• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bulan Agustus 2014

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2014 KATA PENGANTAR (Halaman 112-128)

Realisasi No. Tahun Sasaran SL-PTT

2) Bulan Agustus 2014

pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Jagung “Kebijakan

Pengembangan Jagung Nasional” yang dilaksanakan pada tanggal

12–14 Agustus 2014 di Hotel Mitra Bandung. FGD Kebijakan Pengembangan Jagung Nasional ini dihadiri oleh: Rektor Universitas Padjajaran, Direktur Pasca Panen Ditjen Tan. Pangan, Direktur Perbenihan Ditjen Tan. Pangan, Direktur Pemasaran Domestik Ditjen PPHP, Direktur Pakan Ternak Ditjen Nakkeswan, Kapus Data dan

104 Direktorat Budidaya Serealia Informasi Kementan, Kapus Litbangtan Kementan, Kepala Balitser Maros, Kapus Distribusi dan Cadangan Pangan BKP, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulsel, Sulut, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tenggara, OKU Timur, Cianjur, Grobogan, Pamekasan, Sumbawa, Nagekeo, Kota Waringin Barat, Muna, Sigi, Gorontalo Utara, Berau, serta Direktur Utama PT. Golden Indonesia Seed, Direktur PisAgro, Ketua Asosiasi Peternak Lokal Jawa Timur dan juga bapak Dr. Ir. Farid A. Bahar, M.Sc. Beberapa pokok kesimpulan dari FGD kebijakan Pengembangan Jagung Nasional dapat dilaporkan sebagai berikut :

a) Berkaitan dengan rancangan implementasi Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan pengembangan kawasan jagung ada beberapa hal yang menjadi catatan yaitu: - Perlu ada kriteria penentuan baik untuk petani pelaksana

maupun lokasi kegiatan GP-PTT jagung agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat menghasilkan output yang optimal sehingga berdampak positif bagi perkembangan jagung nasional. Diharapkan agar penentuan lokasi GP-PTT jagung adalah lokasi yang memadai dan memiliki infrastruktur yang memadai dan dilaksanakan oleh para petani yang sudah terbiasa menanam jagung hibrida.

- Dalam pemanfaatan benih jagung hibrida untuk kegiatan GP-PTT, diharapkan adanya kajian terhadap patokan harga minimum jagung hibrida agar benih jagung hibrida yang digunakan merupakan benih jagung yang berkualitas dan berpotensi untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Selain itu perlu dilakukan pembinaan terhadap penangkar benih di tingkat lokal.

- Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan GP-PTT jagung diharapkan adanya dukungan dari penyuluh pertanian (PPL) untuk menyampaikan teknologi hasil inovasi baik penggunaan varietas, teknik budidaya, penanganan pasca panen yang sudah tersedia sehingga petani dapat mengadopsi ke tingkat lapangan. Selain itu diperlukan juga pelatihan berjenjang bagi pemandu lapangan PTT dan penyediaan materi pendukung untuk kesuksesan kegiatan GP-PTT jagung.

b) Dalam hal Verifikasi Kebutuhan Jagung Domestik catatan yang diambil ialah: Berdasarkan informasi dari KADIN dengan menggunakan data yang dikeluarkan oleh USDA kebutuhan jagung

Direktorat Budidaya Serealia 105

nasional adalah 17,79 juta ton dengan rincian: 7,37 juta ton untuk industri pakan, 5,45 juta ton untuk konsumsi, 4,96 juta ton bagi peternak lokal yang memanfaatkan “self mixing” untuk pembuatan pakan untuk ayam. Disisi lain, hasil survey yang dilakukan oleh Pusdatin yang mengambil sampel di 5 provinsi (Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur) memperkirakan bahwa kebutuhan jagung untuk peternak ayam buras, ayam petelur dan itik adalah sebesar 3,31 juta ton. Selain itu, kebutuhan jagung yang lain ialah untuk bahan baku industri makanan. Salah satunya dalah industri bihun jagung yang memiliki prospek sangat besar namun mengalami kesulitan dalam hal penyediaan bahan baku pati jagung. Sektor ini mengharapkan adanya investor ataupun campur tangan pemerintah untuk membangun pabrik pati jagung untuk mendukung produksi bihun jagung.

