• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Rancangan Penelitian

4.4 Temuan Penelitian

4.4.4 Profil informan pertama (IP-1)

Nama : H. Muntholib Jenis Kelamin : laki-laki Status : Menikah

Pekerjaan : Kepala Desa Boncong (Pengusaha) Agama : Islam

Usia : 52 Tahun

Pendidikan : SMP (Kejar Paket B)

Informan penunjang pertama (IP-1) dalam penelitian ini adalah seorang ulama yang juga menjadi Kepala Desa Boncong. IP-1 adalah seorang pengusaha pengeringan ikan di Boncong dengan skala nasional. Setiap harinya informan bekerja di beberapa pabrik pengeringan ikannya. Informan merupakan penduduk asli Boncong yang sudah mengetahui perilaku-perilaku warganya yang sebagian besar adalah nelayan. IP-1 adalah kepala desa periode 2008-2013, ia dipilih menjadi kepala desa karena merupakan keturunan bangsawan di Boncong, jabatan kepala desa di Boncong merupakan jabatan yang turun temurun, sebelum SP-1 menjabat kepala desa, jabatan sebelumnya dijabat oleh kakak kandung SP-1. Menurut SP-1 perilaku warga desa yang gemar buang air besar di pinggir pantai seperti perilaku hewan, karena warganya sangat sulit untuk diberi tahu agar menggunakan fasilitas WC umum yang telah dibuatkan oleh militer AS.

4.4.4.1 Latar Belakang Informan Penunjang

Informan penunjang pertama (IP-1) dalam penelitian ini adalah seorang ulama yang juga menjadi Kepala Desa Boncong. IP-1 adalah seorang pengusaha pengeringan ikan di Bulu dengan skala nasional. Setiap harinya informan bekerja di beberapa pabrik pengeringan ikannya. Informan merupakan penduduk asli Boncong yang sudah mengetahui perilaku-perilaku warganya yang sebagian besar adalah nelayan. IP-1 adalah kepala desa periode 2008-2013, ia dipilih menjadi kepala desa karena merupakan keturunan bangsawan di Boncong, jabatan kepala desa di Boncong merupakan jabatan yang turun temurun, sebelum SP-1 menjabat kepala desa, jabatan sebelumnya dijabat oleh kakak kandung SP-1. Menurut SP-1 perilaku warga desa yang gemar buang air besar di pinggir pantai seperti perilaku

hewan, karena warganya sangatsulit untuk diberi tahu agar menggunakan fasilitas WC umum yang telah dibuatkan oleh militer AS.

Rutinitas SP-1 sehari harinya berada dirumahnya, aktifitas dan kegiatan yang menyangkut administrasi desa, dikerjakan dirumah, setiap kali ada yang meminta tanda tangan atau mengurus perijinan yang memerlukan tanda tangan, pamong desa lainnya yang akan megantar keperluan tersebut ke rumah SP-1. Kegiatan yang sibuk sebagai seorang pengusaha pengeringan ikan membuat SP-1 sedikit mengurusi masalah desa, namun hal itu tidak lantas membuat proses administrasi di desa menjadi lamban. SP-1 tetap menjalankan tugasnya sebagai Kepala Desa Boncong secara maksimal.

4.4.4.2 Keadaan Kultur Masyarakat Pesisir Desa Boncong

Kehidupan nelayan yang dengan karakter keras membuat warga acuh terhadap lingkungan sosial, untuk memenuhi kebutuhan baik itu rumah tangga maupun kebutuhan biologis untuk buang air besar, warga melakukannya secara acuh tanpa mempedulikan lingkungan, mereka tidak segan untuk buang air besar di pinggir pantai ataupun digalengan sawah, tanpa penutup apapun.

Ya begini ini karakter orang nelayan, karakter orang pesisir, karakter masyarakat kecil, juga ada petani, cuman petani disawah yang ada grumpulnya, istilahnya ada borungan atau dadah, pager-pager tanaman itu lho dek, kalau petani masih ada tebengnya yaitu pager tanaman hidup tadi, kalau nelayan ya tidak ada, paling dia kadang disamping kapal atau perahu (W1,IP1)

Norma yang ada di Desa Boncong sejak dahulu memang jika masyarakat ingin buang air besar, mereka melakukannya di pinggir pantai, tidak mempedulikan jenis kelamin, baik itu perempuan maupun laki-laki. Warga tidak

mempedulikan norma-norma yang mereka anut, baik yang diterima sebagai pelajaran kehidupan maupun pelajaran di sekolah.

