• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6.1 Definisi Budaya dan Kebudayaan

Kata budaya sangat umum dipergunakan dalam bahasa sehari-hari. Paling sering budaya dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa, atau etnis. Perilaku orang yang kebetulan keturunan Jawa selalu dikatakan sebagai pengaruh budaya Jawa, begitu juga dengan orang Cina selalu dikatakan budaya Cina. Kata budaya juga sering dikaitkan dengan seni, musik, tradisi-ritual, ataupun peninggalan-peninggalan masa lalu. Musik Sunda khas dengan Budaya Sunda, Tari Asmat adalah identik dengan Budaya Asmat, Borobudur adalah peninggalan Budaya Jawa-Budha. Oxford Dictionary, 1993 (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004 : 6) mengatakan : budaya adalah seni dan semua hasil prestasi intelektual manusia yang dilakukan secara kolektif.

Kata budaya digunakan dalam berbagai diskursus dan ini diakui dikarenakan luasnya aspek kehidupan yang disentuh. Murdock 1971 (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004 : 6) mendeskripsikan budaya dalam tujuh puluh sembilan ragam aspek kehidupan, yang oleh Barry 1980 (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004 : 6) dikategorisasi ulang hingga dapat teringkas menjadi delapan aktifitas kehidupan. Kedelapan kategori tersebut adalah :

1. karakteristik umum, 2. makanan dan pakaian, 3. rumah dan teknologi, 4. ekonomi dan transportasi,

5. aktifitas individual dan keluarga, 6. komunitas dan pemerintahan,

7. kesejahteraan, religi, dan ilmu pengetahuan, 8. seks dan lingkaran kehidupan.

Budaya merupakan suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat-istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

2.6.2 Budaya Sebagai Konsep Gagasan

Istilah budaya biasanya digunakan dalam dua tatanan yang berbeda. Pertama, budaya digunakan sebagai pola kehidupan satu masyarakat-kegiatan pengaturan material dan struktural yang berulang dan teratur merupakan kakhususan suatu kelompok tertentu. Dalam hal ini budaya telah mengacu pada kedalaman fenomena-fenomena dan peristiwa-peristiwa yang dpat dipelajari secara langsung.

Kedua, istilah budaya digunakan untuk mengacu kepada istilah budaya yang dipakai untuk mengacu kepada sistem pengetahuan yang disusun sebagai pesoman manusia yang digunakan untuk mengatur pedoman dan persepsi manusia, menentukan tindakan, dan memilih diantara alternatif yang ada. Budaya

merupakan suatu bentuk cara yang tidak berada dibawah kendali keturunan, yang membantu penyesuaian individu dalam masyarakat terhadap kelompok ekologinya( Dayakisni dan Yuniardi, 2004 : 6).

2.6.3 Budaya Sebagai Sebuah Konsep Abstrak

Kesepakatan pertama adalah bahwa budaya merupakan sebuah konsep yang abstrak. Beberapa aspek dari budaya bersifat teramati (observable), namun demikian sesungguhnya yang teramati tersebut bukanlah budaya itu sendiri melainkan perbedaan perilaku manusia dalam aktifitas dan tindakan, pemikiran, ritual, tradisi, ataupun material, sebagai produk dari kelakuan manusia. Yang terlihat sebenarnya hanyalah manifestasi dari budaya dan bukan kebudayaan itu sendiri.

Entitas teoritis dan konseptual, budaya membantu memahami bagaimana kita berperilaku tertentu dan menjelaskan perbedaan dari sekelompok orang. Sebagai sebuah konsep abstrak, lebih dari sekedar label, budaya memiliki kehidupan tersendiri. Ia terus berubah dan tumbuh. Akibat pertemuan-pertemuan dengan budaya lain, perubahan kondisi lingkungan, seisdemografis dan sebagainya merupakan beberapa faktor yang menjadikan budaya hidup dinamis. Perbedaan perilaku dan norma antara generasi tua dan generasi muda dari satu budaya atau dikenal dengan ogap antar generasi merupakan bukti nyata terjadinya perubahan dalam budaya (Dayakisni dan Yuniardi 2004 : 8)

2.6.4 Budaya Sebagai Konseptual Kelompok

Budaya adalah apa yang disebut ketika ada seorang manusia bertemu dengan manusia lain. Dari pertemuan tersebut tercipta pola-pola adaptasi : baik

berupa tata perilaku, norma, keyakinan, maupun seni, seiring pertemuan yang terus terulang. Selanjutnya semua produk yang hidup tersebut menjadi cirri khas dari kelompok orang-orang tersebut dan dikenal sebagai sebuah budaya. Ia merupakan kekhasan milik sebuah kelompok.

