• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Perubahan Pengetahuan, Sikap dam Perilaku Masyarakat Pasca Pelaksanaan

5.2.2. Perubahan Sikap

Sikap awal masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya kawasan hutan Pegunungan Muller yang mengakibatkan kerusakan hutan masih sangat masih rendah. Keterlibatan untuk mendukung upaya pelestarian kawasan masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari sikap masyarakat sekitar kawasan yang mengambil sikap diam saja 24,38% dan 20,40% membiarkan saja pelaku perusakan hutan yang mereka lihat karena beranggapan hutan adalah milik bersama. Hanya 4,98% yang berani mengambil tindakan untuk mengusir pelaku perusakan, dan 39,30% menyerahkan persoalan ini kepada pihak aparat desa.

Tabel 8. Perubahan sikap masyarakat.

Perubahan (%)

Permasalahan Sikap

Meningkat Menurun

Diam saja -20,88

Melaporkan ke aparat desa -38,81

Melaporkan ke kepala adat 10,53

Bertindak langsung 6,24

Memberitahukan keluarga 41,94 Terhadap pelaku

perusakan hutan sekitar kawasan Lainnya 0,98 Diam saja -17,03 Melaporkan ke aparat -8,54 Bertindak langsung 1,74 Peringatan 4,63 Hukum adat 9,04 Terhadap pelaku perusakan besar-besaran Lainnya 10,16 Tabel 8 menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :

1) Terjadi perubahan dengan penurunan sebesar 20,88% yang sebelumnya diam saja saat melihat orang lain melakukan penebangan pohon di hutan dan 17,03% untuk pelaku perusakan hutan dengan aksi menebang sebesar-besarnya.

2) Dukungan masyarakat juga meningkat dalam pengambilan keputusan untuk mengambil resiko lebih besar yaitu peningkatan 4,6% berani memberikan peringatan kepada orang yang melakukan penebangan hutan secara besar-besaran. Peranan lembaga adat ternyata berpengaruh pada perubahan sikap, yang ditunjukkan dengan peningkatan sikap penyelesaian masalah melalui hukum adat meningkat 9,04%, sebaliknya kepada lembaga pemerintahan desa terjadi penurunan drastis sebesar 38,81%.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap masyarakat pada upaya pemanfaatan sumberdaya hutan dan pengelolaan hutan yang lestari cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan ketidaksetujuan pada kegiatan pengambilan sumberdaya hutan yang tidak terkendali. Namun pada kegiatan yang terkait dengan kegiatan berladang mereka mayoritas cenderung setuju dengan kegiatan membakar, hal ini terjadi karena pola pertanian tradisional yang masih terus dilakukan. Hal menarik terlihat dari upaya pemanfaatan lahan dengan jenis tumbuhan baru (non lokal) ternyata masyarakat cenderung setuju, hal ini disebabkan pengetahuan yang masih rendah dan minimnya informasi yang didapatkan terkait pelestarian kawasan hutan.

Perubahan sikap lainnya ditunjukkan oleh keterlibatan masyarakat pada pelestarian sumberdaya hutan dikawasan ini juga masih rendah, dimana 59,66% mengatakan sulit untuk melaporkan pelaku penebangan dan 49,43 % mengatakan bahwa adalah hal yang sulit untuk melakukan usaha menjaga dan memanfaatkan hutan sebagai sumber obat tradisional diuraikan pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Perubahan sikap dalam bentuk dukungan pelestarian sumber daya hutan. Melaporkan pelaku penebangan di

kawasan yang dilarang kepada petugas Memanfaatkan hutan sebagai sumber tanaman obat tradisional

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

SIKAP Σ % Σ % Δ Σ % Σ % Δ Sulit 33 18.8 24 13.7 -5.0% 25 14.2 20 11.6 -2.6% Agak sulit 72 40.9 28 16.0 -24.9% 62 35.2 58 33.0 -2.3% Tdk ada pendapat 4 2.3 8 4.6 2.3% 9 5.1 3 1.7 -3.4% Mudah 54 30.7 96 54.3 23.6% 66 37.5 78 44.5 7.0% Sangat mudah 13 7.4 20 11.4 4.0% 14 8.0 16 9.3 1.3%

Perubahan sikap masyarakat dalam : sebelum sesudah Δ

Melaporkan pelaku penebangan di kawasan

yang dilarang kepada 53.41% Sedang 66.82% Baik 13.41%

Memanfaatkan hutan sebagai sumber tanaman

obat tradisional 57.95% Sedang 61.14% Baik 3.18%

R=rendah (21-40%), S=sedang (41-60%), B=baik (61- 80%) dan T=tinggi (>80%).