c) Dukungan dari pihak perguruan tinggi dan swasta untuk mengembangkan jagung sudah dilakukan oleh Universitas Padjajaran dan PisAgro. Universitas Padjajaran merupakan salah satu perguruan tinggi yang sangat konsen terhadap pengembangan jagung nasional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa riset yang dilakukan oleh UNPAD terutama penemuan varietas unggul baru (VUB). Bahkan, UNPAD akan membuat program pengembangan jagung yang komprehensif, perakitan varietas jagung yang toleran terhadap lingkungan yang sub-optimal (baik stress biotic maupun abiotic), uji multi lokasi dan pelepasan varietas pada tahun 2015 dan sistem budidaya jagung dengan pola tanam dan jarak tanam yang sesuai.

d) Dukungan PisAgro dalam hal pengembangan jagung nasional ialah melalui program kemitraan dengan petani antara lain berupa pelatihan petani di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Besar, Aceh Tamiang, Lombok, Blora, Grobogan, Kudus dan Demak serta melaksanakan program percontohan Micro-Finance antara BRI dengan Monsanto dan antara Syngenta dengan Cargil yang dilakukan di Kabupaten Mojokerto dan Kediri dengan melibatkan 100 orang petani.

f. Pertemuan Koordinasi Kemitraan serealia Lain

Pertemuan koordinasi kemitraan pengembangan serealia lain pada 15 – 17 Oktober 2014 di Hotel Lombok Garden, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pertemuan Koordinasi dibuka oleh Direktur Budidaya Serealia mewakili Direktur Jenderal Tanaman Pangan,dan dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat, perwakilan dari instansi terkait baik pusat maupun daerah antara lain; perwakilan Kemenko

106 Direktorat Budidaya Serealia Bidang Perekonomian, Perguruan Tinggi (Universitas Mataram), Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, Perwakilan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan daerahpengembangan sorgum dan gandum tahun 2015, instansi terkait/stakeholder lainnya. Hasil Koordinasi kemitraan pengembangan serealia lain dapat dilaporkan sebagai berikut :

1) Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Direktorat Budidaya Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian/Lembaga/instansi terkait serta Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten berkewajiban untuk membina, memantau dan memberikan fasilitasi, mediasi dan melakukan pengawalan, serta monitoring terhadap kegiatan atau budidaya sorgum gandum hotong jewawut baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan kelompok tani.

2) Potensi lahan kering untuk pengembangan komoditas sorgum di masing-masing daerah sentra perlu di inventarisir kembali dan diupayakan tidak mengganggu lahan pertanaman padi, jagung dan kedelai, karena fokus pemerintah sampai saat ini masih kepada PJK, 3) Untuk pengembangan sorgum dan gandum kedepan tetap harus

didasari oleh acuan roadmap sorgum dan roadmap gandum yang telah disepakati dan bersinergi dengan instansi terkait.

4) Perlu dibentuk daerah percontohan dibeberapa provinsi dan kabupaten sentra pengembangan sorgum yang dilengkapi dengan alat pasca panen (alat perontok, alat penyosoh, alat penepung, alat pengayak) untuk menjadi tepung, yang dibina oleh Dinas Pertanian setempat, Dinas Perindustrian, Dinas Koperasi, swasta, atau Pemda provinsi dan kabupaten setempat.

5) Perkembangan sektor hulu (budidaya sorgum/gandum/hotong/jewawut dan ketersediaan benih) sangat tergantung kepada sektor hilir, apabila sektor hilir (industri pangan, pakan, dan energi) tidak jalan maka sektor hulu akan ikut terhambat. Oleh karena itu dalam pertemuan ini diharapkan adanya solusi bersama untuk saling bersinergi antara pusat, daerah dan swasta, saling berkontribusi berbagi peran dan tanggung jawab sehingga agribisnis komoditi serealia lain dari hulu sampai hilir dapat terwujud.