Budaya tidak akan ada ketika seorang manusia tidak pernah bertemu dengan manusia lain. Meskipun individu tersebut memiliki pola perilaku yang khas, gagasan unik, keyakinan, dan norma yang dipedomani, maupun menghasilkan suatu produk material, tetap tidak disebut budaya karena budaya ketika ia menjadi ciri suatu kelompok. Sifat-sifat yang unik individual disebut kepribadian, dan bukan budaya (Dayakisni dan Yuniardi 2004 : 8).

2.6.5 Budaya Diinternalisasi Anggota Kelompok

Budaya anggota produk yang dipedomani oleh individu-individu yang tersatukan dalam sebuah kelompok. Disini budaya sekaligus menjadi pengikat dari individu-individu tersebut yang memberi ciri khas keanggotaan suatu kelompok yang berbeda dengan individu-individu dari kelompok budaya lain. Budaya diinternalisasi oleh seluruh individu anggota kelompok sebagai tanda keanggotaan kelompok, baik secara sadar maupun naluriah tidak disadari. Disisi lain diakui ada variasi derajat internalisasi dari tiap anggota kelompok. Tingkat internalisasi seorang anggota kelompok terhadap budaya kelompoknya adalah tidak selalu sama dengan anggota yang lain dari kelompok tersebut. Pemahaman dan kepatuhan setiap anggota didalamnya tidak selalu sama. Ada differences of individuality(Dayakisni dan Yuniardi 2004 : 9).

2.6.6 Budaya dan Kepribadian Individu

Kepribadian manusia selalu berubah sepanjang hidupnya dalam arah-arah karakter yang lebih jelas dan matang. Perubahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi lingkungan dengan fungsi-fungsi bawaan sebagai dasarnya. Stern (dalam Dayaksini dan Yuniardi, 2004 : 112) menyebutnya sebagai Rubber Band Hypothesis (hipotesa ban karet). Predisposisi seseorang diumpamakan ban karet dimana faktor-faktor genetik menentukan sampai dimana ban karet tadi dapat ditarik (direntang) dan faktor lingkungan menentukan sampai seberapa panjang ban karet tadi akan ditarik atau direntang. Dari hipotesis diatas tentunya dapat ditarik hipotesis lanjutan bahwa budaya memberi pengaruh pada perkembangan kepribadian seseorang.

Seseorang yang hidup dalam sebuah komunitas masyarakat tertentu, secara tidak langsung dan tanpa disadari individu tadi telah dibentuk juga oleh pengalaman budaya diterimanya. Pengalaman pengalaman yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya akan menimbulkan orientasi kepribadian yang khusus, dan dalam mempelajari sebuah kebudayaan seorang individu akan belajar memahami motif-motif dan nilai-nilai, suatu pandangan dunia yang khas. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepribadian adalah inmplementasi dari budaya yang khas (Dayaksini dan Yuniardi, 2004 : 112)

Praktek tingkah laku sosial (social behavior) yang muncul pada individu tidak dapat lepas dari pengaruh kebudayaannya. Pengaruh kebudayaan pada

personality terjadi karena interaksi yang dilakukan sejak kecil hingga dewasa. Bisa melalui, orang tua, teman-teman, atau orang-orang yang disekitarnya.,

melalui jalan inilah pola-pola interaksi akan masuk ke dalam individu kemudian menimbulkan perilaku-perilaku sosial. Sementara kharakter akan nampak mewarnai perilaku-perilaku sosial dalam konteks budayanya. Budaya termanifestasi bukan hanya pada perilaku individu-individu semata melainkan sebagai sebuah perilaku sosial. Budaya termanifestasi bukan hanya sebagai simbol atribut seorang individu melainkan sebagai simbol atribut atribut dari suatu kelompok sosial. Budaya adalah fenomena sosial, bukan fenomena individual (Dayaksini dan Yuniardi, 2004 : 15).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang diimplementasikan pada kehidupan bermasyarakat.