak, dari 1-10, berapa tingkat kepuasan bapak?

110. 4 lah he he, masih banyak tidak puasnya.

111. Terakhir, indikator yang mempengaruhi antara proses terapi, ketidakpuasan, sama kinerja bapak apa?

112. Kemajuan anak. Kalau anak progres ya kita puas. Kalau anak stagnan aduhh.

113. He he iya pak. Oke pak kalau begitu cukup, terima kasih pak 114. Sama-sama..

(34)

VERBATIM WAWANCARA RESPONDEN SM

Pewawancara : Tika Hayyukarina

Responden : SM

Lokasi Wawancara : Di ruangan OT tempat responden bekerja

Waktu : 18.30-19.20 WIB

Keterangan : Cetak tebal: peneliti Cetak biasa: responden Kode Wawancara : SM

No. Verbatim Wawancara

1. Selamat malam pak.

2. Malam.

3. Jadi langsung saja ya pak.

4. Oke-oke.

5. Jadi selama 17 tahun sebagai okupasi terapis, itu seberapa puaskah bapak menjadi seorang okupasi terapis?

6. Sampe sakarang?

7. Heeh pak.

8. Sampe sekarang itu ee di dalam bidang pediatri ya khususnya atau anak- anak, saya bener-bener istilahnya ya memang ini adalah bagian dari panggilan hidup. Dulu sempet awal-awal itu kadang apa bener to ini nanti bisa menjamin saya dalam arti untuk kayak ee ada memang beberapa kali fase wah kamu ndak cocok di sini, kamu harus cari yang lain, kamu nggak cocok. Mungkin lama-lama kayak diterpa terus, bahkan istilahnya sekarang itu ee bener-bener membuat anak kebutuhan khusus itu bisa menjadi fokus perhatian, bisa membuat keramaian, dalam arti keramaian itu mengundang beberapa masyarakat bisa lihat mereka perform, itu sangat puas sekali.

9. Oh sangat puas sekali ya pak. Dulu sempet ada kekhawatiran juga ya dari diri bapak?

10. Iya he eh. Jadi ada semacam ee kayak bentuk kebimbangan apakah bener,

(35)

kadang kan memang istilahnya dihadapkan terhadap kondisi yang anak yang susah. Nah ada dua sisi, jadi ada yang jadi kita minder, apakah bener sih apa saya memang ee jadi okupasi terapis yang bener buat anak-anak.

Tapi di salah satu sisi ini tantangan, nah terus lama-lama ya saya ambil tantangannya ini. Akhirnya sisi yang mengedownkan itu jadi kalah. Terus akhirnya bisa. Jadi selama ini, bahkan orang tua pun orang lain pun menjudgement wah anak ini kayak nggak bisa pak nanti ikut perform, kayak nggak bisa. Tapi ya saya pun juga ngasih motivasi, dan ternyata ya bisa. Jadi ini sebuah tantangan gitu.

11. Hal-hal apa aja sih pak yang membuat bapak merasa sangat puas itu tadi? Mungkin bisa disebutkan

12. Ee jadi ketika sebuah profesi itu menjadi sangat puas itu adalah gabungan antara keprofesionalisme sama passion, itu jadi satu.

13. Passion bapak sudah di musik dari dulu atau gimana pak?

14. Ee awalnya sih ndak, awalnya ndak. Bahkan sempet okupasi terapi ini jadi hanya pilihan ke beberapa setelah memang di ujian negeri apa apa itu he he, jadi memang ini apa to, ini profesi apa to. Bahkan kalo ditanya orang pun ndak bisa jelaskan, itu. Jadi ketika ini sudah menjadi suatu panggilan hidup, terus kemudian nah kita mulai berkreasi terus, apa sih yang selama ini istilahnya ee perlu diberikan ke anak. Jadi misalkan sensori integrasi, ya nanti kalo ini udah bagus, hla mau dikembangkan ke mana? Istilahnya yang selalu dipake bahkan semua manusia itu pasti pernah mendengarkan musik gitu. Dan memang dari saya lihat juga dari perkembangan anak pun makin mudah ketika distimulasi dengan musik, kayak gerak, tari, lagu kan apa-apa pake musik, pendekatan ke anak makin enak. Makanya itu, terus akhirnya dari yang ee istilahnya pengen pengen maju, pengen cari sesuatu yang istilahnya berbeda, jadi ini istilahnya bermanfaat buat anak-anak kebutuhan khusus. Kebetulan, ya sebenarnya ya denger musih seneng sih apa-apa, terus akhirnya ya dikembangkan ya terus jadi kayak sekarang ini.