6) Kita tidak dapat bekerja sendiri-sendiri, namun harus saling berkoordinasi dan kerjasama yang sinergis dengan instansi terkait baik di pusat maupun di daerah hal inilah yang merupakan faktor utama yang harus kita lakukan, sehingga permasalahan mengenai benih, penampungan hasil/pasar dan prosesing bukan merupakan kendala, karena telah kita rancang sejak awal.

7) Impor gandum sampai saat ini sudah mencapai 7 juta ton per tahun, setiap tahun impor gandum akan terus bertambah, pemerintah sudah

Direktorat Budidaya Serealia 107

seharusnya tidak membiarkan impor gandum terus bertambah, harus ada upaya pengembangan budidaya gandum untuk menghidupkan industri kecil dan menengah yang dapat menghasilkan tepung dari gandum hasil budidaya dalam negeri. Oleh sebab itu perlu dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah Pusat, Provinsi, dan Daerah (Kabupaten), stakeholder/swasta serta instansi terkait lainnya.

8) Sesuai hasil pembahasan RKAKL pada tahun 2015 dukungan pusat/Direktorat Budidaya Serealia, Ditjen Tanaman Pangan terhadap komoditi serealia lain berupa:

- Fasilitasi Pertemuan Kemitraaan serealia lain di 12 Provinsi sentra sorgum, gandum, hotong/jewawut (Dana APBN Dekon)

- Gerakan tanam/panen serealia lain (gandum, sorgum, hotong, jewawut) di 4 provinsi yaitu; Nusa Tenggara Timur (sorgum), Jawa Timur/Lamongan (gandum), Maluku/pulau Buru (Hotong) dan Sulawesi Barat/Polewali Mandar (Jewawut).

- Kegiatan Demfarm, masing-masing 10 ha (APBN Tugas Pembantuan) dilaksanakan di 5 provinsi yaitu Bengkulu/Kab. Rejang Lebong (jewawut), Jawa Tengah/Demak(sorgum),Sulawesi Selatan/Bone (sorgum), Sulawesi Barat/Polewali Mandar(jewawut) dan NTT (sorgum).

9) Sesuai kesepakatan dalam rapat bahwa pihak swasta / pengusaha yang hadir pada pertemuan evalusi serealia lain di NTB, siap mengawal dan mengopkup hasil panen petani sorgum di 5 provinsi tersebut, sehingga kualitas dan kuantitas serta produksi dapat lebih dipantau. Selain itu pengembangan sorgum dapat berkembang melalui pola kemitraan, sehingga pendanaannya yang akan datang tidak harus dari pemerintah.

10) Pengembangan sorgum baik yang dilakukan pemerintah, swasta, kelompok tani agar memperhatikan kebutuhan pasar, sorgum apa yang diinginkan pasar, apakah untuk pangan, pakan, atau bioetanol, sehingga dapat direkomendasilkan varietas varietas dari green shorgum atau sweet sorgum.

11) Untuk mendukung pengembangan dan kemitraan sorgum Indonesia , berdasarkan hasil pembahasan telah disusun wadah Asosiasi Sorgum Indonesia yang diberi nama AASI (Asosiasi Agribisnis Sorgum Indonesia) yang beranggotakan instansi terkait di pusat dan di daerah, Litbang, Perguruan Tinggi, serta swasta yang bergerak dalam agribisnis sorgum. Maksud dan Tujuan dibentuknya AASI (Asosiasi Agribisnis Sorgum Indonesia) adalah sebagai; 1). Sarana komunikasi dan informasi untuk mewujudkan pengembangan dan kemitraan sorgum mendukung kedaulatan pangan dan diversifikasi pangan, 2).

