• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Perubahan Pengetahuan, Sikap dam Perilaku Masyarakat Pasca Pelaksanaan

5.2.1. Perubahan Pengetahuan

Pengetahuan awal tentang kawasan masih terpusat pada pemenuhan kebutuhan harian terlihat dari jawaban responden pada pertanyaan mengenai manfaat hutan bagi masyarakat, yaitu sebagai tempat hidup hewan dan tumbuhan 24,09%, tempat berladang 20,98%, penghasil kayu 15,28%, tempat berburu 14,51%, menjaga banjir dan longsor 10,62% dan sebagai kawasan tangkapan air 10,10% Tingkat pengetahuan masyarakat tentang konservasi juga bervariasi dimana sebanyak 31,25% mengartikan konservasi sebagai larangan menebang pohon, 29,54% mengatakan reboisasi, 17,61% mengatakan upaya mengelola lahan kosong, 10,80% mengatakan pemanfaatan seperlunya dan 10,80% tidak mengetahui arti konservasi. Sebagian besar masyarakat 85,96% mengatakan konservasi bermanfaat bagi manusia, sedangkan 13,16% mengatakan tidak tahu manfaatnya dan sebanyak 0,88% menyatakan bahwa konservasi tidak bermanfaat. Uraian selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Perubahan pengetahuan masyarakat dibedakan dalam bentuk angka peningkatan (positif) dan angka penurunan (negatif). Perubahan pengetahuan masyarakat setelah pelaksanaan kampanye konservasi dilihat dari jawaban responden terhadap 6 pertanyaan yang terkait manfaat, fungsi kerugian yang dirasakan sebagai akibat dari kerusakan hutan. Pertanyaan juga mensasar pengetahuan masyarakat terhadap kegiatan pelestarian kawasn dan persepsi mengenai konservasi. Uraian lengkap tentang proses penilaian perubahan pengetahuan masyarakat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perubahan pengetahuan masyarakat tentang konservasi kawasan

No Pengetahuan Jawaban Responden

Sebelum

% Sesudah % Δ (%)

1. Menahan dan menjaga banjir, longsor 10,86 10,29 -0,57

Penghasil kayu 15,43 19,43 4,00

Tempat berburu 14,86 12,00 -2,86

Tempat berladang 21,14 17,14 -4,00

Tempat berwisata/berkemah 3,43 5,14 1,71

Tempat hidup hewan, tumbuhan liar 24,00 28,00 4,00 Manfaat

hutan bagi masyarakat

Tempat penyimpanan air 10,29 8,00 -2,29

2. Larangan menebang pohon 31,25 5,11 -26,14

Memanfaatkan hutan seperlunya 10,80 25,57 14,77

Melestarikan hutan dengan menanam 14,20 28,98 14,77

Mengolah lahan/tanah kosong 17,61 13,64 -3,98

Reboisasi 15,34 25,00 9,66

Arti konservasi

Tidak tahu pasti 10,80 1,70 -9,09

3. Bermafaat 85,80 90,34 4,55

Tidak Manfaat konservasi Tahu 13,07 9,09 -3,98

bagi manusia Tidak bermanfaar 1,14 0,57 -0,57

4. Bencana asap 35,08 27,88 -7.20

Bencana banjir 8,47 16,81 8.34

Bencana tanah longsor 7,66 19,03 11.37

Hilangnya sarang lebah madu 7,66 3,54 -4.12

Kesulitan air di musim kemarau 9,68 8,85 -0.83

Meningkatnya suhu udara 4,03 2,65 -1.38

Rusaknya tempat berburu hewan hutan 6,45 13,72 7.27 7.27

Tidak ada kerugiannya 9,68 1,33 -8.35

Tidak tahu 8,06 0,44 -7.62

Lebih mudah membuka ladang baru 1,21 3,54 2.33 Dampak kegiatan membakar di kawasan hutan Menyuburkan ladang 2,02 2,21 0.19

