• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENDAMPINGAN PASTORAL ORANG SAKIT DI RUMAH

E. Penggunaan Sarana Dalam Pelaksanaan Pendampingan

2. Buku-buku Rohani

Dalam pendampingan, Tim pastoral menyediakan buku bacaan rohani maupun majalah bagi pasien yang mempunyai minat untuk membaca. Tim pastoral memberikan buku bacaan kepada pasien maupun keluarga secara bergantian. Dengan cara ini, pasien dibantu dalam proses penyembuhan dengan meningkatkan semangat hidup lewat bacaan rohani yang mereka pilih. Hal ini membuat mereka lebih optimis dalam menghadapi derita dan mampu memaknai segala pengalaman waktu sakit.

3. Ruangan Ibadat

Sarana lain yang digunakan untuk kebutuhan rohani pasien maupun keluarga pasien rawat inap RSE adalah ruangan ibadat yang terdiri dari Kapel RSE untuk umat Kristiani, ruang sembahyang untuk saudara-saudari Muslim dan ruang kerohanian.

Ruang kerohanian digunakan oleh Tim pastoral untuk pendampingan rohani terhadap pasien maupun keluarga yang membutuhkan pendampingan khusus. Dalam hal ini, berlaku untuk pasien yang dimungkinkan dan diijinkan keluar dari ruangan rawat inap. Ruangan ini juga digunakan untuk pendampingan lanjutan bagi pasien rawat jalan yang masih membutuhkan pendampingan.

Adalah suatu kebahagiaan dan syukur ketika mendapat kesempatan ambil bagian dalam perutusan Gereja, khususnya berada di antara orang-orang sakit. Suatu keyakinan dalam diri, bahwa pelayanan terhadap Tuhan terwujud ketika dapat melayani orang-orang yang paling membutuhkan. Panggilan Tim pastoral orang sakit, diyakini oleh para anggota Tim sebagai suatu panggilan yang mulia. Pendampingan terhadap saudara-saudari yang menderita sakit menjadi suatu kesempatan melayani Tuhan secara konkrit dalam diri saudara-saudari yang sakit.

Orang sakit mendapat perhatian dan cinta yang istimewa dari-Nya. Maka sudah sepantasnya bila dalam pendampingan, orang sakit tidak hanya dipandang sebagai pribadi yang perlu dikasihani, tetapi sebaliknya mereka dipandang sebagai pribadi yang layak dicintai.

Pendampingan terhadap pasien yang ada di RSE, menjadi kesempatan istimewa untuk merenungkan dan melaksanakan ajaran cinta kasih Kristus. Sabda Yesus menjadi dasar dan kekuatan dalam pendampingan ini. Yesus Kristus yang sedemikian mulia turun mengambil rupa manusia yang menderita dan bersengsara. Apa yang disabdakan Yesus dalam penghakiman terakhir (Mat 25:35) ”ketika Aku sakit kamu melawat Aku” menjadi keyakinan tersendiri bagi Tim untuk melayani Tuhan dalam diri orang yang menderita sakit. Bagi Tim pastoral orang sakit, secara khusus para suster FSE, pendampingan terhadap orang sakit adalah kesempatan untuk menghayati Kharisma Kongregasi dan spiritualitas dalam aksi yang nyata. Mereka dibantu hari demi hari memahami makna dari panggilan mereka sebagai suster FSE. Melaksanakan pendampingan kepada orang sakit tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi mengandalkan daya kasih Kristus yang sedemikian besar. Kerinduan terdalam para anggota Tim adalah menghantar saudara-saudari kepada

Kristus. Untuk ini Tim pastoral berjuang agar dapat mewujudkannya lewat pelayanan dan kesaksian hidup mereka.

Tim pastoral dididik menjadi pribadi yang rendah hati dan penuh empati. Mereka tetap berjuang untuk menjadikan kehendak pribadi menjadi kehendak Allah. Keteladanan St. Fransiskus Asisi dan St. Elisabeth Hongaria meninggalkan kenikmatan dunia demi cinta pada Kristus menjadi motivasi bagi Tim pastoral untuk tetap melangkah mendampingi orang sakit khususnya dalam hal iman.