15. Awalnya dulu gimana pak ada ide untuk memakai pendekatan ke

(36)

musik gitu?

16. Awalnya itu ee di saya kerja di sebuah klinik di Solo, terus sempet jadi pembimbing praktek dipilih kampus untuk membimbing praktek mahasiswa-mahasiswa, nah itu kebetulan ada klien atau pasien itu les musik, dan ternyata instrukturnya kewalahan semua. Terus ditanya, buk ini terapi ndak? Terapi. Sama siapa? Sama ---. Nah, nyari saya. Terus yaudah terus habis itu ngobrol-ngobrol apa-apa, terus ngembangkan, udah terus akhirnya sampe sekarang.

17. Jadi ini model pendekatannya gimana pak, maksudnya intervensinya langsung dikasih aktivitas musik atau gimana?

18. Awal dateng yang penting adalah bagaimana itu dari pergerakan motoriknya itu sesuai ritmik ndak, nah sesuai ketukan ndak, nah ketika sesuai ketukan nah itu banyak faktor, aspek istilahnya yang kayak atensi, konsentrasi itu kan terlibat semua, perilaku, semuanya. Yang penting kita dengarkan lagu yang istilahnya memang lagu-lagu ank-anak, yang untuk memancing kayak bahasa ekspresifnya, bahasa reseptifnya, sambil nanti ee mencoba ngikuti gerakan kita sesuai dengan ketukan lagunya itu.

19. Terus setiap bapak setelah melakukan tindakan tersebut pada pasien nih, itu perasaan bapak secara emosional gimana ketika mungkin ada kemajuan misalnya dari pasien itu sendiri

20. Ee ya ini, yang awalnya istilahnya masih lari sana-sini, terus belum ketahanan kayak pegang stick aja belum bisa, itu sekarang malah sudah bisa duduk, bahkan sudah bisa main beat itu ee ya sesuatu yang melebihi dari fee, nggak bisa diganti dengan fee, biaya, gaji, apa pun itu ndak bisa.

21. Itu berarti cara treatment nya ke anak tetep komponen-komponennya dibenerin dulu ya pak cara intervensi ke anak?

22. Iya, heeh. Jadi tetap motoriknya, pokoknya berkaitan dengan senso- motorik. Dari taktilnya, dia pegang stick gini kan terus nanti kan dibuat assisstive devices, diperbesar pegangannya, pegangannya agak kasar gitu.

23. Ada ruangan khusus lagi pak untuk menangani anak-anak?

(37)

24. Ya di sini.

25. Oh, di sini. Jadi kalau misal yang agak berat gitu langsung dihadapkan drum?

26. Ya itu kita punya strategi sendiri he he.

27. Oh punya strategi tersendiri ya pak he he. Terus hal-hal yang sudah bapak katakan tadi, mengapa itu menjadi suatu kepuasan bagi bapak?

Alasannya gitu pak.

28. Alasannya ketika ini ee ada hal-hal tertentu yang istilahnya ee jarang jarang disentuh. Jadi ketika misal pun anak sudah berani tampil, itu dan orang tua yang awalnya anakku itu hanya di rumah aja, ndak bisa apa-apa. Ee memberi harapan, memberi apa ya istilahnya supaya orang tua itu juga ee keluar dari yang selama ini terlalu menutup, apa-apa, bisa ikut berbaur, terus kemudian di acara di event, terus ee dilihat banyak orang, dilihat pengunjung, dan itu istilahnya makin membuat orang tua itu kayak berbesar hati gitu.

29. Berarti sering manggung ya pak ini, event rutin?

30. Iya, event rutin ada, terus event kayak acara-acara autis, terus kemarin juga kayak down syndrome itu, ee gathering, terus ee macem-macem, ada acara cerebral palsy itu juga. Karna memang kita punya konsep belajar tidak hanya di ruangan.

31. Tapi ada nggak pak pasien yang kayak kesulitan gitu untuk diarahkan ke bermain musik?

32. Oh, banyak, banyak.

33. Terus itu gimana penanganan selanjutnya?

34. Bahkan saya pun seringkali dalam hati ah apakah ini bisa. Tapi ndak mungkin saya ungkapkan ke orang tua gitu to. Tapi ternyata ya bisa.

