• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monitoring dan Evaluasi SL-PTT Padi THLK

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2014 KATA PENGANTAR (Halaman 81-86)

Realisasi No. Tahun Sasaran SL-PTT

6. Monitoring dan Evaluasi SL-PTT Padi THLK

Fokus utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2014 adalah peningkatan produktivitas padi melalui peningkatan kualitas SL-PTT berbasis kawasan, baik di lahan sawah maupun di lahan kering.Pola ini melanjutkan pola kegiatan SL-PTT tahun 2013.Diharapkan melalui kegiatan SL-PTT pola kawasan ini dapat mengungkit produksi padi Indonesia.

Agar kegiatan SL-PTT Padi yang dilaksanakan di lahan tadah hujan dan lahan kering dapat tepat sasaran sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi maka dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik. Monitoring dan evalusi ini dilakukan mulai dari persiapan sampai dengan panen dan dilakukan secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa dan Kelompok Tani sesuai dengan ketersediaan dana.Monitoring ini secara kontinyu terus dilakukan baik melalui media telekomunikasi maupun dengan meninjau langsung ke beberapa lokasi pelaksana kegiatan SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering 2014. Beberapa lokasi pelaksana SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering 2014 yang dilakukan monitoring langsung sesuai Surat Penugasan Direktur Budidaya Serealia adalah Provinsi Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa

Direktorat Budidaya Serealia 73

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Hasil dari monitoring didapatkan bahan evaluasi kegiatan SL-PTT padi di lahan sawah tadah hujan dan lahan kering, meliputi:

a. Komponen Kegiatan Pelaksanaan SL-PTT, berupa:

- Penyusunan Juklak kegiatan SL-PTT di Provinsi pelaksana dan Juknis kegiatan SL-PTT di Kabupaten/Kota Pelaksana: Sebagian besar provinsi pelaksana SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering sudah menyusun Juklak kegiatan SL-PTT, begitu juga dengan Kabupaten/Kota Pelaksana SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering sebagian besar sudah menyusun Juknis kegiatan SL-PTT. Hanya saja Juklak dan Juknis yang disusun daerah pelaksana sebagian besar belum disesuaikan dengan keadaan spesifik lokasi setempat, sehingga Juknis dan Juklak cenderung berupa panduan umum seperti Pedoman Teknis yang disusun pusat.

- Sosialisasi: Sosialisasi kegiatan pelaksanaan SL-PTT dilakukan mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Sosialisasi tingkat nasional dilaksanakan di pusat pada bulan Februari di Bogor dengan mengundang seluruh kabupaten/kota dan provinsi pelaksana SL-PTT padi dan jagung 2014. Sosialisasi tingkat Provinsi dan Kabupaten dilakukan di masing-masing tempat pelaksana dengan menghadirkan nara sumber dan undangan yang terkait pelaksanaan kegiatan.

- Finalisasi CPCL pelaksana kegiatan SL-PTT padi: CPCL pelaksana kegiatan SL-PTT padi di lahan sawah maupun di lahan kering sudah disusun dengan baik secara berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan disampikan ke tingkat pusat jauh-jauh hari sebelum kegiatan dilaksanakan dengan format yang sudah ditetapkan. Namun demikian, perubahan kebijakan seperti penghematan pada kegiatan SL-PTT padi menyebabkan beberapa kelompok tani yang sudah diajukan mengalami perubahan karena tidak bisa ikut melaksanakan kegiatan.

- Penyusunan dan pengiriman RUK (Rencana Usahatani Kelompok) dan rekening Poktan/Gapoktan pelaksana SL-PTT padi: Penyusunan RUK dilakukan oleh kelompok tani pelaksana SL-PTT yang didampingi petugas lapang dan kemudian dikirim ke Kabupaten tempat kelompok tani berada. Begitu juga dengan pembuatan rekening Poktan/Gapoktan pelaksana biasanya dibantu oleh petugas di daerah. Hanya saja pada penyusunan RUK (Rencana Usahatani Kelompok) pun belum menggambarkan kebutuhan saprodi sesuai spesifik lokasi setempat. Daerah pelaksana kebanyakan masih kaku dalam

74 Direktorat Budidaya Serealia menggunakan dana untuk pembelian saprodi yang dibutuhkan sesuai spesifik lokasi setempat. Hal ini terjadi karena daerah pelaksana takut menjadi temuan pada ranah hukum bila tidak sesuai persis dengan plafon yang diberikan pusat. Padahal dalam Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung 2014 hal. 55 dinyatakan bahwa penggunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat lapangan disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan telah disetujui oleh Penyuluh Pertanian/PPL, Dinas Pernaian Kabupaten/Kota dan BPTP Provinsi Setempat.

