• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intimidasi (Bullying) Beberapa siswa takut ditindas oleh temannya Anak yang mengalami hal tersebut ingin

Dalam dokumen Professional Learning Untuk Indonesia Emas (Halaman 133-137)

MENGAPA ANAK MENOLAK BERSEKOLAH? Fatkhul Ariin

6) Intimidasi (Bullying) Beberapa siswa takut ditindas oleh temannya Anak yang mengalami hal tersebut ingin

menghindari sekolah karena mereka merasa situasi di sekitar mereka sudah tidak nyaman. Secara isik mereka merasa terancam, tertindas, atau ditinggalkan oleh anak-anak lain. 7) Masalah kesehatan (Health-related concerns). Beberapa siswa

membantu orang tua dan staf sekolah dalam menentukan apakah seorang anak memiliki isik yang baik atau masalah jika terkait dengan kecemasan.

Dalam suber lain, tingkah laku school refusal dapat dilihat dari satu atau kombinasi dari beberapa karakteristik (Kearney, 2001), yaitu : a) Absen dari sekolah, menolak pergi ke sekolah, tidak mau pergi ke sekolah, b) Hadir di sekolah tapi kemudian meninggalkannya sebelum jam sekolah usai, c) Hadir di sekolah tapi menunjukkan tingkah laku yang tidak diharapkan, dari tingkah laku menyendiri, tidak ingin pisah dari igure attachment-nya (orang terdekat), agresif, tidak kooperatif sampai temper tantrum (rewel dan mengamuk), dan d) Mengemukakan keluhan isik dan keluhan lain (di luar keluhan isik) dengan tujuan agar tidak pergi ke sekolah.

Ketika anak memasuki dunia sekolah, anak mulai dituntut dan kadangkala menuntut dirinya agar selalu berbuat sebaik mungkin dan menyesuaikan dirinya dengan standar tingkah laku tertentu. Standar tingkah laku tersebut dipandang sesuai dengan tuntutan guru/ sekolah, orang tua maupun teman. Adakalanya anak tidak dapat memenuhi tuntutan yang dikenakan kepada mereka atau berkaitan dengan kegiatan belajar, terutama dalam hal prestasi akademik.. Keadaan ini menimbulkan tekanan pada anak dan dapat menjadi pemicu timbulnya masalah dalam kegiatan belajar dan proses belajar anak, antara lain menghindari atau menolak pergi ke sekolah. Perilaku tersebut juga digolongkan sebagai School Phobia atau School Refusal. Anak yang mengalami School Refusal menunjukkan penolakan untuk hadir di sekolah dengan cara mengungkapkan berbagai keluhan isik dalam upaya menyakinkan orang tua agar dirinya diijinkan tetap tinggal di rumah. Misalnya: sakit kepala, sakit perut, sakit tenggorokan, diare, muntah, dan sebagainya. Disamping itu mereka sering pula mengungkapkan keluhan sehubungan dengan keadaan-keadaan di sekolah yang dirasa tidak nyaman bagi mereka dan membuat mereka menolak ke sekoIah. Misalnya: guru yang galak, tugas-tugas terlalu sukar atau terlalu mudah, teman-teman yang tidak menyenangkan, dan lain-lain.

Pada umumnya school refusal disebabkan oleh dua hal mendasar, yaitu (1) pola asuh orang tua yang menimbulkan kecemasan berpisah (separation anxiety) pada anak, dan (2) adanya peristiwa-peristiwa

pencetus yang dapat menimbulkan kecemasan anak untuk berada di sekolah ataupun berada terpisah dari orang tua. Penyebab terjadinya school refusal bervariasi, Setzer & Salzhauer (2006) menyebutkan empat alasan untuk menghindari sekolah yaitu: (1) untuk menghindari objek –objek atau situasi yang berhubungan dengan sekolah yang mendatangkan distress; (2) untuk menghindar dari situasi yang mendatangkan rasa tidak nyaman baik dalam interaksi dengan sebaya atau dalam kegiatan akademik; (3) untuk mencari perhatian dari

signiicant others di luar sekolah; dan (4) untuk mengejar kesenangan di luar sekolah.

Penanganan Bagi Anak yang Mengalami Masalah School Refusal

Berdasarkan Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012 berjudul School Refusal Pada Anak Sekolah Dasar yang ditulis oleh Nazwa Manurung, penanganan pada anak-anak yang mengalami school refusal harus ditujukan untuk mengembalikan mereka ke sekolah seawal mungkin (Fremont, 2003). Penanganan yang efektif sebaiknya segera dilakukan untuk mencegah permasalahan-permasalahan yang akan timbul di kemudian hari, sehingga school phobia harus ditangani sedini mungkin (Hogan, 1996). Dalam Fremont (2003 ) disebutkan bahwa pilihan tritmen antara lain meliputi edukasi dan konsultasi, pendekatan, perilaku, intervensi yang melibatkan keluarga, dan mungkin juga dengan cara farmakoterapi. Selain itu keterlibatan orang tua dan guru merupakan faktor yang membantu untuk mencapai tritmen yang efektif. Personil yang ada di sekolah sebaiknya merupakan orang pertama yang dilibatkan dalam menangani permasalahan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua terhadap anak yang memiliki masalah school refusal, yaitu menekankan pentingnya bersekolah, berusaha untuk tidak menuruti keinginan anak untuk tidak sekolah, konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter, bekerjasama dengan guru kelas atau asisten lain di sekolah, luangkan waktu untuk berdiskusi atau berbicara dengan anak, lepaskan anak secara bertahap, dan konsultasi pada psikolog atau konselor jika masalah terjadi. Anak yang mengalami school refusal masih bisa terus sekolah asalkan orangtua dan guru mau bekerjasama untuk mengetahui penyebabnya dan membantu anak yang mengalami school refusal untuk dapat mengatasi masalahnya, yaitu dengan menjalin komunikasi untuk mengetahui perkembangan anak baik di sekolah

maupun di rumah, sehingga masalah yang dihadapi anak, khususnya school refusal dapat segera diketahui dan dapat pula dengan segera diatasi bersama.

Penutup

Masalah school refusal sering muncul ketika anak pertama kali memasuki sekolah. Seorang anak yang telah mencapai usia sekolah, kehidupan rumah yang ia jalani digantikan dengan kehidupan sekolah. Pertama kali anak mungkin menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan orang-orang yang ada di sekolah, tetapi jika ditangani oleh para pendidik yang baik, kesulitan beradaptasi tersebut dapat diatasi dengan cepat.

Daftar Pustaka

Davison, G. C., John, M. N., & Ann, M. K. (2006).Psikologi abnormal (Edisi ke-9). Jakarta: PT. Raja GraindoPersada.

Kearney, C. A. (2001).School Refusal Behavior In Youth A Functional Approach To Assessment And Treatment Washington, DC: American Psychological Association.

Nazwa, Manurung. School Refusal pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012.

Mahfuzh, S M J. (2001). Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta :Pustaka Al-Kautsar

Sukadji,S.(2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikolog (L.P.S.P3.) Fakultas Psikolog Universitas Indonesia. Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012 berjudul School Refusal

Pada Anak Sekolah Dasar yang ditulis oleh Nazwa Manurung http://www.nasponline.org/families/schoolrefusal.pdf

PEMBELAJARAN

Dalam dokumen Professional Learning Untuk Indonesia Emas (Halaman 133-137)