• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cakap Ilmu No

Dalam dokumen IPS Terpadu 3 Kelas 9 Bambang TH Rukidi 2009 (Halaman 101-105)

1. 2. Gelombang I Gelombang II Waktu Pelaksanaan Pemilu I Tujuan ... ... ... ... ... ... ... ...

Kabinet Ali II menghadapi berbagai masalah serius, sebagai berikut :

a. Banyaknya tuntutan dan protes yang dilancarkan oleh pihak militer di daerah-daerah.

b. Terbentuknya dewan-dewan daerah yang menunjukkan bahwa para pemimpin militer daerah itu mulai berani menentang pusat.

c. Perkembangan di Sumatera yang menimbulkan keguncangan dalam Kabinet Ali II, yaitu mundurnya Menteri Urusan Veteran, Dahlan Ibrahim yang berasal dari Minangkabau.

d. Terjadinya pemberontakan PRRI dan Permesta.

e. Terjadinya percobaan kudeta dari militer yang digerakkan oleh Zulkifli Lubis.

Dalam situasi demikian, Masyumi menghendaki dibentuknya kabinet darurat di bawah pimpinan Hatta. Namun, hal ini ditentang oleh PNI, NU dan partai-partai kecil pendukung Kabinet Ali II. Apa akibatnya? Pada tanggal 9 Januari 1957 Masyumi menarik menteri-menterinya dari Kabinet.

Permasalahan ini membuat pusat tidak dapat bertindak tegas terhadap daerah-daerah yang melancarkan berbagai tuntutan. Hal ini mendorong Presiden Sukarno untuk mengemukakan gagasannya yang menandakan ketidakpuasannya terhadap sistem kabinet parlementer pada zaman demokrasi liberal itu. Pada tanggal 21 Februari 1957 Presiden Sukarno mengemukakan konsepnya yang terkenal sebagai “Konsepsi Presiden”. Isi Konsepsi Presiden tersebut sebagai berikut :

a. Sistem demokrasi parlementer ala Barat tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia, sehingga harus diganti dengan sistem Demokrasi Terpimpin. b. Untuk pelaksanaan sistem Demokrasi Terpimpin perlu dibentuk suatu

Kabinet Gotong Royong yang anggotanya terdiri dari semua partai dan organisasi berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat. c. Perlu dibentuk “Kabinet Kaki Empat” yang mengandung arti bahwa keempat partai besar, yakni PNI, Masyumi, NU dan PKI turut serta di dalamnya untuk menciptakan kegotongroyongan nasional.

d. Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri dari golongan-golongan fungsional dalam masyarakat. Tugas utama Dewan Nasional adalah memberikan nasehat kepada Kabinet, baik diminta maupun tidak diminta. Dengan Demokrasi Terpimpin, segenap rakyat diharapkan dapat memperoleh saluran untuk ikut menentukan jalannya negara. Namun, Konsepsi Presiden ini menimbulkan tanggapan pro dan kontra sebagai berikut.

a. Pada tanggal 2 Maret 1957 Masyumi, NU, PSII, Partai Katolik, dan PRI Bung Tomo menolak Konsepsi Presiden itu.

b. Atas desakan presiden dan militer Ali Sastroamijoyo menandatangani negara dalam kondisi darurat (SOB) sehingga presiden dapat lebih leluasa menjalankan konsepsinya.

Keadaan darurat tersebut kemudian ditingkatkan menjadi bahaya dalam keadaan perang pada tanggal 17 Desember 1957.

2. Sidang-sidang Konstituante sampai Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Konstituant e bert ugas membuat UUD (konstitusi) baru untuk menggantikan UUDS 1950. Konstituante mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956. Anggota-anggota Konstituante terbagi atas dua kelompok utama yait u kelompok Islam dan kelompok nasionalis/sosialis/non Islam. Antara kedua kelompok tersebut ternyata tidak pernah tercapai kata sepakat mengenai isi Undang-Undang Dasar.

Dalam setiap sidangnya, Konstituante ternyata tidak pernah menghasilkan apa-apa. Perpecahan antara partai atau golongan dalam tubuh Konstituante tampak makin jelas. Hal ini karena setiap wakil partai ingin memaksakan pendapatnya sesuai dengan kehendak partai yang diwakilinya. Akibatnya, sidang-sidang Konstituante selalu diwarnai perdebatan yang tiada habisnya dan berujung pada kegagalan untuk menyusun UUD baru.