- Proses adminstrasi keuangan yang mendukung pelaksaan SL-PTT padi: Proses administrasi keuangan yang mendukung pelaksanaan SL-PTT padi dilaksanakan di Kabupaten/Kota serta provinsi pelaksana setempat. Namun pada tahun ini ada beberapa daerah yang mengalami sistem baru dalam proses pencairan anggaran di KPPN daerah setepat sehingga kecepatan proses pencairan anggaran yang diajukan mengalami sedikit hambatan.

- Penyerapan sekaligus penyaluran dana bansos SL-PTT padi: Proses ini banyak mengalami hambatan. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu: Adanya himbauan untuk menunda pencairan bansos pada masa pemilu legislatif dan presiden menyebabkan lambatnya daerah melakukan serapan dana bansos bahkan daerah yang sudah lewat jadwal tanamnya tidak dapat melaksanakan kegiatan.

b. Tingkat Pencapaian Areal dan Hasil

Bansos SL-PTT padi inbrida sawah yang dapat direalisasikan hingga Desember 2014 sebesar 3.168.11 ha (91,51%) dari total sasaran SL-PTT padi inbrida sawah 2014 sebesar 3.462.190 ha. Sementara bansos SL-PTT padi lahan kering yang dapat direalisasikan hingga Desember 2014 sebesar 239.815 ha (93,82%) dari sasaran SL-PTT padi lahan kering 2014 sebesar 255.604 ha. Realisasi panen SL-PTT padi inbrida sawah hingga keadaan Desember 2014 mencapai 1.402.340 ha dengan produksi mencapai 8.324.527 ton GKG.Adapun realisasi panen SL-PTT padi lahan kering hingga keadaan Desember 2014 mencapai38.606 ha dengan produksi mencapai 156.780 ton GKG.Realisasi tanam SL-PTT padi baik di lahan sawah maupun di lahan kering banyak yang mengalami mundur tanam dikarenakan kondisi musim hujan yang mundur. Panen padi pun akan banyak mengalami carry over di tahun 2015.

Direktorat Budidaya Serealia 75

c. Produktivitas Padi Kegiatan SL-PTT

Sampai keadaan Desember 2014, produktivitas padi sawah kegiatan SL-PTT 2014 sebesar 59,36 ku/ha lebih besar 6,18 ku/ha dibandingkan dengan produktivitas padi sawah nasional sebesar 53,18 ku/ha (ATAP 2013). Bila dibandingkan dengan produktivitas padi sawah nasional ARAM II 2014 (52,89 ku/ha), produktivitas padi sawah kegiatan SL-PTT lebih besar 6,47 ku/ha. Sementara Produktivitas padi ladang kegiatan SL-PTT 2014 sebesar 40,61 ku/ha lebih besar 7,19 ku/ha dibandingkan dengan produktivitas padi ladang nasional sebesar 33,42 ku/ha (ATAP 2013). Bila dibandingkan dengan produktivitas padi ladang nasional ARAM II 2014 (33,18 ku/ha), produktivitas padi ladang kegiatan SL-PTT lebih besar 7,43 ku/ha. Tingginya produktivitas padi pada kegiatan SL-PTT padi baik di lahan sawah maupun di lahan kering menunjukan bahwa kegiatan SL-PTT padi dapat menyumbang kenaikan produksi padi per ha.