108 Direktorat Budidaya Serealia Membantu kelompok tani dalam penampungan dan pemasaran hasil, 3). Mengembangkan agribisnis sorgum dan menghidupkan industri kecil dan menengah tepung sorgum, industri pakan/ ternak, 4). Membantu pemerintah dan petani dalam penyediaan bahan baku sorgum untuk pangan, pakan dan bioetanol.

12) Hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah adalah menarik investor untuk mengembangkan agribisnis sorgum, gandum, hotong, jewawutbaik dari aspek pakan sehingga agribisnis serealia lain dapat terus berkembang ke depan diharapkan dapat menunjang percepatan diversifikasi pangan, untuk itu diperlukan sosialisasi dan promosi dari instansi terkait di pusat dan daerah untuk menarik investor.

13) Permasalahan pengembangan sorgum dan gandum adalah belum adanya percontohan mulai dari aspek budidaya sampai dengan industri tepung (sinergi hulu sampai hilir) dengan harga yang layak/menguntungkan kelompok tani dan menguntungkan pengusaha UKM. Fungsi pemerintah pusat atau daerah hanya sebagai mediator, motivator dan fasilitator terutama dalam penyediaan alat penyosoh, alat penepung, alat pengayak tepung dan gudang penyimpanan yang memenuhi syarat, untuk menghasilkan tepung berkualitas sesuai standar konsumen.

g. Pertemuan Evaluasi Pengembangan Serealia Lain

Dalam upaya mendukung program diversifikasi pangan (Perpres No. 22 Tahun 2009) dan sesuai dengan kunci sukses Kementerian Pertanian, yang tertuang dalam Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, melalui Direktorat Budidaya Serealia telah melaksanakan Pertemuan Koordinasi Pengembangan Komoditas Serealia Lainnya (Gandum, Sorgum, Hotong dan Jewawut). Pertemuan dilaksanakan pada 28 – 30 Agustus 2014 bertempat di Makassar Golden Hotel, Sulawesi Selatan.

Pertemuan dibuka oleh Direktur Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dihadiri oleh undangan antara lain perwakilan dari: 1) Asisten Deputi Urusan Pangan Kemenko Perekonomian; 2) Kapuslitbangtan Bogor; 3) Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi dan Kabupaten se-Sulawesi Selatan yang merupakan daerah peluang pengembangan komoditas Serealia Lain, 4). KADIN; 5) Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros; 6) BKP; 7) Prof. Sania Saenong (Direktorat Jenderal PSP); 8) P2HP; 9) UNAND; 10) UKSW; 11) Pengusaha/swasta (PT.Batan Teknologi), (PT. INUKI); PT. Berdikari; PT.Fortuna dan PT. Bogasari);12) Kelompok tani yang terkait dengan agri

Direktorat Budidaya Serealia 109

bisnis komoditas serealia lain, serta undangan lainnya. Hasil Pertemuan dapat dilaporkan sebagai berikut:

1) Ketergantungan sumber pangan pokok masyarakat Indonesia terhadap beras masih sangat tinggi, untuk menurunkan konsumsi beras (1,5 %/tahun) dan mengurangi konsumsi terigu dari impor diperlukan substitusi sumber karbohidrat yang lain yaitu sorgum dan gandum. Sudah saatnya sumber pangan alternatif tersebut mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat dan daerah,baik dari aspek budidaya/produksi, alat pasca panen dan pemasaran hasil. Dengan berkembangnya komoditas tersebut diharapkan ketergantungan terhadap beras sebagai sumber bahan pangan pokok menjadi berkurang, sehingga beban peningkatan produksi beras menjadi lebih ringan, dengan demikian program mengurangi konsumsi beras tercapai.

