• Tidak ada hasil yang ditemukan

CALON GURU DALAM MENGHADAPI PRAKTEK PROFESI KEGURUAN TERPADU

Dalam dokumen Professional Learning Untuk Indonesia Emas (Halaman 94-105)

Sujiyo Miranto

Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Email : sujiyoubjmiranto@rocketmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecerdasan adversity dan support system (dosen dan teman sebaya) dengan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi perkuliahan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) pada tahun akademik 2014-2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik studi korelasional dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 60 mahasiswa peserta mata kuliah Pengajaran Mikro pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling.

Kesimpulan penelitian Pertama Terdapat hubungan negatif yang signiikan antara kecerdasan adversity dengan kecemasan mahasiswa dalam menghadapi perkuliahan PPKT dengan nilai r = -0,86; Kedua Terdapat hubungan negatif yang signiikan antara support system dengan kecemasan mahasiswa dalam menghadapi perkuliahan PPKT dengan nilai r = -0,605 dan Ketiga Terdapat hubungan negatif yang signiikan antara kecerdasan adversity dan support system secara bersama-sama dengan kecemasan mahasiswa dalam menghadapi perkuliahan PPKT dengan niali R = -0,867.

Kata Kunci: kecemasan, kecerdasan adversity dan support

system

Pendahuluan

Sudah sejak tahun 2005 (14 tahun) FITK sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mencetak calon guru menerapkan mata kuliah PPKT. Kegiatan yang dilakukan adalah menempatkan mahasiswa semester 7 atau 8 di sekolah-sekolah sekitar wilayah Jakarta dan Tangerang. Dengan program ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang nantinya dijumpai pada saat menjadi guru yang sesungguhnya sekaligus dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.

Kondisi lingkungan sekolah yang baru dan memilki banyak perbedaan dengan kondisi lingkungan kampus dapat menganggu kestabilan emosi mahasiswa. Hal ini karena kondisi lingkungan sekolah tersebut belum tentu menyenangkan, tetapi ada kalanya muncul situasi yang membawa kecemasan. Sulitnya untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan baru dan kemungkinan adanya ketidaksukaan dengan kehadiran mahasiswa praktikan ini dapat menyebabkan kecemasan bagi mahasiswa. Jika dirinci permasalahan yang umum dijumpai oleh mahasiswa peserta PPKT adalah: (1) kekhawatiran mendapatkan nilai kurang maksimal; (2) keluhan mahasiswa pada dosen pamong terutama kesulitan dalam beradaptasi, (3) jumlah kunjungan dosen yang kurang ke sekolah tempat PPKT dilaksanakan, sehingga menyebabkan mahasiswa merasa berjuang sendiri, (4) waktu kegiatan PPKT selama 4 bulan yang dirasakan cukup lama, (5) waktu keberadaan di sekolah yang cukup lama dari mulai jam 6.30 WIB sampai dengan 15.00 WIB yang sesuai dengan kehadiran guru-guru lainya yang sudah tetap, (6) dibutuhkannya biaya yang cukup banyak diantaranya untuk acara pembukaan, membeli pakaian yang harus sesuai dengan tuntutan sekolah, membeli peralatan dan bahan-bahan lainnya untuk persiapan pembelajaran dan membuat media, serta pengeluaran untuk biaya penutupan PPKT, (7) kewajiban datang pagi hari 6.30 WIB yang berbeda dengan waktu kuliah 7.30 WIB membuat mahasiswa peserta PPKT harus ekstra keras bangun pagi hari dan memilih jalan yang tidak macet agar dapat hadir tepat waktu, (8) adanya perasaan tidak nyaman selama disekolah akibat lingkungan sekolah yang baru.

Crow dan Crow (dalam Hartanti, 1997) mengemukakan bahwa kecemasan adalah sesuatu kondisi kurang menyenangkan yang di alami oleh individu yang dapat mempengaruhi keadaan isiknya. Sedangkan Nawangsari (2000) menyatakan kecemasan adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan meliputi rasa takut, rasa tegang, khawatir, bingung, tidak suka yang sifatnya subjektif dan timbul karena adanya perasaan tidak aman terhadap bahaya yang diduga akan terjadi.