Budidaya tanaman tahunan juga tidak mendapat dukungan yang baik dari masyarakat, hal ini dikarenakan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan seperti gaharu dan belum melihat penurunan hasil berburu gaharu sebagai bentuk penurunan sumberdaya, sebagian besar masih dari mereka masih beranggapan bahwa jenis tumbuhan ini tidak akan pernah habis. Dukungan

masyarakat terhadap pelestarian hutan cukup tinggi, namun tidak selaras dengan pendapat pada pertanyaan sebelumnya hal ini merupakan gambaran jelas bahwa tingkat pengetahuan yang rendah dan keraguan dalam memahami arti konservasi sebagai upaya pelestarian sekaligus membatasi akses mereka terhadap hutan.

Tingkat penerimaan masyarakat terhadap isu konservasi dapat dilihat dari rendah atau tingginya partisipasi masyarakat dalam kegiatan bersama antara masyarakat sendiri dengan kelompok lain dan lembaga terkait sangat dipengaruhi oleh keselarasan isu dengan sistem sosial masyarakat. Hal tersebut berhubungan erat dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, pengalaman masa lampau dalam mengelola sumberdaya hutan dan keyakinan masyarakat. Wujud dukungan ini terlihat pada bentuk kegiatan yang terkait dengan sistem sosial yang terbangun di lingkungan mereka sendiri seperti kegiatan menanam jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat 69,66% dan mengajak anggota keluarga dalam menjaga kawasan 62,61%. Bentuk kegiatan yang melibatkan banyak orang dan lembaga lain terlihat dengan jelas kurang mendapat dukungan, hal ini memperlihatkan keraguan mereka pada pihak lain meskipun itu adalah kelompok pemerintah 52,50%. Kegiatan kampanye konservasi dikawasan ini telah merubah sikap tidak peduli menjadi peduli dalam hal mengambil konsekuensi yang mengandung resiko, uraian lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Perubahan sikap masyarakat pada pelaku perusakan. Apa yang Anda

lakukan jika melihat orang lain (orang luar) menebang pohon di hutan (%)

Bagaimana sebaiknya jika ada orang yang melakukan penebangan pohon dan merusak secara besar-besaran (%)

Sikap Sebelum Sesudah Δ Sebelum Sesudah Δ

diam saja 24,38 8,29 -16,09 11,61 1,95 -9,66

Melaporkan ke aparat desa 39,30 0,49 -38,81 14,73 6,25 -8,48 Melaporkan kepada Demang Kepala Adat 10,45 20,98 10,53 12,95 12,89 -0,06 Menceritakan pada anggota keluarga 0,50 42,44 41,94

Mengajak penduduk untuk mengusir mereka 4,98 11,22 6,24 8,03 9,77 1,74 Tidak apa karena hutan milik kita bersama 20,40 15,61 -4,79 8,93 1,56 -7,37

JIPEN (denda adat) 12,05 21,09 9,04

Peringatan untuk berhenti melakukan lagi 31,70 36,33 4,63

Melaporkan pelaku penebangan di kawasan yang dilarang 18.75% 40.91% 2.27% 30.68% 7.39% 13.71% 16.00% 54.29% 11.43% 4.57% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Sulit Agak sulit Tdk ada pendapat Mudah Sangat mudah Sebelum

Sesudah

Memanfaatkan hutan sebagai sumber tanaman obat tradisional

14.20% 37.50% 44.51% 5.12% 35.23% 7.95% 32.95% 11.56% 1.73% 9.25% 0% 10% 20% 30% 40% 50%