2) Menko Perekonomian sangat mendukung program Pengembangan Gandum Nasional. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan ketersediaan gandum dan untuk menghindari terjadinya pengaruh iklim global yang dapat menggagalkan imporgandum.Dalam pengembangan komoditas tersebut diharapkan seluruh sektor dapat berperan aktif yang didukung dengan adanya kebijakan yang jelas dalam pengembangan gandum mulai dari hulu, on farm, dan hilir. 3) Pengembangan komoditas serealia lain (sorgum, gandum, jewawut

dan hotong) perlu terus didukung dan ditingkatkan melalui peningkatan produksi dan produktivitas, dengan memanfaatkan lahan-lahan kering/lahan-lahan terlantar, terutama di daerah sentra produksi seperti; Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, NTT, Sumatera Barat, dan Aceh. Hal ini dikaitkan dengan tersedianya berbagai varitas pelepasan benih gandum dan sorgum yang telah dilakukan oleh Balitserealia, Maros.

4) Beberapa contoh pola kemitraan komoditas serealia lain yang telah terjalin di selama ini di beberapa propinsi antara lain :

- Provinsi DI Yogyakarta (kabupaten Bantul dan Gunung Kidul), PT Silva melakukankemitraan dengan petani, yaitu dengan menyediakan sarana produksi untuk budidaya sorgum, kemudian hasilnya akan diambil oleh PT Silva.

- Provinsi Jawa Tengah (kabupaten Banjarnegara), Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah memberikan benih dan saprodi (APBD)

110 Direktorat Budidaya Serealia kepada kelompok tani, hasil panennya dibeli oleh pengusaha pengolahan makanan.

- Provinsi Jawa Timur, Kelompok tani membeli benih dan saprodi sendiri (swadaya), hasil panen sorgum dibeli oleh perusahaan/swasta.

- Provinsi Sulawesi Selatan,PT. Semen Tonasa memberikan bansos berupa benih dan saprodi full paket kepada petani yang membudidayakan gandum seluas 50 ha di Kabupaten Maros, Pangkep, Barru dan Wajo. Kemudian hasilnya berupa biji akan diolah sebagai tepung, sedangkan sekamnya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran semen, pengganti batu bara. Dan PT. Petrokimia memberikan bansos benih dan saprodi full paket kepada kelompok tani pada areal seluas 5 ha di Kabupaten Bone, hasil panennya dikonsumsi dan sebagian dijual.

5) Tingginya minat pengusaha/swasta, BUMN dan kelompok tani terhadappengembangan budidaya komoditas serealia lain, menghadapi kendala antara lain : a) Belum adanya alat/mesin pengolahan pasca penen; b) Belum tersedianya benih bermutu dalam jumlah yang cukup, c) Belum adanya jaminan harga dan pasar yang dapat menampung hasil panen petani. Untuk itu Direktorat Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah memfasilitasi pertemuan kemitraan bersama stakeholder, kelompok tani dan instansi terkait, sehingga dapat ditemukan solusi/upaya tindaklanjut yang harus dilakukan.

6) PT.Fortuna dan PT.Berdikari sangat membutuhkan pakan ternak berbentuk xylase yang berasal bahan baku sorgum, karena secara kualitas pakan dari sorgum dapat meningkatkan bobot sapi lebih baik dibanding jagung.Sehubungan dengan banyaknya permintaan sorgum untuk bahan baku berbasis tepung dan pakan ternak, bahan baku industri minuman, bumbu masak dan sebagai media tumbuh jamur merang, menunjukkan bahwa budidaya komoditi sorgum di Indonesia perlu terus dikembangkan.

7) Dalam pengembangan gandum dan sorgum di Indonesia agar pengembangannya terarah dan jelas maka di perlukan membuat suatu Roadmap yang mencakup peta mulai dari hulu, on farm, hilir hingga pemasarannya.

8) Diperlukan dukungan instansi terkait di Pusat dan di Daerah (Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten) dalam pengembangankomoditas serealia lain melalui; 1) kegiatan koordinasi dengan instansi terkait lintas sektor,2) sosialisasi, promosi dan demontrasi/demplot, 3) Penyediaanbenih bermutu melalui penangkaran/perbanyakan benih, 4).Penyediaan alat/mesin pasca

Direktorat Budidaya Serealia 111

panen, serta 5). Menumbuh kembangkan kemitraan usaha antara petani dan swasta/pengusaha.