d. Penerapan komponen Teknologi PTT

Komponen PTT dasar padi tadah hujan terdiri atas: varietas modern, benih bermutu dan sehat, pengelolaan hara, pemberian bahan organik dan pengendalian gulma terpadu. Sedangkan komponen PTT pilihan padi tadah hujan adalah: pengelolaan tanaman dengan cara tanam legowo atau larikan, PHT sesuai OPT sasaran dan penanganan panen dan pasca panen. Komponen PTT dasar padi lahan kering terdiri atas: varietas modern, benih bermutu dan sehat, pengelolaan hara, pemberian bahan organik dan koservasi tanah dan air. Sedangkan komponen PTT pilihan padi lahan kering adalah: pengelolaan tanaman dengan cara tanam legowo atau larikan, PHT sesuai OPT sasaran, pengendalian gulma, pola tanam berbasis padi gogo dan penanganan panen dan pasca panen. Penerapan komponen PTT tersebut disesuaikan dengan spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan.

Hasil monitoring ke beberapa daerah didapatkan bahwa penerapan komponen PTT padi tadah hujan dan lahan kering sangat beragam. Pada penggunaan benih varietas unggul bersertifikat terutama banyak terkendala karena benih subsidi yang menjadi fasilitas dalam pelaksanaan kegiatan SL-PTT terhambat penyediaannya di lapangan sehingga petani banyak yang menggunakan benih swadaya, terutama kelompok tani pelakasana SL-PTT padi lahan kering kesulitan mendapatkan benih unggul bersertifikat. Menurut Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan jagung 2014, pemilihan benih swadaya masih dibolehkan asalkan benih tersebut adalah benih varietas unggul produktivitas tinggi yang penggunaannya atas sepengetahuan kepala dinas pertanian kabupaten/kota.

Pada penggunaan pupuk, sebagian besar petani pelaksana SL-PTT padi tadah hujan dan lahan kering sudah menggunakan pupuk yang sesuai

76 Direktorat Budidaya Serealia rekomendasi petugas setempat.Hanya saja rekomendasi tersebut masih mengacu pada rekomendasi penggunaan pupuk secara umum belum menunjukan pada pilihan yang sesuai kebutuhan spesifik lokasi setempat.Namun demikian, petani juga sudah banyak yang menerapkan penggunaan pupuk organik.

Pengelolaan tanaman dengan menggunakan cara tanam jajar legowo di lahan sawah tadah hujan sudah lebih banyak diterapkan dibandingkan di lahan kering. Hal ini disebabkan karena penggunaan cara tanam jajar legowo di lahan kering masih dirasakan berat dan sulit oleh petani. Selain mereka membutuhkan biaya yang besar untuk biaya upah penanaman legowo, mereka juga keterbatasan dalam SDM yang mengerjakan olah tanah dan tanam.

Dalam pengendalian OPT dan gulma, baik petani di lahan sawah tadah hujan maupaun di lahan kering kebanyakan masih berorientasi pada obat-obat kimia sehingga kurang ramah lingkungan meski para petugas pendamping di lapangan sudah memberikan pelatihan pengendalian gulma dan hama secara ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan belum tumbuhnya kesadaran petani akan perlunya pertanian yang ramah lingkungan dan petani lebih suka dengan hal yang instant.

Penanganan panen dan pasca panen padi sangat beragam tergantung kondisi kelompok tani setempat.Petani yang memiliki alat panen dan pasca panen yang modern, mereka sudah menggunakan alat panen yang modern dalam melakukan pemanenan sementara petani yang masih terbatas pada kepemilikan teknologi alat panen dan pasca panen mereka masih memanen secara manual.Dalam beberapa kasus, ada juga petani yang tidak langsung melakukan perontokan padi dikarenakan waktu dan tenaga untuk melakukan perontokan sangat terbatas sehingga mereka harus menundanya.Hal ini banyak ditemui di kelompok-kelompok tani padi lahan kering.Begitu juga pada saat olah tanah sebelum tanam, petani padi lahan kering masih banyak yang belum memperhatikan konservasi tanah.Hal ini dikarenakan keterbatasan SDM dan teknologi sarana pertanian yang minim sementara lahan yang diolah lebih luas, sehingga mereka lebih memilih membakar lahan sebelum dilakukan olah tanah karena dipandang lebih mudah dilakukan walaupun beresiko tinggi.

Direktorat Budidaya Serealia 77

7. Bimbingan dan Pembinaan Pengembangan SL-PTT Jagung

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2014 KATA PENGANTAR (Halaman 81-86)