Kegagalan Konstituante mendorong presiden mengemukakan gagasan untuk kembali ke UUD 1945. Hal ini didukung oleh A. H. Nasution selaku Pimpinan ABRI. Ia menggerakkan Dewan Menteri untuk mendesak Dewan Konstituante agar menetapkan UUD 1945 secara konstitusional. Pada tanggal 19 Februari 1959 Dewan Menteri pun segera mengadakan sidang dan menghasilkan keputusan mengenai pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dalam rangka kembali ke UUD 1945.

Keputusan Dewan Menteri itu mengandung tiga hal pokok, yaitu : a. tentang UUD 1945,

b. prosedur kembali ke UUD 1945, dan

c. tentang masuknya golongan fungsional ke dalam DPR.

Pada tanggal 22 April 1959 Presiden Soekarno berpidato di hadapan Konstituante yang isinya menganjurkan “untuk kembali kepada Undang- Undang Dasar 1945”. Dalam hal ini pemerintah, berdasarkan keputusan Dewan Ment eri, menganjurkan Dewan Konstituante menetapkan UUD 1945 berlaku kembali. Sesuai Pasal 137 UUDS, maka diadakan pemungutan suara untuk menentukan sikap atas anjuran pemerintah tersebut. Namun, hingga pemungutan suara dilakukan sebanyak tiga kali (30 Mei, 1 Juni dan 2 Juni 1957),

Gambar 4.2 Pr esiden Soekarno Mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959

Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka

Setelah Kabinet Ali II jatuh, peranan Presiden Soekarno makin besar. Setelah dua kali penunjukan Suwiryo sebagai formatur gagal membentuk Kabinet, maka Presiden Sukarno menunjuk dirinya sendiri sebagai formatur Kabinet ya ng baru. Hasilnya adalah terbentuknya Kabinet Karya yang dipimpin oleh PM Ir. Djuanda.

Adapun Isi Dekrit Presiden adalah sebagai berikut : a. Bubarkan Konstituante

b. Berlakunya kembali UUD 1945 c. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950

d. Akan dibentuk DPRS, MPRS, dan DPAS.

Secar a umum Dekrit

Presiden 5 Juli 1959 mendapat dukungan luas dari masyarakat. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) segera mengeluarkan Perintah Harian yang ditujukan kepada seluruh anggota TNI

untuk melaksanakan dan

mengamankan Dekrit tersebut. Sementara itu, MahkamahAgung

(MA) juga membena rkan

tindakan presiden mengeluarkan Dekrit tersebut.

Dampak keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, antara lain sebagai berikut:

1) Pertentangan dalam tubuh Konstituante berakhir, karena berdasarkan Dekrit, badan ini memang dibubarkan.

2) Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia diatur kembali oleh Konstitusi UUD 1945.

3) Indonesia memasuki era Demokrasi Terpimpin.

4) Bangsa Indonesia terhindar dari perpecahan, terkait dengan pertentangan dalam Konstituante.

Sebelum kalian mempelajari bagian berikutnya, rangkumlah materi sistem dan struktur sosial ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan di Indonesia. Tulis hasil kegiatan kalian dalam bentuk laporan singkat untuk dikumpulkan pada guru dan uraikan secara singkat rangkuman tersebut di depan kelas.

Cakap Ilmu

hasil tetap tidak mencapai dua per tiga suara. Dengan demikian Konstituante juga gagal menetapkan berlakunya kembali UUD 1945. Terjadilah suasana tegang yang diperburuk dengan adanya penolakan partai politik tertentu untuk menghadiri sidang lagi. Perkembangan ini dianggap sebagai keadaan darurat. Presiden Sukarno akhirnya mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 melalui suatu upacara resmi di Istana Negara.

Salah satu kesepakatan yang dicapai dalam KMB yaitu, Indonesia menjadi negara serikat dengan nama RIS.

Terbentuknya negara serikat mendorong munculnya berbagai demonstrasi dan mosi yang menginginkan agar negara-negara bagian RIS dilebur dan bergabung dengan Republik Indonesia guna membentuk negara kesatuan. Hal ini karena RIS dianggap tidak sesuai dengan semangat Proklamasi 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan. Sejak itu, Indonesia memasuki suatu era baru yang disebut era Demokrasi Liberal. Konstitusi yang dipakai adalah UUDS 1950. Pada masa ini Indonesia menjalankan pemerintahan sistem parlementer.

Rangkuman

Dalam dokumen IPS Terpadu 3 Kelas 9 Bambang TH Rukidi 2009 (Halaman 101-105)