9) Sorgum sebagai bahan pakan, sudah terbukti dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas susu sapi dan menambah bobot badan sapi perah, sehingga permintaan sorgum sebagai bahan baku pakan terutama di pulau Jawa sudah mulai meningkat. Namun Masyarakat belum banyak yang mengetahui manfaat dan khasiat sorgum, baik untuk pakan ternak maupun sebagai pangan alternatif yang mempunyai nilai gizi lebih baik dari beras dan jagung, sehingga masih diperlukan sosialisasi dan promosi yang lebih intensif di tingkat lapang.

10) Dalam rangka mendukung ketahanan pangan, pada masa mendatang Pemerintah dan dunia usaha perlu mengupayakan ketersediaan bahan baku tepung dari dalam negeri melalui pengembangan budidaya komoditas sorgum dan gandum, untuk mengantisipasi apabila terjadi pengaruh iklim pemanasan global (global warming), yang dapat menggagalkan impor gandum.

11) Secara umum Provinsi Sulawesi Selatan berpotensi untuk pengembangan tanaman serealia lain. Hal ini ditunjukkan dengan kabupaten yang berpotensi untuk pengembangan tanaman sorgum yaitu Sidrap, Pinrang, Soppeng, dan Maros; untuk Jewawut di kabupaten Enrekang, Pinrang, Maros, Soppeng dan Wajo; sedangkan Gandum berpotensi dikembangkan di kabupaten Gowa (Malino), di kaki gunung Latimojong yang mempunyai ketinggian > 800 mdpl. 12) Sampai saat ini kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan masih

fokus pada pencapaian swasembada padi dan surplus 10 juta ton beras, jagung dan kedelai. Oleh sebab itu anggaran bansos sebagian besar diarahkan untuk pengembangan ketiga komoditas tersebut, sedangkan untuk pengembangan tanaman serealia lain hanya berupa fasilitasi pertemuan antara daerah sentra, stakeholder terkait, perguruan tinggi dan swasta.

13) Untuk Tahun 2015 disamping kegiatan pertemuan, difasilitasi juga dengan gerakan tanam/panen di daerah sentra seperti gandum di Pasuruan (Jawa Timur), sorgum di Lamongan (Jawa Tengah), Jewawut di Polewalimandar (Sulawesi Barat) dan Hotong di Pulau Buru (Maluku). Hal ini akan lebih baik lagi bila disinergikan dengan dukungan alsintan dari Direktorat Pasca Panen. Untuk mendukung hal tersebut, diharapkan daerah-daerah sentra dapat menyediakan lahan ±100 ha, sedangkan benih disiapkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Puslitbangtan) dalam hal ini Balitser Maros sekaligus untuk mengembangkan varietas-varietas yang sudah dilepas. Sedangkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

112 Direktorat Budidaya Serealia memfasilitasi pertemuan koordinasi antara petani dan kabupaten sentra tanaman serealia lain; stakeholder yang terkait serta pengusaha (off taker) tanaman serealia lain. Untuk varietas jewawut/hotong sebelum dikembangkan harus sudah dilepas terlebih dahulu oleh Menteri Pertanian.

14) Dari hasil diskusi dapat disimpulkan untuk tanaman gandum, pasarnya sudah tersedia (swasta selaku off taker) hanya masih diperlukan varietas-varietas unggul yang tahan iklim ekstrim dan alsintan pasca panennya. Sedangkan untuk sorgum disamping masih diperlukan sosialisasi manfaat dari tanaman tersebut dancara budidayanya, juga perlu dicarikan pasarnya supaya petani mau mengembangkan tanaman tersebut.

