kabupaten tersebut yang tidak memper- oleh layanan AMPL yang semestinya. Masyarakat kekurangan air untuk ber- bagai kebutuhan sehari-hari jika musim kemarau tiba. Padahal jika sumber ca- dangan air baku berupa Danau Tempe di wilayah tersebut bisa dialirkan, tentu hal semacam itu tak terjadi lagi.
Demikian juga di Kabupaten Bima dan Dompu, sumber utama persoalan AMPL yakni makin berkurangnya jum- lah sumber air baku dari tahun ke tahun di dua wilayah tersebut, akibat berbagai hal, di antaranya penebangan hutan yang tidak bertanggung jawab serta hal- hal lain berkaitan dengan penataan dan penggunaan ruang wilayah yang tidak terencana secara strategis. Juga ada "penyakit kronis" lain yaitu lambannya birokrasi dan ketiadaan koordinasi antarpihak, yang secara langsung ber- pengaruh pada minimnya data akurat yang tersedia baik tentang pemetaan, jumlah penduduk dan masyarakat yang potensial membutuhkan dan menjadi pengguna jasa AMPL.
Fakta dan data itu menjadi pemicu bagi semua pihak yang terlibat dalam AMPL. Ini pijakan bagi tim WASPOLA untuk meneruskan langkah ke depan. Inti dari pendampingan WASPOLA pa- da tahun ini adalah meningkatkan ka- pasitas daerah sehingga mereka dapat menyusun perencanan sesuai dengan kebijakan nasional AMPL. Salah satu indikatornya yakni daerah "berani menawar suatu program" dengan kata lain daerah mempunyai keberanian untuk membuat terobosan mengadap- tasi kebijakan dari pusat disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan di wilayahnya masing-masing
Meneruskan roadshow dan loka- karya di daerah
Proses pendampingan implementasi kebijakan di lapangan menunjukkan bahwa roadshowkepada pimpinan dae- rah dan anggota dewan merupakan cara jitu untuk lebih cepat mendapatkan du- kungan politis. Pada bulan September
ini, pengalaman roadshow di Purba- lingga menunjukkan keberhasilan. Pe- merintah kabupaten memberikan du- kungan dengan penyiapan anggaran melalui instruksi Bupati No. 546.2/4 Ta- hun 2006 untuk gerakan pembangunan sumur resapan, penerapan Jaminan Pe- layanan Kesehatan Masyarakat dan hal-hal yang berkaitan dengan AMPL. Roadshowyang lain juga telah dilaku- kan di Kabupaten Wajo, Bima, dan Dompu yang semuanya berlanjut de- ngan Lokakarya Operasionalisasi Kebi- jakan Daerah. Sedangkan Propinsi NTT, Kabupaten Brebes, Pemalang serta Pro- pinsi Banten telah dilaksanakan pada bulan sebelumnya. Pokja AMPL Pro- pinsi Banten juga menyatakan bahwa roadshow yang mereka selenggarakan cukup sukses. Sebanyak 17 kabupaten lainnya dijadwalkan akan melaksana- kanroadshowdi tahun ini.
Menguatkan kapasitas daerah de- ngan MPA-PHAST
MPA (Methodology for Participato- ry Assessment) adalah salah satu pen-
dekatan yang terus dikembangkan WASPOLA untuk melibatkan masyara- kat dalam efektifitas perencanaan dan pembangunan sehingga mereka ikut serta dalam pengambilan keputusan. Penerapan MPA-PHAST ini antara lain dilakukan oleh proyek WSLIC-2 di be- berapa propinsi di Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus- 1 September 2006 diadakan pelatihan MPA-PHAST di dua regional yaitu Pujut, Lombok Tengah untuk lima propinsi di Indonesia timur diikuti 33 orang peserta dari region In- donesia Timur. Selama workshoppeser- ta mempraktekkan secara langsung ber- sama warga di dua desa di Lombok Te- ngah. Kebanyakan peserta berkomen- tar bahwa pelatihan ini sangat meng- asyikkan dan penting untuk mengubah cara berpikir pemerintah daerah ten- tang pendekatan berbasis masyarakat, sayangnya waktunya terlalu singkat. Lokakarya yang sama kemudian juga di- adakan oleh PMD Depdagri di Se- marang tanggal 19-22 September dan diikuti oleh 32 peserta dari region Indonesia barat.
S E P U TA R W A S P O L A
Percik
Oktober 2006
46
Membekali pelaksana daerah de- ngan pelatihan dasar fasilitasi
Pada bulan Juli dan Agustus 2006 diselenggarakan Pelatihan Ketram- pilan Fasilitasi sebanyak dua angkatan dalam rangka penguatan kapasitas pok- ja. Pelatihan angkatan pertama dise- lenggarakan oleh PMD Depdagri di Yog- yakarta dengan 32 peserta, sedangkan angkatan ke-2 diselenggarakan WAS- POLA di Bali dengan 33 orang peserta dari berbagai propinsi. Latihan ini di- pandang penting oleh peserta, karena ketrampilan fasilitasi merupakan faktor yang mendasar bagi para pelaksana ke- bijakan untuk mengubah sikap yang le- bih kondusif, sekaligus mampu mengu- asai metode yang partisipatif sebagai ti- tik tolak pendekatan yang berbasis ma- syarakat. Beberapa kabupaten menyata- kan minatnya untuk melakukan pelatih- an tersebut di wilayahnya sendiri antara lain Kabupaten Pandeglang.
