No. 08/Tahun IV/2006.
P U S TA K A
A M P L
Percik
Oktober 2006
TA N G G A L BU L A N KE G I ATA N
30 Agustus-1 September Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Pembangunan AMPL-BM di Bandung 28 Agustus-1 September Pelatihan MPA PHAST di Mataram
01 September Pertemuan Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Lombok di NTB 30 Agustus-1 September Rakor Kebijakan Nasional AMPL-BM di Makassar
01 September ISSDP Inception Report Pre-Workshopdi Jakarta
4-7 September Lokakarya Moderation and Visualization of Group Event-MOVE(FORKAMI) di Yogyakarta 4-6 September Pelatihan Teknis WSS Untuk Propinsi Jabar, Sulsel dan Sulbar (WSLIC) di Surabaya 04 September RapatProject WASPOLA2 & Sustainable Exit Strategydi Jakarta
5-7 September Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM di Makassar 06 September Presentasi"Innovative Decision Making for a Sustainable Management of Water"(DIMSUM)
di Jakarta
07 September Pelatihan Pengelolaan Data AMPL / SUSENAS 2006 di Jakarta 08 September Workshop Inception Report ISSDPdi Jakarta
9-13 September Lokakarya ProAir Sumba Barat, Sumba Timur dan NTT di Kupang 14 September Sosialisasi Renstra di Solok
18 September WorkshopAMPL-BM di Dompu 19-23 September Orientasi MPA-PHAST di Semarang
19-21 September WorkshopOperasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Bima
19 September RoadshowdanWorkshopOperasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Purbalingga 20-23 September Pelatihan Promosi Kesehatan CWSH di Surabaya
19-20 September Sosialisasi Renstra Kebijakan Nasional AMPL-BM di Banten 21 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Wajo 21 September Rapat Pembangunan Sarana Air Bersih (ProAir) di Sumba Barat 28 September Rapat Strategi Komunikasi WASPOLA2 di Jakarta
29 September Rakor Kegiatan AMPL di Jakarta
30 September Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM dan Roadshow di NTT 2-4 Oktober Lokakarya Instrumen Pengelolaan Sumber Daya Air di Jakarta
2-7 Oktober Uji Coba Lapangan Data SUSENAS di Palembang, Semarang, Minahasa, Kupang, Lombok Barat dan Ternate
03 Oktober Seminar Akses dan Peran Masyarakat Lokal Dalam Penyediaan Air Minum di Jakarta 06 Oktober Pertemuan Regional Initiative on Environment and Healthdi Jakarta
9-13 Oktober Lokakarya Renstra Pembangunan AMPL-BM di Bukit Tinggi Sumatera Barat 11 Oktober Persiapan TOT Regional dan Petemuan Nasional Scaling UpCLTS di Jakarta 12 Oktober Roadshowdan Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Kupang 12 Oktober Pertemuan Strategy Paper "Financing Piped Water Service"di Jakarta
13 Oktober Rapat ProAir di Jakarta
16 Oktober Pertemuan Percepatan Pembentukan dan Pendirian BPAL di Bali
17 Oktober Persiapan Apraisal Western Java Environmental Management Project(WJEMP) di Jakarta 17 Oktober Pertemuan Kebijakan Subsidi dan Public Service Obligationdi Jakarta
18 Oktober Rapat Uji Coba Kuesioner BPS di Jakarta
19 Oktober Koordinasi Rencana Kerja WASPOLA dan POKJA AMPL di Jakarta 19 Oktober Koordinasi Jaringan Komunikasi AMPL di Jakarta
Tanya:
Saya mau mencari tahu teknologi atau cara yang bisa dilakukan terhadap wilayah atau daerah dengan kondisi ter- letak berdekatan dengan Tempat Pem- buangan Akhir (TPA) sampah dalam jarak 10 m agar air bersihnya dapat terlin- dungi dari akibat pencemaran tersebut? Yang kedua, bagaimana caranya apabila daerah rumah warga yang berdekatan dengan pantai tersebut memiliki air ber- sih yang asin dan teknologi tepat guna ba- gi daerah seperti itu apa? Sebelum dan se- sudahnya saya ucapkam banyak terima kasih
chris tinto <[email protected]>
Jawab:
Untuk kawasan-kawasan yang ke- mungkinan tercemar (seperti di sekitar TPA), harus diakui, akan mengalami kesulitan akses terhadap air bersih, ji- ka sumbernya adalah air tanah. Perlin- dungan tanah dan air tanah yang memadai untuk kontsruksi TPA, sudah seharusnya dilakukan untuk mencegah pencemaran tanah dan air tanah. Ini adalah upaya preventif.