5. Sungai akan kering 17,94 24,40 6.46

Dimusim hujan sungai meluap dan banjir 36,64 38,76 2.12 Air sungai akan kotor dan keruh 33,97 32,06 -1.91

Tidak akan terjadi apa-apa 4,96 0,48 -4.48

Tidak tahu 5,73 3,83 -1.9 Keadaan sungai akibat kerusakan hutan Lainnya 0,76 0,48 -0.28

6. Tidak bisa berburu hewan liar lagi 13,07 17,05 3.98

Tidak bisa berladang lagi 25,57 26,70 1.13

Bencana alam dan wabah penyakit 46,59 50,57 3.98

Tidak akan terjadi apa-apa 4,55 1,70 -2.85

Tidak tahu 9,66 3,41 -6.25 Kerugian bagi masyarakat akibat kerusakan hutan Lainnya 0,57 0,57 0

Selanjutnya, semua pendapat reponden tentang pengetahuan yang dikelompokkan ke dalam 3 aspek ekologi, sosial dan ekonomi maka terlihat bahwa terjadi perubahan pengetahuan mengenai manfaat hutan dari aspek sosial sebesar 1,70%, aspek ekologi sebesar 1,10% dan aspek ekonomi terjadi penurunan sebesar 2,80% (Tabel 6). Hal ini menggambarkan bahwa program kampanye

konservasi dapat merubah sudut pandang masyarakat terhadap hutan. Pengetahuan masyarakat terhadap hutan awalnya terpusat pada sumber daya ekonomi dan kampanye mampu mendorong peningkatan pengetahuan masyarakat menjadi lebih baik yang ditunjukkan dengan peningkatan pengetahuan tentang manfaat kawasan hutan dari aspek lain yaitu ekologi dan sosial.

Perubahan lain mengenai isu konservasi yang disampaikan selama implementasi kampanye mampu merubah persepsi masyarakat menjadi lebih positif yang ditunjukkan oleh penurunan jumlah masyarakat yang beranggapan bahwa konservasi adalah larangan membuka ladang dan pembatasan akses mereka ke dalam hutan sebesar 26,13%. Kecenderungan ini terjadi karena meningkatnya pemahaman masyarakat tentang makna konservasi yang juga memiliki asas pemanfaatan dan pelestarian. Membaiknya persepsi masyarakat terhadap isu konservasi tidak serta merta dapat meyakinkan masyarakat bahwa konservasi akan memberikan manfaat bagi mereka, hal ini terlihat dari peningkatan yang hanya 4,55% yang mengatakan bahwa kegiatan konservasi bermanfaat. Pesan kampanye konservasi dipahami masyarakat sebagai program jangka panjang dan tidak segera memberikan manfaat dalam waktu singkat. Masyarakat di akwasan ini biasanya sangat hati-hati dalam menerima inovasi, biasanya mereka menunggu dan melihat hasil yang didapatkan dari sebuah perubahan. Bila mereka dapat melihat keuntungan dari sebuah inovasi maka biasanya mereka akan sangat cepat menirukannya (Nilasari 2003). Hal ini didukung oleh pendapat Rogers (1995) bahwa kelompok early adaptor adalah kelompok dengan jumlah terkecil dari sebuah komunitas.

Perubahan pengetahuan mengenai dampak negatif kegiatan membakar di lahan perladangan dan kerugian yang mereka rasakan akibat kerusakan hutan. Terjadi peningkatan pengetahuan pada aspek ekologi dan ekonomi, dan menurunnya jumlah yang sebelumnya mengatakan tidak tahu. Perubahan lain yang terjadi setelah kampanye mengenai keadaan sungai akibat kerusakan hutan, menunjukkan peningkatan pengetahuan dari aspek ekologi sebesar 6,67% dan penurunan dari aspek ekonomi sebesar 6,39%.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa umumnya perubahan pengetahuan terjadi akibat menurunnya kelompok masyarakat yang tidak tahu dan atau tidak

berpendapat menjadi mampu menjawab, dengan peningkatan sebesar 5,3%. Uraian lengkap mengenai perubahan pengetahuan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Perubahan pengetahuan masyarakat