Sulit Agak sulit Tdk ada pendapat Mudah Sangat mudah

Sebelum Sesudah

Perubahan lain yang terjadi pada sikap masyarakat setelah pelaksanaan kegiatan kampanye adalah bentuk dukungan masyarakat pada pelestarian kawasan meningkat 27,65% dengan semakin proaktifnya masyarakat karena untuk melaporkan pelaku perusakan kawasan hutan, dan perubahan ini didorong oleh meningkatnya pengetahuan tentang pentingnya tanaman obat yang mereka miliki. Masyarakat menyadari bahwa selama ini mereka sangat mudah mendapatkan obat-obatan dari kawasan hutan meskipun memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkannya. Sikap untuk mendukung usaha menanam kembali tanaman obat meningkat sebesar 8,31%, uraian lengkap meningkatnya dukungan masyarakat terhadap pelestarian kawasan dapat dilihat pada gambar 7a dan 7 b.

Gambar 7. Perubahan sikap masyarakat pasca kampanye konservasi dalam (a) Pelaporan pelaku penebangan (b) Pemanfaatan tanaman obat. Proses penyampaian informasi yang baik dan memberikan gambaran konsekuensi yang jelas dari sebuah pilihan mendukung atau menolak tawaran perubahan terjadi melalui transfer informasi dari agen perubahan dan interaksi antar individu dan kelompok yang ada di masyarakat. Perubahan lain yang terjadi pada sikap didukung oleh peningkatan pengetahuan tentang pentingnya tanaman

obat, karena masyarakat menyadari bahwa selama ini mereka sangat mudah mendapatkan obat-obatan dari kawasan hutan meskipun memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkannya, sikap untuk mendukung usaha menanam kembali tanaman obat meningkat sebesar 8,31%.

Menurut Indrawan et al. (2007) salah satu dampak yang harus ada, dan dapat dirasakan oleh masyarakat dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi adalah adanya manfaat (langsung atau tidak langsung) dari kegiatan perlindungan keanekaragaman hayati hutan disekitar kawasan mereka. Kampanye konservasi dilaksanakan untuk memberikan informasi terkait manfaat yang dapat diterima masyarakat dimasa yang akan datang. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan lain yang terbangun pada sikap pada perilaku dengan menolak melakukan kegiatan penanaman tumbuhan yang belum dikenal dari mutu sedang menjadi baik dengan perubahan sebesar 2,95% dan dukungan pada kegiatan menanam jenis tumbuhan lokal yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dapat mengetahui resiko dari perubahan. Uraian lengkap mengenai perubahan sikap masyarakat pada perilaku konservasi diuraikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Perubahan sikap masyarakat pada perilaku konservasi.

Sebelum (%) Sesudah (%) Isu Skor Likert Mutu Skor Likert Mutu Δ (%)

Menebang kayu di hutan secara besar-besaran 85,68 T 86,25 T 0,57 Memanfaatkan hasil hutan lainnya (damar, rotan,

madu) sebebas-bebasnya 78,86 B 78,98 B 0,11

Berburu hewan liar sebebas-bebasnya 80,80 T 81,59 T 0,80

Membuka ladang dengan membakar 48,86 S 50,34 S 1,48

Membuka hutan untuk pemukiman baru 44,43 S 48,75 S 4,32

Membuka jalan baru di tengah hutan 46,02 S 51,14 S 5,11

Menanam jenis tanaman baru (bukan asli) 57,95 S 60,91 B 2,95

Membuang sampah ke dalam sungai 73,52 B 73,86 B 0,34

Menanam tanaman seperti karet, gaharu, dll 46,82 S 68,75 B 21,93 Membatasi jenis, ukuran kayu yang ditebang 78,07 B 73,18 B -4,89 Membatasi mengambil hasil bukan kayu lainnya 77,39 B 77,61 B 0,23 Membatasi cara dan waktu berburu hewan liar 78,64 B 80,57 B 1,93

Manusia harus menjaga kelestarian alam 81,36 T 84,32 T 2,95

R=rendah (21-40%), S=sedang (41-60%), B=baik (61- 80%) dan T=tinggi (>80%).

Konsep konservasi yang telah lama berlaku di masyarakat adalah bahwa kawasan yang memiliki ikatan pada adat dan budaya setempat (Indrawan et al.