35. Tapi yang sampai sekarang masih kesulitan ada nggak pak, setelah dilakukan beberapa tindakan misal?

36. Jadi anu ya misalkan kayak CP spastik, apa-apa, itu ee kaku sekali, bahkan quadri plegi semua empat sisinya itu, ee hanya sudah bisa begini pegang

(38)

terus bisa mukul, itu udah. Jadi istilahnya ee membuat anak dari yang ya apakah sesuatu hal yang mustahil kayaknya, itu udah bisa tekk gitu, dan membuat anak ini seneng, saya video terus kasihke gitu. Kan sekarang sudah lewat digital kan banyak, dari WA, story, atau apa. Hla dari situ pun gini kadang kita lagi buka WA buat story buat orang tua atau apa, temen- temen bilang wah ini bisa itu membuat makin ini lagi.

37. Semangat ya pak.

38. He eh.

39. Nah itu orang tua tau info nya di sini ada rujukan atau gimana pak?

40. Yaa ada beberapa yang kan ee saya kan sempet di rumah sakit ---, memang di dunia anak, terus kemudian ya banyak link, banyak terapis-terapis, terus kemudian ya dari ketika perform diposting nah itu, terus kemudian juga lewat media sosial itu.

41. Berarti oarng tua langsung bawa ke sini?

42. He eh langsung bawa ke sini.

43. Dulu kerjanya dari lulus kuliah ke mana dulu pak?

44. Dari lulus ke ini klinik di Semarang, itu hampir 2 tahun di sana. Terus kemudian pulang ke Solo, di --- itu lama, 5 tahun apa berapa ya, terus bais itu rumah sakit --- Solo.

45. Terus di sini pak?

46. He eh.

47. Kalau sekarang hanya di sini atau ada di tempat lain?

48. Di sini aja.

49. Terus dari mulai dulu baru lulus kuliah, itu gimana cara bapak beradaptasi dalam menangani ABK?

50. Ee gini ya, ee dulu itu malah dunia pediatri itu saya sama sekali ndak suka.

Dulu ideal, pokoknya kerja nanti di dunia pengennya nanti di ee stroke center, pokoknya yang dewasa, istilahnya bisa diajak ngobrol nah kayak gitu kan lebih cepet, jamnya terasa lebih cepet gitu kan gitu. Ndak suka, karna ya mungkin juga menyadari kayak pendekatannya kurang, apa-apa

(39)

gitu. Ee tapi ternyata ya keterimanya di klinik anak, dan memang waktu itu ya pas ee sama untuk pasien pertama ya masih tantrum, masih jadi agresif, nah itu ya bingung, digigit sama dicakar itu ya wah jadi rasanya itu gugup, terus ndak pede ee itu gitu, terus kemudian ya banyak ini sih dulu awal- awal kan tidak ditraining sama senior-senior itu, tapi sudah ada OT nya.

Akhirnya ketika kadang kita bimbang, wah lagi goyang maka saya tetep di anak atau yang lain ya, kayak gitu, flashback, ketemu sama orang-orang yang wah yang berjasa, dalam arti memang wah ini tu nggemblengnya wah bagus banget ya senior-senior saya, itu kreatif-kreatif terus kemudian analisa aktivitasnya juga bagus-bagus, terus yang makin dianu lagi, kamu tuh udah ketemu ini orang-orang yang hebat-hebat, jangan kamu sia-sia kan. Nah itu, dari situ jadii ya memang awalnya gugup, ndak pede apalagi memang passionnya bukan anak awal-awal dulu gitu.

51. Kira-kira butuh berapa lama itu pak?

52. Ee sekitar berapa ya, 2-3 bulanan lah. 2-3 bulanan baru terus makin banyak istilahnya dipercaya, ada home visit, mulai suruh nerapi ke rumah, ya itu jam terbangnya istilahnya semakin banyak. Karna ya gini, memang di dunia anak itu beda banget sama dunia yang istilahnya geriatri, terus apa yang dewasa tadi. Untuk dewasa tadi istilahnya kalo stroke ya memang penanganannya begitu, tapi anak belum tentu, sama-sama autis penanganannya sama, ndak bisa. Kita membuka jendela cakrawala anak pertama kali, kita gerbangnya kita. Kalau dewasa kan istilahnya mereka kan perkembangannya normal abis itu baru sakit stroke kan. Kalau anak kan kita yang masih stimulasi dari awal, hla itu asiknya di situ.

53. Terus kalau lingkungan kerja kayak rekan kerja di sini dan di tempat kerja sebelum-sebelumnya gitu mendukung nggak selama ini menurut bapak?

54. Baik-baik aja sih selama ini. Saya pun tetep masih silaturahmi, ya hubungannya bagus. Karna selama ini waktu kerja komunikasi terjalin dengan baik.

(40)

55. Ada nggak sih pak perbedaan tingkat kepuasan dari dulu mulai baru lulus kuliah, terus mungkin 5 tahun pertama, lalu pertengahan sampai saat ini?

