• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percepatan adopsi masyarakat terhadap inovasi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1) inovasi yang ditawarkan yaitu bersifat intrinsik atau melekat pada inovasinya; 2) inovasi baru harus memiliki keunggulan teknis, ekonomis dan budaya; mudah tidaknya dikomunikasikan dan diamati; serta sifat ekstrinsik yang mencakup kesesuaian lingkungan setempat dan tingkat keunggulan relatif dibanding teknologi yang ada sebelumnya. Inovasi secara umum dipahami dalam konteks peribahan perilaku. Inovasi biasanya erat kaitannya dengan lingkungan yang berkarakteristik dinamis dan berkembang. Inovasi merupakan gagasan atau sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap baru dalam perspektif individu maupun komunal yang merupakan satu rangkaian kegiatan proses pembuatan, penawaran jasa atau barang baru dengan beberapa kelebihan dalam hal kemudahan dan peluang pemanfaatnya (Rogers 1995).

Sejak abad ke 7, masyarakat Dayak telah melakukan budidaya tanaman lokal buah-buahan di ladang dan disekitar perkampungan mereka (MacKinnon 2000) seperti durian (Durio spp), nangka (Artocarpus intigra), rotan (Daemonorops sp) dan tumbuhan lain yang digunakan dalam upacara adat. Salah satu jenis tumbuhan lokal yang memiliki nilai ekonomi tingi dan berpotensi besar dalam jumlah maupun luas penyebarannya di kawasan ini adalah gaharu.

Secara umum masyarakat Dayak pedalaman mendapatkan sumber penghidupanya pada hasil berburu atau mengumpul gaharu (Aquilaria

malaccanensis) Soehartono dan Mardiasuti (2003). Kegiatan berladang

memerlukan modal awal berupa biaya dan tenaga yang cukup besar, modal untuk memulai kegiatan berladang biasanya dari hasil mendapatkan gaharu. Intensitas kegiatan mencari gaharu menjadi sangat tinggi karena perburuan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat lokal terkadang, para pengumpul juga sering membawa orang luar (perantau baru) untuk berburu. Hal ini mengakibatkan keberadaan jenis penghasil gaharu alam semakin langka. Saat ini jenis A.

malaccensis telah masuk dalam kategori Appendiks II (langka) menurut CITES,

sehingga ekspor atau perdagangannya dipantau dan dibatasi oleh kuota. Sangat disayangkan sampai saat ini tidak ada sama sekali inisiatif masyarakat untuk membudidayakan tanaman ini.

BAB III

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Karakteristik Demografi Kawasan Pegunungan Muller 3.1.1. Pegunungan Muller

Sebagian besar dari kawasan Pegunungan Muller secara administratif berada di wilayah Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah, (Gambar 3) yang terletak di daerah khatulistiwa berada di bagian utara Kalimantan Tengah, yaitu pada posisi antara 113° 20`– 115° 55` BT dan antara 0°53`48” LS – 0° 46` 06” LU. Kabupaten Murung Raya berbatasan pada sebelah Utara dengan Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, sebelah Timur dengan Kabupaten Barito Utara dan Provinsi Kalimantan Timur, sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Barito Utara Kabupaten Kapuas, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas dan Provinsi Kalimantan Barat.

Kabupaten Murung Raya adalah kabupaten pemekaran dari Kabupaten Barito Utara yang meliputi 5 wilayah kecamatan, yang terdiri dari 116 desa dan 2 kelurahan, Kecamatan U’ut Murung adalah pemekaran dari Kecamatan Sumber Barito dengan luas 1.227 Km², Kecamatan Sumber Barito dengan luas 17.083 Km², Kecamatan Murung dengan luas wilayah 730 Km², Kecamatan Laung Tuhup dengan luas 3.111 Km², Kecamatan Tanah Siang dengan luas 1.549 Km².