2007). Kawasan ini biasanya sangat terjaga kelestariannya karena tatanan yang terbangun berdasarkan sistem kepercayaan yang dianut masyarakat lokal dan adanya larangan dan batasan dalam mengakses sumber daya yang ada di kawasan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari perubahan sikap masyarakat dalam mendukung kegiatan konservasi dengan kepatuhan masyarakat pada hukum adat dalam pengelolaan hutan meningkat 6,82%, dan kesediaan untuk bekerjasama dengan pihak pemerintah juga meningkat sebesar 7,84%. Namun pada kegiatan untuk melakukan penanaman tanaman obat pada lahan pekarangan dan ladang masyarakat tidak mengalami peningkatan, hal ini karena nilai ekonomis yang rendah dan masih sangat mudah didapatkan serta masih banyak tersedia disekitar kawasan. Perubahan sikap dalam tindakan konservasi diuraikan pada Tabel 12. Tabel 12. Perubahan Sikap masyarakat terhadap aksi/tindakan konservasi hutan.

Sebelum (%) Sesudah (%) Isu Skor Likert Mutu Skor Likert Mutu Δ (%)

Patuh kepada hukum adat pengelolaan hutan yang diberlakukan

55,80 S 62,61 B 6,82 Bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk

mengelola hutan lebih baik 52,95 S 60,80 B 7,84

Membangun kelompok di desa untuk menjaga hutan

55,57 S 64,66 B 9,09 Memulai bertanam tanaman obat tradisional di

pekarangan rumah dan di ladang 69,66 B 69,32 B -0,34

Menjaga kelestarian hutan untuk kepentingan

bersama masyarakat desa 52,50 S 55,95 S 3,45

Mengajak keluarga dan saudara untuk menjaga

dan melindungi kawasan hutan 62,61 B 67,13 B 4,51

R=rendah (21-40%), S=sedang (41-60%), B=baik (61- 80%) dan T=tinggi (>80%).

Peningkatan pengetahuan dapat mendorong proses perubahan sikap hal ini namun proses ini memerlukan beberapa kondisi yang dapat mendukung perubahan ke arah yang lebih baik. Salah satu kondisi penting adalah saat masyarakat mengumpulkan informasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang konsekuensi dari perubahan yang dilakukan. Semakin tinggi konsekuensi yang mungkin timbul maka semakin kecil peluang perubahan yang cepat dan tinggi terhadap tawaran perubahan. Hal ini sesuai dengan pedapat Soekartawi (2005) bahwa konsekuensi yang mengandung resiko besar tidak akan mendorong perubahan sikap yang tinggi pada tawaran perubahan.

Perubahan sikap yang terjadi selanjutnya dikelompokkan ke dalam 3 aspek ekologi, sosial dan ekonomi, terlihat bahwa terjadinya perubahan didorong oleh ke tiga aspek tersebut, dengan perubahan yang terjadi dari aspek ekologi sebesar 28,3%, aspek sosial sebesar 54,6% dan ekonomi sebesar 3%, uraian selengkapnya disajikan pada Gambar 8.

me

berarti (28, me

manusia dan alam umumnya menjadi pedoman utama kelompok agama kebathinan. Perubahan sikap dariu aspek ekonomi hanya berubah 3,0%, hal ini menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap sumber daya kawasan hutan akan sangat sulit dipengaruhi jika intoduksi pesan dan inovasi yang ditawarkan tidak mampu mengurangi mata rantai ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya kawasan hutan.

Gambar 8. Gambaran umum perubahan sikap masyarakat setelah kegiatan. Secara umum perubahan sikap setelah kegiatan pendidikan konservasi di kawasan Pegunungan Muller, terlihat bahwa aspek sosial memiliki kecenderungan perubahan yang besar dibanding aspek lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa struktur budaya dan keakraban diantara masyarakat masih sangat kuat (Tabel 8) nperlihatkan ikatan kekeluargaan dan aturn adat masih melekat kuat. Perubahan sikap dari aspek ekologi juga menunjukkan perubahan yang cukup

3%) yang menggambarkan bahwa secara budaya masyarakat dikawasan ini yang beragama Kaharingan adalah kelompok masyarakat yang

Dokumen terkait