Namun jika hal ini tidak memung- kinkan untuk dilakukan, tentu saja ha- rus dilakukan upaya akses terhadap air bersih dari sumber yang lainnya (mi- salnya dengan sistem perpipaan yang berasal dari IPA (Instalasi Pengolahan Air) yang sumbernya bukan air tanah di sekitar TPA.
Tapi jika memaksakan diri untuk mengonsumsi air tanah dan jika terda-
pat pencemaran air tanah, maka tanah dan air tanah tersebut harus diremedi- asi dulu sebelumnya. Ini merupakan suatu teknik yang sangat mahal, kare- na di Amerika, untuk membersihkan suatu tempat yang tercemar olehland- fill, bisa menghabiskan biaya sekitar US$ 125 juta/lokasi. Ini adalah tin- dakan kuratif.
Teknologi yang umumnya digunakan adalah denganPassive Reactive Barriers. Teknologi ini menggunakan semacam tembok penghalang dalam aliran air ta- nah. Tembok tersebut dilapisi dengan se- macam chelator dan oksidator untuk mengikat dan mengoksidasi senyawa- senyawa toksik dalam air lindi sampah. Oleh karenanya, upaya preventif lebih ba- ik ketimbang upaya kuratif. Atau kita ha- rus kembali menggunakan air yang tidak disuplai dari air tanah sekitar misalnya dengan sistem perpipaan dengan sumber air yang diambil dari daerah lain yang tidak tercemar.
Untuk pertanyaan kedua, air tanah di sekitar pantai sangat mungkin untuk terintrusi air laut.
Hal ini dapat dipecahkan dengan upaya preventif, yakni dengan melaku- kan penyedotan air tanah dalam laju alir (debit) yang telah ditetapkan (tidak berlebihan). Karena jika terlalu tinggi (berlebihan), maka intrusi air laut akan terjadi, dan air akan berasa asin (ada masukan air laut).
Jika memaksakan diri untuk meng- gunakan air tanah, ada teknologi yang bisa digunakan pada saat ini misalnya dengan teknologi Reverse Osmosis. Teknologi ini menggunakan prinsip menggunakan membran berpori kecil, dengan tekanan tinggi, untuk dapat menolak senyawa garam - garam yang terlarut/solution. Hanya saja biaya produksi airnya juga cukup mahal (sekitar US$ 2/m3).
Sebagai perbandingan, air permu- kaan rata-rata di Indonesia diolah se- kitar US$ 0.25/m3.
Jika tidak mau menggunakan ini, terpaksa harus mengambil air dengan sistem perpipaan yang disuplai dari sumber lain di luar pantai.
Kalau memang hal ini masih tidak memungkinkan, pemerintah dapat mendorong pemanfaatan teknologi RO dengan menerapkan subsidi pada ka- wasan-kawasan ini agar biaya investasi maupun biaya pengoperasian-pemeli- haraan-perawatannya (akhirnya untuk menghitung biaya produksi / m3 air) terjangkau. Intinya adalah teknologi yang dipilih selain andal, harus juga terjangkau (technically achievable and economically affordable). Sandhi