Respon kecemasan menurut Stuart & Sundeen (1998) dapat terjadi berbagai perubahan yang meliputi: 1) respon isiologis yang meliputi: Sistem kardiovaskuler, sistem respiratori, sistem neuromuskuler, sistem gastrointestinal, sistem urinaria, sistem integumen. 2) respon perilaku kelelahan, ketegangan isik, tremor, reaksi tibatiba, bicara cepat, koordinasi kurang, sering terjadi kecelakaan; 3) respon kognitif: gangguan perhatian, konsentrasi berkurang, pelupa, selalu salah dalam mengambil keputusan, blocking, penurunan lapang pandang, penurunan produktiitas, penurunan kreatiitas, menarik diri, kebingungan, objektiitas kurang, takut mati; 4) respon afektif: gelisah, tidak sabar, tegang, mudah terganggu, ketakutan, mudah tersinggung.

Tingkat kecemasan yang dikemukakan oleh Townsend (2005) ada empat tingkat yaitu; 1) Kecemasan Ringan: yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatiitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, kesadaran meningkat, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai dengan situasi; 2) Kecemasan Sedang yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, mampu untuk belajar namun tidak terfokus pada rangsang yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. 3) Kecemasan Berat Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang terinci dan spesiik serta tidak dapat berikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi; 4) Panik, yang berhubungan dengan terperangah, ketakutan, teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak-teriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. Panik

dapat mengakibatkan peningkatan motorik, penurunan kemampuan berhubungan dengan orang lain dan tidak mampu berikir rasional. tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan perubahan berat badan.

Surekha (2001) menyatakan bahwa Adversity adalah kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola–pola tanggapan kognitif dan prilaku atas stimulus peristiwa-peristiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan.

Menurut Stoltz (2000), kecerdasan dalam menghadapi rintangan individu memiliki empat dimensi, yaitu CO2RE (Control, Origin Ownership, Reach, Endurance).

a. Control (C)

Dimensi ini ditunjukan untuk mengetahui seberapa banyak kendali yang dapat kita rasakan terhadap suatu peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Hal yang terpenting dari dimensi ini adalah sejauh mana individu dapat merasakan bahwa kendali tersebut berperan dalam peristiwa yang menimbulkan kesulitan seperti mampu mengendalikan situasi tertentu dan sebagainya.

b. Origin dan Ownership (O2)

Dimensi ini mempertanyakan siapa atau apa yang menimbulkan kesulitan dan sejauh mana seseorang menganggap dirinya mempengaruhi dirinya sebagai penyebab dan asal usul kesulitan seperti penyesalan, pengalaman dan sebagainya.

c. Reach (R)

Dimensi ini merupakan bagian dari kecerdasan adversity yang mengajukan pertanyaan sejauh mana kesulitan yang dihadapi akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan individu seperti hambatan akibat panik, hambatan akibat malas dan sebagainya.

d. Endurance (E)

Dimensi keempat ini dapat diartikan ketahanan yaitu dimensi yang mempertanyakan dua hal yang berkaitan dengan berapa lama penyebab kesulitan itu akan terus berlangsung dan tanggapan indivuduterhadap waktu dalam menyelesaikan masalah seperti waktu bukan masalah, kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan sebagainya.

Pengertian teman sebaya menurut St.Vembriarto (1993: 55) adalah: 1) kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan diantara

anggota intim. 2) anggota kelompok teman sebaya terdiri atas sejumlah individu-individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi sosial. 3) istilah kelompok dapat menunjuk kelompok anak-anak, kelompok remaja. Perkembangan teman sebaya dengan pengaruh yang cukup kuat merupakan hal penting dalam masa-masa remaja.

Fungsi kelompok teman sebaya (peer group) tersebut dapat dijelaskan sebagai berkut: 1) memberi perhatian yang positif dan saran dengan cara mengunjungi, memberikan kejutan/hadiah, saran, menawarkan bantuan, tersenyum, membentuk seseorang dari anak lain yang membutuhkan, percakapan umum; 2) memberikan sikap dan penerimaan pribadi: secara isik dan lisan; 3) sikap tunduk: penerimaan pasif, meniru, sharing, menerima ide orang lain, mengikuti anak lain yang bermain, berkompromi, mengikuti teman yang lain meminta dengan keenagan dan kerjasama (kooperatif).

Peranan kelompok teman sebaya (peer group) merupakan hubungan sosial antara individu satu dengan individu lain dalam kelompok yang memiliki persamaan usia dan status sosial yang memberikan pengaruh dalam pergaulan. Kebutuhan akan adanya penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sebaya muncul akibat adanya keinginan bergaul remaja dengan teman sebaya mereka. Remaja sering dihadapkan pada persoalan penerimaan atau penolakan kehadiran teman sebaya. Kelompok teman sebaya (peer group) akan mempengaruhi kedisiplinan belajar. Remaja dalam kelompok sebaya merasa mendapatkan dukungan dari teman-temannya. Kelompok yang memberikan pengaruh baik akan memberikan motivasi pada siswa untuk disiplin dalam belajar, sedangkan kelompok yang memberikan pengaruh yang negatif adalah kelompok yang memberikan contoh yang tidak baik bahkan sering melakukan tindakan yang menyimpang.

