• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Rancangan Penelitian

4.4 Temuan Penelitian

4.4.3 Profil Subjek ke-3 (SB-3)

Nama : SYT Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah Usia : 38 tahun Alamat : Bancar

Fenomena : Sering buang air besar di pantai, pada siang hari ia juga tidak malu melakukannya, padahal di rumah sudah ada kamar mandi

Agama : Islam Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Syt merupakan subjek perempuan yang berhasil peneliti wawancarai pada studi ini. Syt adalah seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Dusun Bancar. Syt mempunyai dua anak yang saat ini bersekolah di SMA dan SMP. Pada waktu buang air besar SYT tidak mempedulikan ada orang yang melihatnya.

Syt merupakan penduduk asli Boncong, orang tuanya yang asli Boncong juga tinggal di Boncong. Sejak kecil SYT jika buang air besar di pinggir pantai, sehingga perilakunya ini berlanjut sampai ia sekolah, bahkan menikah dan mempunyai dua anak. Syt menikah dengan suaminya ketika usianya masih muda, yakni 18 tahun.

4.4.3.1 Latar Belakang Subjek ke 3

Syt merupakan subjek perempuan yang berhasil peneliti wawancarai pada studi ini. Syt adalah seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Dusun Bancar. Syt mempunyai dua anak yang saat ini bersekolah di SMA dan SMP. Pada waktu buang air besar SYT tidak mempedulikan ada orang yang melihatnya. Syt merupakan penduduk asli Boncong, orang tuanya yang asli Boncong juga

tinggal di Boncong. Sejak kecil SYT jika buang air besar di pinggir pantai, sehingga perilakunya ini berlanjut sampai ia sekolah, bahkan menikah dan mempunyai dua anak. Syt menikah dengan suaminya ketika usianya masih muda, yakni 18 tahun.

Syt sering buang air besar di pinggir pantai pada pagi hari, hal ini untuk menghindari Syt dilihat orang lain yang tidak ia kenal, namun pada pagi hari aktifitas di pinggir pantai sudah ramai nelayan yang akan pergi melaut, namun hal ini tidak membuat Syt malu untuk buang air besar di pinggir pantai, bagi Syt dilihat tetangga sendiri sudah biasa.

4.4.3.2 Keadaan Kultur Masyarakat Pesisir Desa Boncong

Berdasarkan temuan penelitian di lapangan, menurut Syt keadaan kultur masyarakat pesisir di Desa Boncong yang berprofesi sebagai nelayan pada umumnya mempunyai karakter yang keras, hal itu dapat diketahui dari nada dan logat bicara yang keras, dan juga emosi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk mengubah perilaku warga yang buang air besar di pinggir pantai cukup sulit.

karakter tiyang mriki niku keras mas, angel kandanane mas, opo maneh menyangkut masalah tiyang e ek teng ngriki, niku susaahe minta ampun mas, tap iyo pie leh, wes kebiasaan leh, dadi yo wes biasa ae, anggepe koyo neng jero jedding. Dideloki wong yo lah...

4.4.3.3 Pandangan Terhadap Perilaku Buang Air Besar

Fenomena perilaku masyarakat yang buang air besar di desa Boncong sudah terjadi sejak jaman dahulu, hal ini karena sudah menjadi kebiasaan warga yang sudah terakumulasi bertahun-tahun.

sampun biasa mas, masyarakat sampun mboten ngurusi masalah wong e,ek ndok pinggir segoro mas, menawi wongten sing ngurusi niku nggih paling menawi wonten penyuluhan-penyuluhan saking pemerintah mas., tp nggih niku mas, warga sampun kadung mboten ngurus, nggih tiyang e,ek teng segoro nggih kedah wonten terus, rak yo nggih to... (W4, S3)

4.4.3.4 Keyakinan yang Mendasari Perilaku Buang Air Besar

Berdasarkan hasil temuan penelitian, keyakinan yang mendasari subjek untuk melakukan buang air besar di pinggir pantai karena masyarakat tidak ada yang melarang, dan juga perilaku tersebut sudah menjadi semacam hal yang sudah biasa.

Dukungan masyarakat juga ikut berperan dalam banyaknya warga yang buang air besar di Boncong, tidak adanya sanksi sosial maupun teguran dari warga, aparat desa, dan keluarga sendiri, menjadi salah satu faktor perilaku warga sulit diubah.

Mboten wonten tiyang nglarang mas, sampun wegah mas, masalah e ek teng ngriki niku masalah angel mas. Nggih, sampeyan tanglet kaleh Dae niku, wong lokasi ne ngarep omae Dae, malah mangkrak ora dinggo, masalah eek ting mriki niku angel mas.Tatanane wong pesisir niku angel... (W6, S3)

4.4.3.5 Faktor-faktor yang Mendasari Buang Air Besar

Berdasarkan temuan penelitian di lapangan, Syt mengaku faktor yang mendasari perilaku buang air besar adalah karena Syt sudah terbiasa melakukan buang air besar di pinggir pantai sejak kecil, sehingga ketika Syt sudah beranjak besar, maka perilaku itu pun akan dilakukannya, ketika Syt ingin buang air besar, Syt tidak menggunakan kamar mandi yang ada di rumahnya karena menurut Syt, air yang ada di rumah lebih baik untuk memasak, karena jika mau buang air besar bisa dilakukan di pinggir pantai

yo mung praktis mas, gak usah nyiram mas, marai ndok kene angel banyu mas, meding banyune nggo masak leh, eman eman nek nggo nyiram WC, daripada ngangsu banyu segoro lek mending ngising neng pinggir segoro sisan leh mas, langsung ilang, wong yo nyatane gak mambu.. (W9, S3)

4.4.3.6 Harapan yang Berkaitan Dengan Norma yang Berkembang di Masyarakat

Berdasarkan temuan penelitian di lapangan, banyak harapan yang ingin di capai oleh masyarakat Desa Boncong berkaitan dengan fenomena buang air besar di pesisir pantai tersebut. Menurut Syt harapanya adalah masyarakat mau mengerti dan sadar akan dampak lingkungan bagi warga sendiri karena buang air besar tersebut.

piye yo mas, menurutku sih yoo, kudune warga memang sadar dewe mas, marai nek diarahno iku yo angel mas, gak lanang gak lanang gak wadon yo kabeh ngising ndok pinggir segoro, mulane angger mlaku ndok pinggir segoro atiati mas, akeh tai ndok kene. Aku iku ngising kene awit cilik mas, dadine yo wes biasa ae dideloki karo tanggane, wong tanggane yo podo aeleh, yo ngising ndok kene.. ( W12,S3)