56. Yaa dulu kan istilahnya belum di musik pun istilahnya bisa ada perkembangan sedikit pun atau apa itu kan sudah merasa puas. Istilahnya ee kita jadi manusia itu berguna, nah begitu.

57. Berarti dari dulu sudah merasakan kepuasan itu ya pak?

58. Iya he eh. Nah apalagi sekarang istilahnya yang membuat anak menjadi pusat perhatian banyak orang. Yah itu lebih nilainya ke arah passion dan lebih puas lagi.

59. Terus kalau menurut bapak, eksistensi profesi OT sendiri di kalangan tenaga kesehatan lainnya itu gimana saat ini?

60. Sekarang ya? Kalo sekarang memang istilahnya rumah sakit pun harus yang akreditasi atau apa itu kan harus ada OT, harus ada okupasi terapinya kan harus ada, sebenarnya memang makin dikenal. Jaman dulu kan belum tentu di rumah sakit ada. Bahkan sekarang kayak puskesmas atau apa itu ada yang sudah ada okupasi terapi, gitu. Ya cuma memang lebih dikenalnya itu di dunia anak. Kalau untuk dunia dewasa, stroke atau apa memang fisioterapi. Karna ya gimana ya he he.

61. Terus kalau menurut bapak, bagian yang paling berarti dari pekerjaan ini apa?

62. Ya membuat diri kita sendiri kayak berguna gitu. Jadi berguna, kan meskipun kita kerja apa-apa, lama apa-apa, tapi ndak ada perkembangan anak yang kita mau kan juga merasa bahwa ya sia-sia aja selama ini kita kuliah. Ketika kita merasa oh membuat ada perkembangan setiap kita pegang pasien itu merasa diri ini berguna ya itu.

63. Ada nggak sih pak di sini yang udah treatment lama tapi kondisinya masih stagnan gitu?

64. Ee kalau stagnan sih ndak, cuma memang kadang perkembangannya lama.

Karna itu pun memang biasanya ee keterlibatan orang tua, itu sangat sangat

(41)

ngaruh sekali pada perkembangan anak. Dari yang misalkan harus diet ketat gitu, kemudian pola asuh yang ee ndak seragamitu juga pengaruh.

Jadi harus pinter-pinter terapis pun harus bisa memberi masukan kepada orang tua.

65. Nah kalau misal penghargaan paling tinggi sebagai okupasi terapis pak?

66. Penghargaan yang seperti apa?

67. Ya bisa apa aja pak menurut persepsi bapak.

68. Ee he he pernah diliput tv he he, pernah beberapa kali. Ya pengennya sih pengen membuat ide-ide untuk terapis-terapis lainnya, jadi tidak hanya di zona nyaman, monoton, memang perlu waktu untuk anak-anak itu ya tidak hanya istilahnya di kelas saja. Hanya apa itu satu terapis satu anak. Hla nanti ke depannya akan berhadapan banyak orang gitu.

69. Kalau tantangan terbesar sendiri apa pak kira-kira?

70. Membuat band, dan akhirnya bisa, buat anak-anak kebutuhan khusus semua.

71. Oh, berapa personil itu pak?

72. 5.

73. Apa aja pak kondisinya?

74. Ee CP tetra parase, terus autis, mental retardasi, sama gifted. Autisnya ada 2.

75. Oh, keren pak he he. Itu bagiannya apa aja pak?

76. Bass, drum, keyboard 2, piano 1, nyanyi. Yang nyayi yang tetra parase itu, jadi anu pakai duduk.

77. Nggak ada masalah di komunikasi ya pak?

78. Ya awal ini suaranya kan pengaruh juga. Terus lama-lama ya, mesti pede nya, suaranya, terus lama-lama bisa nginget satu syair lagu.

79. Itu kan tadi tantangan buat band sudah terwujud ya pak, kalau tantangan yang bapak alami saat ini, yang mungkin bapak merasa kesulitan gitu?

(42)

80. Ee belum sih, sejauh ini baik-baik aja.

81. Terus yang membuat bapak tetap termotivasi menjadi OT hingga saat ini?

82. Termotivasi ya itu, jadi flashback dan ternyata ini menjadi suatu panggilan hidup, ya itu. Jadi semacam kerja itu bukan hanya untuk gaji aja, tapi kita istilahnya juga ee itu tadi, ini memang panggilan hidup tadi itu.

83. Nah kalau untuk gaji, kalau menurut bapak gimana? Bagaimana bapak memandang gaji dari pekerjaan ini?

84. Cukup.

85. Cukup puas ya pak?

86. Ee cukup sih.

87. Berarti status bapak pegawai tetap atau gimana pak?

88. Ini freelance, ee tapi istilahnya saya kan kepala terapi nya rhytm therapy, ada beberapa asisten, ya itu nanti ada beberapa tunjangan-tunjangan juga sih, ada tambahan-tambahan lainnya.