Interaksi mahasiswa dalam kelompoknya merupakan hubungan timbal balik antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dimana diantara individu saling mempengaruhi, mengubah untuk memenuhi kebutuhan. Interaksi ini merupakan interaksi yang intensif baik secara kualitas maupun kuantitas. Interaksi antara teman sebaya sangat diperlukan dalam kehidupan, karena interaksi yang baik dapat membentuk kerjasama antar teman sebaya tersebut.

Mahasiswa yang memiliki kelompok teman sebaya (peer group) yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula bagi mahasiswa tersebut dalam penanaman kedisiplinan, bertindak dan beretika, sebaliknya mahasiswa yang mempunyai kelompok teman sebaya yang tidak baik akan memberikan dampak yang negatif bagi diri mahasiswa tersebut bahkan sering melakukan tindakan yang menyimpang. Interaksi yang baik antara sesama mahasiswa sangat

diperlukan dalam mencegah tingkat stress anggota kelompok tersebut karena dapat membentuk kerjasama antara sesama mahasiswa anggota kelompok, sehingga tujuan yang ingin dicapai akan terwujud. Oleh karena itu, dimungkinkan peranan kelompok teman sebaya dan interaksi sesama mahasiswa secara bersama-sama terjadi hubungan dengan stress mahasiswa tersebut dalam menghadapi sesuatu yang baru misalnya menghadapi kegiatan PPKT.

Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas Setiap Variabel

Pembahasan

Jika dilihat dari komposisi jenis kelamin, dapat diketahui bahwa sebagaian besar responden atau 82.5 % responden memiliki jenis wanita. Sedangkan sisanya 17.65 % berjenis kelamin pria. Hal ini menunjukkan responden wanita lebih banyak dibanding responden pria. Kondisi ini hampir sama dengan kondisi prodi-prodi Pendidikan lainnya dimana jurusan pendidikan lebih banyak diminati oleh wanita. Alasan mengapa prodi pendidikan banyak diminati oleh wanita, karena dalam pelaksanaanya dalam pembelajaran, yaitu saat mengajar tidak diperlukan kegiatan isik yang banyak dan lebih mementingkan aspek psikis dan manajemen. Untuk pekerjaan seperti itu wanita dirasa paling sesuai.

Tabel 2. Deskripsi Data Kecerdasan Adversity

Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata kecerdasan adversity sebesar 25.97. Nilai ini lebih rendah dari nilai median (27). Bila dibuat kurva normal data ini lebih cenderung condong ke arah kiri atau lebih kecil dari nilai mediannya. Jika nilai median dibandingkan dengan nilai rata-ratanya memliki selisih sebesar 1.03. Selisih antara median dengan rata-rata yang tidak terlalu besar tersebut dapat dikatakan bahwa data tersebut memiliki sebaran normal.

Tabel 3. Deskripsi Data Support Sistem

Sumber: Data Diolah dari Hasil Penelitian

Dari data yang tersaji pada tabel 3 tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata data support sistem sebesar 25. 92. Nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan nilai modus memiliki selisih yang sebesar 4, 08. Selisih median dengan rata rata sebesar 0.02. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa data tersebut jika disusun dalam kurva normal lebih cenderung melenceng ke arah sebelah kiri. Data yang melenceng kekiri jika tidak terlalu jauh dari nilai mediannya dapat dikatakan bahwa data tersebut masih termasuk katagori data yang berdistribusi normal.

Tabel 4. Deskripsi Data Kecemasan Mahasiswa

Sumber: Data Diolah dari Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian tentang kecemasan mahasiswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 24.25. Jika dibandingkan dengan data kecerdasan adversity (25.97) dan data support sistem (25.92) maka nilai rata-rata kecemasan mahasiswa adalah yang paling rendah.

Tabel 5. Hubungan Natara Variabel Penelitian

Sumber: Data Diolah dari Hasil Penelitian

Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS versi 17 seperti tersaji pada tabel 5 di atas, diperoleh nilai korelasi parsial (r) antara variabel kecerdasan adversity dengan kecemasan mahasiswa sebesar -0.866 dan signiikansi. Sedangkan hasil perhitungan korelasi parsial (r) antara variabel suport system dengan kecemasan mahasiswa adalah sebesar -0. 605. dan signiikansi Sementara itu perhitungan korelasi ganda antara variabel kecerdasan adversity dan support system secara

simultan dengan kecemasan mahasiswa diperoleh nilai R= -0.867. Nilai korelasi ganda (R) antara antara variabel kecerdasan adversity dan support system secara bersama-sama dengan kecemasan mahasiswa ini menunjukkan hubungan yang sangat signiikan.