St. Fransiskus dan St. Elisabeth dalam mendampingi saudara-saudari yang sakit sungguh mampu menemukan Kristus dalam diri orang yang sakit. Keteladanan ini tetap diperjuangkan agar pendamping pastoral tidak mudah menyerah ketika menghadapi situasi-situasi sulit dalam pendampingan mereka terhadap orang sakit. Dalam pendampingan terhadap orang sakit, Tim pastoral berusaha membawa kegembiraan yang dihayati dalam hidup. Kegembiraan sejati, membantu orang sakit melihat suatu harapan akan kasih Allah yang tidak terbatas oleh situasi apapun. Kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pendampingan terhadap pasien maupun keluarga menjadi suatu kesempatan untuk memperbaharui diri. Tim pastoral harus menyediakan waktu untuk merefleksikan diri dalam pendampingan sehingga tetap mempunyai kekuatan dalam pelayanan. Hidup di hadirat Allah dan pelayanan kepada sesama menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi.

Keberhasilan dalam pendampingan dilihat sebagai karya Tuhan yang mulia yang berkenan memberikan daya-Nya sehingga orang sakit memperoleh kekuatan. Mereka tetap didampingi agar mempunyai harapan akan kasih.

Derita tidak mampu memisahkan mereka dari cinta akan Tuhan. Fransiskus Asisi bahkan meyakini bahwa, ”kerapuhan tubuh di dunia ini justru menyelamatkan

kita dan memperoleh pahala besar bila menanggungnya dengan sabar” (SEKAFI, 1997:104). Bagi Tim pastoral orang sakit, kesetiaan sebagai teman orang-orang menderita menjadi suatu kebahagiaan tersendiri. Setia mendampingi dan mendoakan menjadi bagian hidup mereka. Tim pastoral orang sakit merasakan bahwa diri mereka sungguh dekat dengan Kristus yang menderita. Mereka juga disiapkan untuk mampu menghadapi kenyataan hidup dan tetap yakin akan cinta Tuhan pada mereka.

Hidup dihayati sebagai suatu pejiarahan menuju tempat abadi. Segala sesuatu yang dimiliki sifatnya hanya sementara, maka sedapat mungkin segalanya diabdikan pada sesama. Tuhan sudah terlebih dahulu mencintai, maka tidak ada alasan untuk tidak berbagi cinta itu kepada sesama. Kalau St. Elisabeth mengatakan; ”Kita berhutang pada mereka yang menderita sakit”, maka Tim pastoral senantiasa berjuang untuk melunasi utang itu hingga saudara maut jasmani tiba.

G. Pendampingan Untuk Tim Pastoral Orang Sakit

Dalam kenyataan hidup tidak ada manusia yang lepas dari permasalahan. Setiap orang pernah mempunyai masalah sekalipun bentuknya berbeda-beda. Diharapkan setiap orang pertama-tama mampu mendampingi diri sendiri. Namun setiap orang juga membutuhkan pendampingan dari orang lain. Tim pastoral sebagai pendamping bagi orang sakit juga membutuhkan pendampingan dalam hal-hal tertentu yang dapat membantu mereka dalam tugas pendampingan. Maka pada bagian ini akan dibahas mengenai pentingnya pendampingan untuk Tim Pastoral orang sakit dan tujuan pendampingan terhadap Tim pastoral orang sakit.

Tim pastoral orang sakit bukanlah orang yang sempurna, tetapi orang yang berjuang melayani sesama dalam pelayanan mereka. Mereka ada bersama orang sakit dalam segala pergulatan hidup orang yang didampingi dan pergulatan diri mereka masing-masing. Tim pastoral mendampingi orang-orang yang diutamakan oleh Kristus dalam hidup-Nya. Gereja secara umum memberi perhatian pada orang-orang yang menderita antara lain orang sakit. Mereka didampingi dan dilayani dengan penuh cinta dan kasih persaudaraan.

Medan pelayanan dalam pendampingan Tim pastoral sedemikian kompleks, seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Maka Tim pastoral sangat membutuhkan kemampuan-kemampuan yang mendukung mereka dalam pendampingan. Selain ketrampilan dalam hal mendampingi, mereka juga butuh semangat dalam tugas pendampingan yang secara terus menerus harus tetap dibina dan dikembangkan. Hal ini menunjukkan pentingnya pendampingan terhadap Tim pastoral orang sakit.

Dokumen terkait