Mengangkat isu hulu hilir untuk menyelamatkan ketersediaan air baku
Ketersediaan sumber daya air baku yang memenuhi standar menjadi hal yang sangat mendesak untuk kebutuhan pelayanan air minum. Sementara keter- batasan daerah pada kepemilikan sum- ber daya air baku belum sejalan dengan otonomi daerah yang secara adminis- tratif membagi wewenang wilayah teta- pi belum pada kepemilikan sumber da- ya air baku. Hal tersebut sudah di- perkirakan akan memicu konflik antar- pihak berkepentingan maupun kelom- pok pengguna antardaerah. Perlu dicari model-model pengelolaan air baku yang efektif sehingga dapat menjamin penyediaan air minum yang berkelan- jutan. Idealnya, ada model yang bisa menggambarkan keterlibatan semua pi- hak, sistem jasa lingkungan yang adil dan menyejahterakan semua termasuk dalam hal ini masyarakat.
Lokakarya hulu hilir pertama telah diselenggarakan pada bulan Agustus
2006 di di Padang Sumatera Barat de- ngan mengambil tema "Optimalisasi Keterlibatan Stakeholder Daerah dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Baku Lin- tas Wilayah". Lokakarya serupa juga akan dilakukan di di Propinsi Jawa Te- ngah dan Nusa Tenggara Barat. Rin- tisan model yang didapat tersebut akan dibahas secara lebih mendalam lagi di tingkat nasional, sehingga dapat mem- berikan banyak masukan guna perbaik- an kebijakan secara terus menerus. Pertemuan koordinasi nasional
Pertemuan koordinasi nasional di tahun ini yang difasilitasi oleh Dirjen Bangda Depdagri berlangsung dengan sangat intensif dan partisipatif. Seluruh propinsi, kabupaten dan kota damping- an WASPOLA dari tahun 2003-2006 hadir dan telah menghasilkan kesepa- katan-kesepakatan penting dalam pe- laksanaan kebijakan. Tercatat empat daerah dampingan tahun 2004 telah menyelesaikan penyusunan rencana strategis pembangunan AMPL dan telah ditindaklanjuti dalam program secara operasional. Sementara sebanyak dela- pan daerah dampingan tahun 2005 se- dang dalam proses penyelesaian. Dalam pertemuan tersebut peserta mendapat- kan materi mengenai "Strategi Ko- munikasi untuk Mendukung Pemba- ngunan AMPL BM di Daerah" dan di- lanjutkan dengan diskusi kelompok. Dan di akhir workshop mereka mem-
presentasikan perencanaan kegiatan di propinsi masing-masing dengan me- masukkan aspek komunikasi di dalam- nya.
Strategi komunikasi untuk men- dukung implementasi kebijakan
Sampai dengan September 2006 sudah tercatat 49 kabupaten yang difasilitasi tim WASPOLA. Jumlah yang sedemikian banyak tersebut membu- tuhkan terobosan-terobosan strategi untuk mempercepat proses adopsi dan implementasi kebijakan di lapangan. Dari hasil penjajakan tim komunikasi WASPOLA beberapa waktu lalu di ting- kat pusat maupun daerah, ditemukan beberapa hambatan yang dialami dalam fasilitasi kebijakan antara lain disebab- kan pemahaman yang kurang kompre- hensif dari pengambil keputusan me- nyebabkan lemahnya dukungan, se- mentara penguasaan skilldi bidang ad- vokasi masih kurang dan medianyapun sangat kurang. Di sisi lain lain perhatian publik rendah karena isu AMPL jarang diusung di mass media. Hambatan lain adalah adanya ego sektoral antardinas terkait, yang berpengaruh terhadap ren- dahnya motivasi daerah terhadap pe- nyusunan renstra pembangunan AMPL.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, tim WASPOLA telah menyusun enam Strategi Komunikasi dan telah di- sempurnakan berdasar masukan dari Pokja AMPL dan pihak terkait lainnya. Strategi komunikasi yang dimaksud adalah suatu metode intervensi komu- nikasi terhadap beberapa elemen kunci implementasi kebijakan sehingga men- jadi program yang berkelanjutan. Me- lalui lokakarya Internal Pokja AMPL pa- da tanggal 28 September 2006 telah di- sepakati peran dan tanggung jawab pendanaan yang akan dimasukkan da- lam anggaran Pokja AMPL 2007. Do- kumen ini akan menjadi panduan untuk pelaksanaan strategi komunikasi ke depan dan akan didistribusikan. (Wi- wit Heris)