Mereka ndak pernah peduli mas, yang peting kalau mau e,ek ya e,eek aja, mau itu pencemaran lingkungan atau sebagainya, anggapan mereka jika dilakukan di pinggir pantai, pasti akan hilang di sapu ombak, lha tapi coba anda liat sendiri, barang buktinya itu tersapu ombak apa tidak? Wong baunya aja mubal mubal, kalau tersapu ombak pasti hilang dan ndak akan bau. Ya itu tadi mas, norma-norma yang mereka peroleh dari mulai pelajaran didalam keluarga maupun sekolah, walaupun cuma lulusan SD, mereka sudah ndak ingat itu, bahkan siswa SD aja juga banyak yang buang air disitu, padahal didalam SD juga disediakan kamar mandi, susah mas untuk mengatur nelayan. Perilaku mereka sudah seperti kaya hewan. (W2, IP1)

4.4.4.3 Pandangan Terhadap Perilaku Buang Air Besar

Masyarakat yang sudah mengetahui perilaku warganya, pola pikirnya juga sudah tidak mempedulikan lingkungan sekitar. Warga tidak menegur bahkan memberikan sanksi. Bagi masyarakat setempat perilaku seperti itu bahkan sudah menjadi budaya tersendiri di Desa Boncong.

wah, sudah ndak peduli mas, mereka juga lama kelamaan menganggap perilaku orang yang e ek dipinggir pantai sudah seperti budaya tersendiri di sini. Mereka juga tidak mengeluhkan keadaan seperti ini, bahkan sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. (W2,IP1)

4.4.4.4 Keyakinan yang Mendasari Perilaku Buang Air Besar

Keyakinan yang memperkuat warga melakukan buang air besar di pinggir pantai, membuat warga secara bebas dan nyaman buang air besar di pinggir pantai. Warga tidak mempedulikan warga lain yang melihatnya. Menurut warga, buang air besar yang dilakukan hanyalah sekedar buang air biasa yang seperti warga lain lakukan, namun tempatnya di pinggir pantai dengan terbuka tanpa penutup.

ya cuma sekedar e ek aja mas, tidak ada mitos atauy ke\yakinan yang lain, tetapi menurut manusia normal, hal itu tidak normal, karena mereka melanggar norma kesusilaan, norma sosial, dan juga norma agama yaa, kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang beragama. (W4,IP1)

4.4.4.5 Faktor-faktor yang Mendasari Buang Air Besar

Berbagai faktor mendasari maraknya perilaku warga yang buang air besar di pinggir pantai. Menurut IP-1 faktor yang paling mendasar perilaku buang air besar adalah karena tidak adanya kontrol dari masyarakat untuk sekedar menegur atau mengingatkan warga yang akan buang air besar di pinggir pantai. Selain itu faktor nyaman dan kebiasaan turut menjadikan warga yang buang air besar di pinggir pantai tidak merasa asing walaupun ada warga lain yang melihatnya.

ya itu tadi mas, tidak adanya kontrol dari masyarakat terhadap warga yang akan buang air besar di pantai. Minimal disuruh memakai kamar mandi umum yang telah disediakan lah, apalagi ditambah perasaan nyaman warga itu sendiri ketika buang hajat, nyaman dan praktis, tinggal ndodok, terus tinggal..heheeh.. (W9, IP1)

4.4.4.6 Harapan Berkaitan Dengan Norma yang Berkembang di Masyarakat

Warga yang sadar dengan sendirinya akan masalah lingkungan dan buang air besar sembarangan menjadi harapan bersama bagi warga Desa Boncong. Masalah kesadaran pola pikir warga menurut IP-1 menjadi persoalan utama dalam mengubah perilaku buang air besar sembarangan warga.

Iya...jadi dokter...dokter siapa itu? dr. Jani, kepala puskesmas bulu, itu pernah membuat program MCK, bukan....bukan MCK tetapi jamban, kita harus bagaimana cara mencari dana lah....membuat swadaya atau urunan, saya bilang nggak usah menarik masyarakat, kata saya nggak usah bu dokter....masyarakat nggak bakalan berjalan, wong dikasih saja nggak dipakai apalagi disuruh membua, Iya itu menjadi tanggung jawab tentang masalah dana entah darimana, tetapi saya harus ada pernyataan dipakai nggak jamban itu, karena apa?...mestinya program ini jangan

program bikin jamban tetapi program kesadaran masyarakat, kita jangan sia-sia membangun begitu lho... (W11,IP1)