89. Ee tadi namanya rhytm therapy ya, itu dari mana pak?

90. Itu sebenarnya memang dari dulu ada sih, rhytm therapy yang dari --- tuh ada, dan dulu si --- terapi di --- Jakarta, sebelum saya sudah ada. Tapi ternyata kesusahan, semua instruktur itu kesusahan menerapkan yang dari - -- itu, nah terus kemudian ke saya. Nah saya mengembangkan sendiri sih.

Cuma kalau nama rhytm therapy nya sudah dari ---.

91. Terus selama praktek, kira-kira perkembangan terapi anak lebih kemana pak, mengalami kemajuan, stagnan, atau malah kemunduran?

92. Emm kemajuan ya, cuma memang ada beberapa yang agak lama. Agak lama, tapi banyak kali saya tercengang. Yang awalnya apa bisa, apa bisa, ternyata bisa.

93. Itu kira-kira berapa persen pak yang mengalami kemajuan?

94. Yaa 70an persen lah. Yang 30 itu istilahnya ya maju tapi ndak signifikan gitu, tapi maju tetep.

(43)

95. Seberapa besar sih pak rasa kepuasan kerja bapak yang bapak katakan sangat puas tadi, akan mempengaruhi atau berdampak pada kinerja bapak selanjutnya?

96. Pengaruh sekali, karna ee ketika misalkan terapi nggak puas, terus itu nanti juga mempengaruhi kinerjanya, nggak pede, terus kemudian apa yang dilakukan ini merasa ee meraba-raba aja. Jadi kayak merasa puas yang kita lakukan ternyata makin pede, dan itu istilahnya ketika orang pede, itu kinerja nya makin, makin banyak kreasinya gitu.

97. Terus kalau faktor-faktornya yang mempengaruhi kepuasan kerja ke kinerja kira-kira kalau menurut bapak apa aja?

98. Emm faktor-faktor, istilahnya gini, keberhasilan terapi yang kita berikan ke anak, itu faktor-faktornya, itu. Terus kemudian ya salary itu bonus sih, jadi kita pun kalau ada yang kurang mampu atau apa kita kasih beasiswa, terus nanti misalkan ada event apa apa gitu kita nggak ngasih istilah e nggak meminta kontribusi, kita kasih konsumsi atau apa. Jadi faktor-faktornya itu tadi, ee tidak itungan he he, totalitas, terus kemudian itu apa keberhasilan dari perkembangan anak.

99. Terus kalau indikator yang mempengaruhi hubungan antara proses terapi, kepuasan kerja, dan kinerja bapak?

100. Suasana hati, he he. Karna anak-anak kayak gini itu tau, tau. Misalpun kita mau kedok kita waa apa istilahnya ada aja, wah jadi awalnya bagus wah jadi ada yang marah, ada yang, ada-ada aja. Ya itu PR yang kadang semua terapis sih. Semua terapis.

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan akses pintu ruangan menggunakan RFID dan keypad berbasis mikrokontroller AT89S52 ini terdiri dari mikrokontroller sebagai pengendali utama, tag RFID dan reader

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tanda & gejala ketergantungan narkoba, respon keluarga terhadap penderita, jenis koping yang digunakan keluarga serta

Jumlah kunjungan wisatawan pada bulan Juni adalah sebanyak 76 orang pada awal operasi Nusantara diving center resort, bulan Juli sebanyak 84 orang, bulan Agustus jumlah

Judul Penelitian : Pelepasan Kalium Terfiksasi dengan Penambahan Asam Oksalat dan Kation untuk Meningkatkan Kalium Tersedia bagi Tanaman pada Tanah-tanah yang Didominasi

Berdasakan hasil pengujian yang telah dilakukan aplikasi yang dibangun dapat diterima sesuai dengan kebutuhan pengguna baik dari segi isi, materi, visualisasi dan

Arah hubungan (r) adalah positif, semakin tinggi luas penutupan kayu apu pada limbah cair tahu maka semakin tinggi pula penurunan nitrat pada limbah cair tahu. 28.Tabel

Kayu yang memiliki penyusutan tinggi pada umumnya adalah jenis yang mempunyai dinding serat yang tebal dan kayu kumea batu mempunyai diding serat yang sangat tebal yaitu rata-rata

Konsep diri siswa yang baik dapat memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian siswa yang baik dan didukung pelaksanaan layanan bimbingan konseling yang