Perubahan (%)

No Isu Tanggapan responden

Meningkat Menurun

1 Ekologi 1,10

Sosial Manfaat hutan 1,70

Ekonomi 2,80

2 Arti konservasi Ekologi 20,45

Sosial 26,13

Ekonomi 14,77

3 Ekologi 10,30

Sosial 0 Dampak membakar lahan

Ekonomi 5,67

4 Ekologi 3,98

Sosial 0 Kerugian akibat kerusakan hutan

Ekonomi 5,12

5 Ekologi 6,67

Sosial 0 Keadaan sungai akibat kerusakan hutan

Ekonomi 6,39

6 Manfaat konservasi Bermanfaat 4,55

Tidak bermanfaat 0,57

Tidak tahu 3,98

Perubahan pengetahuan masyarakat untuk 5 pertanyaan yang dikelompokkan dalam 3 aspek (ekologi, sosial dan ekonomi) lebih lanjut dapat dijelaskan dari aspek sosial terjadi perubahan sebesar 17,10%, aspek ekologi sebesar 8,50% dan aspek ekonomi sebesar 3,30% disajikan pada Gambar 6.

Meskipun pengetahuan masyarakat pada isu dampak membakar dari aspek ekologi meningkat 10,3% (lihat tabel 5) namun jika dikaitkan dengan himbauan pemerintah daerah tentang pembatasan dan larangan kegiatan membakar lahan dalam membuka ladang ternyata hanya 3,8% masyarakat yang mentaati peraturan Gubernur. Sebaliknya terjadi peningkatan drastis sebesar 28,3% yang memilih tetap melakukan pembakaran lahan dengan alasan tidak memiliki cara lain yang lebih mudah dan murah. Meskipun sosialisi dan pengawasan dari pelaksanaan peraturan ini gencar dilakukan namun masyarakat tetap melakukan kegiatan membakar, terdapat hanya 7,5% diantaranya yang mau menerapkan sistem perladangan tanpa membakar pada Tabel 7.

Tabel 7. Tanggapan terhadap Peraturan Gubernur tentang larangan membakar

Persentase (%)

Uraian Jawaban Responden

Sebelum Sesudah Δ

Mengikuti seruan Gubernur 3,16 6,92 3,8

Mengolah lahan dengan tidak membakar 0,00 7,55 7,5 Tetap membakar karena tdk ada cara lain 91,77 63,52 -28,3

Tidak tahu 3,80 9,43 5,6

Untuk sementara tidak menanam padi 3,16 11,95 8,8 Tanggapan masyarakat terhadap Peraturan Gubernur No. 76,77 Thn 2005 Tentang : larangan membakar

lahan Alasan lainnya 0,00 0,63 0,6

Kondisi ini menggambarkan bahwa meskipun sosialisasi dan pengawasan telah dilakukan secara intensif sebuah peraturan tidaklah efektif jika pilihan untuk berubah tidak tersedia. Umumnya setelah kegiatan kampanye pengetahuan masyarakat mengenai dampak negatif dari kegiatan yang merusak kawasan hutan meningkat baik dari aspek lingkungan (ekologi) dan aspek pemanfaatan (ekonomi). Menurut Indrawan et al. (2007), salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk melindungi keanekaragaman hayati sebuah kawasan adalah dengan penegakan hukum yang mengatur tata guna lahan berupa pembatasan luas serta akses dan pemanfaatan lahan. Ketidakpatuhan yang terjadi di masyarakat pada aturan larangan membakar dikarenakan tidak adanya pilihan dan minimnya peralatan dan teknologi yang mereka dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sekitar kawasan masih sangat tergantung dengan sumber daya kawasan hutan.

Dokumen terkait