15) Perguruan Tinggi UKSW Salatiga, adalah salah satu pusat studi yang mengembangkan tanaman gandum dari hulu hingga hilir, dalam hal ini dari on farm hingga pemasarannya. Dari penanaman sampai panen semua sudah menggunakan mesin (tenaga kerja sulit diperoleh). Sudah ada buku Panduan Mengolah Gandum Tropis yang memuat cara-cara membuat makanan khas daerah Jawa Tengah seperti ampyang yang awalnya bahan bakunya kacang diganti dengan biji gandum, nasi goreng gandum dan lain-lain.

16) Di kabupaten Toraja Utara gandum dapat tumbuh dengan baik pada masa vegetatifnya saja, sedangkan kurang baik di masa generatif, hal ini karena adanya curah hujan yang tinggi sehingga timbul cendawan/jamur. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan varietas-varietas tahan hujan/air.

17) Panen gandum hasil uji multi lokasi dari Balitser Maros berlokasi di kelurahan Patappang kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten Gowa. Letak lokasi di ketinggian >1000 mdpl. Luas 1 ha, varietas yang diujikan yaitu Nias, Selayar dan Dewata. Tanaman gandum yang ditanam di dataran tinggi Malino ini, selain untuk mengembangkan varietas-varietas yang sudah dihasilkan oleh Balitser Maros, juga untuk memutus hama kentang, juga sebagai tanaman penahan angin. karena dataran tinggi ini gunakan untuk pertanaman kentang.

18) Uji multi lokasi kelas BS = 0,5 ha terdiri dari varietas GURI 1 dan GURI 2. Kedepan varietas-varietas gandum akan diganti menjadi GURI (Gandum Untuk Rakyat Indonesia). Sebanyak 0,3 ha adalah uji multi lokasi untuk varietas tahan curah hujan tinggi dan perbanyakan galur untuk dataran rendah (gandum tropis).

19) Dari pengarahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan bahwa Agro Inovasi pertanian maju meliputi 4 hal yaitu :

- Penguasaan IPTEK

Direktorat Budidaya Serealia 113

- Untuk merespon dinamika iklim (normal-moderat-lemah) - Mekanisasi alsintan yang efisien

- KATAM bisa diakses melalui SMS ke no : 082123456500 - Informasi dan Teknologi (IT)

20) Pada saat panen gandum, Direktur Jenderal Tanaman Pangan memberikan bantuan benih gandum varietas Nias kepada kelompok tani gandum dan Plt Dirjen Tanaman Pangan juga akan memberikan bantuan alsintan pasca panen kepada petani gandum berupa alat perontok dan penepung gandum yang akan disiapkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang akan dirakit dalam jangka waktu ± 2 bulan.

h. Pekan Nasional (PENAS) Pertanian dan Nelayan XIV

Temu Teknis dalam rangka Penas ke XIV pada 9 Juni 2014 bertempat di Aula Balitkabi Kendal payak Malang Jawa Timur. Pertemuan ini dihadiri oleh Menteri Pertanian, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktur Jenderal Perkebunan, Direktur Jenderal Hortikultura, Kepala BBPSDMP Kementerian Pertanian. Para peserta berjumlah + 250 orang yang terdiri dari Pusat Kementerian Pertanian (Eselon I, II dan Kepala UPT); Pejabat Daerah (Kepala Dinas Provinsi/Badan dan Kabupaten/Kota lingkup Pertanian); Para Ketua Organisasi Profesi, Asosiasi, Perhimpunan di bidang Pertanian; Akademisi lingkup Provinsi Jawa Timur. Materi pembahasan dan diskusi difokuskan pada pencapaian target swasembada pangan, yaitu: padi, jagung, kedelai, tebu (gula), cabe merah dan bawang merah.

Tujuan dari pertemuan teknis adalah 1) mengkoordinasikan, mensinkronkan dan mengintegrasikan program pembangunan pertanian

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2014 KATA PENGANTAR (Halaman 112-128)