Gambar 3. Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah

Penggunaan lahan dan penutupan lahan pada kawasan Pegunungan Muller didominasi oleh cagar alam dan hutan lindung serta kawasan hutan produksi terbatas (Gambar 4). Untuk kepentingan fokus pendidikan konservasi, maka kawasan target dibatasi pada bagian Hulu Pegunungan Muller di 4 (empat) desa yaitu Desa Tumbang Tujang, Desa Tumbang Keramu, Desa Tumbang Olong I dan Desa Tumbang Olong II yang berbatasan langsung dengan kawasan ini di kecamatan U’ut Murung Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah (Pemkab Mura 2006).

3.1.2. Kawasan Kerja Kampanye

a. Demografi dan Populasi

Masyarakat yang menjadi target dari program ini terdiri dari empat desa yaitu Tumbang Tujang, Tumbang Keramu, Tumbang Olong I, Tumbang Olong II di Kecamatan U’ut Murung Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah dengan Total luas 290.012 hektar, dengan jumlah penduduk 2.910 jiwa. Perincian jumlah penduduk di masing-masing desa, terlihat dalam Tabel 1.

Gambar 4. Tata Guna dan Tutupan Lahan Kawasan Pegunungan Muller Sumber : Pokja Heart of Borneo Kalimantan Tengah

Tabel 1. Jumlah Penduduk per Desa dan Kondisi Perekonomian Jenis Kelamin No DESA LK PR Total jlh Penduduk Jumlah KK Gakin 2005 % Gakin % kel petani Pra KS & KS 1 1 Tumbang Olong I, II 1.327 479 1.806 456 51 11,18 15 37 2 Tumbang Keramu 327 285 612 129 46 35,66 17 23 3 Tumbang Tujang 257 235 492 107 67 62,62 19 23

Sumber : BPS Kabupaten Murung Raya dalam Angka 2006b Kepadatan penduduk Kabupaten Murung Raya masih termasuk kategori jarang yaitu 3,65 atau 4 jiwa/ Km2. Kepadatan penduduk jika dibandingkan antar kecamatan, menunjukkan keadaan yang tidak merata. Kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan Murung 29,88 jiwa/Km2, Kecamatan U’ut Murung 12,48 jiwa/Km2. Kecamatan U’ut Murung merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya hanya 0,91 jiwa/ Km2.

Penduduk Kabupaten Murung Raya menyebar dalam suatu wilayah yang relatif luas, dengan ukuran jumlah penduduk relatif kecil. Pada umumnya penduduk bermukim di daerah pedesaan di sepanjang daerah aliran sungai yang ada di masing-masing kecamatan. Penyebaran penduduk antar kecamatan relatif merata, jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Murung yaitu 22 jiwa/Km2. Mayoritas penduduk lokal (lebih dari 90%) adalah suku Dayak beragama Kaharingan, Kristen dan Islam. Penduduk pendatang umumnya dari suku Banjar dan Jawa umumnya beragama Islam.

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Murung Raya sejak tahun 2000-2005 rata-rata 5,58% per tahun yang disebabkan oleh natalitas dan imigrasi. Laju pertumbuhan penduduk per kecamatan berkisar antara 3,56% hingga 9,20%. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Sumber Barito 9,20%, diikuti Kecamatan Murung 6,33% dan U’ut Murung 6,04%. Pertumbuhan penduduk terendah tercatat pada Kecamatan Laung Tuhup 3,56% dan Tanah Siang 4,08%.

b. Ekonomi dan Sosial Budaya

Dilihat dari besarnya kontribusi dari sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB kabupaten, maka perekonomian Kabupaten Murung Raya didominasi oleh tiga sektor yaitu: pertanian, pertambangan dan penggalian serta perdagangan. Pada tahun 2003 ketiga sektor tersebut mampu memberikan

kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Murung Raya masing-masing 41,21%; 21,04% dan 20,21%. Sedangkan kontribusi sektor-sektor lainnya hanya berkisar antara 0,25% hingga 5,66% (Pemkab Mura 2006).

Kegiatan pertanian masyarakat umumnya pertanian padi tadah hujan, perkebunan karet dan perladangan tanaman pangan lainnya. Sektor pertanian masih sangat tergantung pada hutan berupa hasil hutan kayu dan bukan kayu seperti madu, gaharu, rotan dan palem untuk kerajinan serta tanaman obat seperti

Spatholobus ferrugineu dan Drymis pyperita.

Dokumen terkait