Hasil uji signiikansi hubungan antara masing-masing variabel penelitian tersaji dalam tabel di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Uji Signiikansi Hubungan Antara Variabel Penelitian

Sumber: Data Diolah dari Hasil Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan mahasiswa dalam kegiatan PPKT selain faktor isik juga faktor kesiapan psikologis mahasiswa tersebut. Oleh sebab itu persiapan kegiatan PPKT perlu penanganan secara baik dan komprehensip.

Kecerdasan dalam menghadapi rintangan adalah suatu kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi suatu peluang keberhasilan mencapai tujuan. melalui kemampuan berpikir, mengelola dan mengarahkan tindakan yang membentuk suatu pola– pola tanggapan kognitif dan prilaku atas stimulus peristiwa–peristiwa dalam kehidupan yang merupakan tantangan atau kesulitan. Oleh sebab itu dengan memiliki kecerdasan adversity yang baik seorang mahasiswa mampu mengatasi bahkah mengelola hambatan yang dialami selama PPKT tersebut menjadi sebuah peluang. Dengan demikian mahasiswa yang memiliki kecerdasan adversity yang tinggi akan berhasil mengatasi tingkat kecemasannya sehingga akan berhasil

dalam mengikuti kegiatan PPKT.

Dosen pembimbing termasuk ketua program ptudi, penasehat akademik maupun dosen pembimbing PPKT mempunyai fungsi yang sangat kuat pengaruhnya terhadap pendewasaan mahasiswa. Mereka tersebut mempunyai peran yang besar dalam pembentukan pola kepribadian mahasiswa. Adanya ikatan emosional yang kuat antara mahasiswa dengan dosen akan lebih mudah dalam memberikan pengaruh tentang berbagai hal kepada mahasiswa termasuk dalam pelaksanaan kegiatan PPKT. Pengaruh dosen baik yang bersifat langsung ataupun tidak langsung sangat diperlukan mahasiswa selama menjalankan kegiatan ini.

Kelompok teman sebaya merupakan tempat untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan dan pengetahuan seseorang. Rasa solidaritas dan kebersamaan akan tumbuh apabila mahasiswa mempunyai teman bergaul yang baik. Lingkungan pergaulan remaja tidak lepas dari kelompok, karena selalu memberikan motivasi dan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan pribadinya, sehingga mahasiswa bisa bersikap positif atau negatif. Dengan teman bergaul yang baik maka akan dapat memberikan pengaruh yang positif pada mahasiswa, sehingga jika mahasiswa tersebut menghdapi kendala dia dapat meminta saran kepada teman sebaya tersebut.

Penutup

Pertama, Terdapat hubungan negatif antara kecerdasan adversity dengan kecemasan mahasiswa dalam mengijuti kegiatan PPKT; Kedua Terdapat hubungan negatif antara support system dengan kecemasan mahasiswa dalam mengijuti kegiatan PPKT; Ketiga, Terdapat hubungan negatif antara kecerdasan adversity dan support system secara bersama-sama dengan kecemasan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan PPKT.

Daftar Pustaka

Buku Pedoman Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT). 2013. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

LeDoux Joseph. 1996. The Emotional Brain. New York: Simon and Schuster.

Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Burns, B. Robert. 2000. Introduction to Research Methods. London: Sage Publication, Ltd.

Crow and Crow. 1990. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin

Goleman, Daniel. 2000. Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. 2000. Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gottman, John. 2001. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Horton, B. Paul and Hunt, L. Chester. 1996. Sosiologi. Terjemahan Aminuddin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: PT. Erlangga

Hurlock, B. Elizabet. 1999. Psikologi Perkembangan. Terjemahan Isti Widayanti dan Soejarwo Jakarta: PT. Erlangga

Salovey, Peter and D.J. Sulyster, 1997. Emotional Development and Emotional Intelegence. New York: Basic Books.

Sevilla, Consuelo G, et all. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan Alimuddin Tuwu . Jakarta: UI-Press

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Slamet Santoso. 1999. Dinamika Kelompok Sosial. Jakarta: Bumi Aksara..

Vembriarto. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Zaviera, F., 2007, Teori Kepribadian Sigmund Freud, Prismasophie : Yogyakarta.

PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

Dalam dokumen Professional Learning Untuk Indonesia Emas (Halaman 94-105)