• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

PENGUMPULAN DATA SKRIPS

A. Catatan bersama Informan

No. : 1

Waktu : 11.46-13.10 wib. Tanggal : 12 November 2012 Tempat : Warkop Babakan Raya

Informan : Pak SND(42 tahun), warga Desa Babakan Raya Topik : 1. Perubahan dan sejarah kawasan Babakan Raya 1. Perubahan dan sejarah kawasan Babakan Raya

Pak SND menyatakan bahwa “dulu Babakan Raya teh gak seramai ini, dulu teh masih hutan karet dan masih adem dan pada sekitar 1990-1997 warkop mah masih ramai oleh konsumen mahasiswa bahkan sampai antri karena sekitar 1994 pedagang makanan masih jarang ada. Babakan raya yang biasa disebut Bara ini mulai ramai oleh pedagang gerobak itu pada tahun 1998 kemudian pada tahun 2000 IPB membangun kios-kios yang berada di pinggir trotoar jalan”

No. : 2

Waktu : 09.00-10.00 wib. Tanggal : 14 November 2012

Tempat : Kantor Kepala Desa Babakan Raya

Informan : H. UK, mantan Kepala Desa Babakan Raya Topik : 1. Sejarah keberadaan IPB

2. Sejarah kios dan pedagang kaki lima di Babakan Raya 1. Sejarah keberadaan IPB

Berdasarkan wawancara Pak UK menyatakan bahwa: “memang sejak awal bahwa di daerah Babakan Raya ini memang sedikit jumlah sawahnya, yang banyak mah kebun karet Neng. Jadi memang warga sini yang punya sawah juga jarang. Dulu sebelum IPB di bangun, masyarakat sekitar Babakan Raya ini kebanyakan banyak yang menjadi buruh lepas kebun karet, tetapi ketika Pak Soekarno datang sekitar tahun 1962 barulah ada bangunan fakultas kehutanan. Setelah adanya pembangunan fakultas kehutanan yang menjadi awal berdirinya IPB ini, maka para buruh lepas perkebunan karet menjadi pegawai IPB dan ibu-ibu bisa menjadi buruh cuci pakaian.

106

2. Sejarah kios dan pedagang kaki lima di Babakan Raya

“Sebelum tahun 2000-an di Babakan raya ini pedagangnya masih menggunakan emperan di pinggir jalan dan trotoar tapi setelah tahun 2000-an mulai dibuat bangunan kios dan mulai banyak pedagang pendatang dari luar”.

No. : 3

Waktu : 10.00-11.05 wib. Tanggal : 14 November 2012

Tempat : Kantor Kepala Desa Babakan RAya Informan : Pak YYT, Kepala Desa Babakan Raya Topik : 1. Sejarah keberadaan IPB

2. Sejarah kios dan pedagang kaki lima di Babakan Raya

1. Sejarah keberadaan IPB

Pak YYT menyatakan bahwa “pada tahun 1962 berdiri fakultas kehutanan neng, mulai dari itulah IPB terbentuk, pada tahun 1980 aja di sini mah masih banyak hutan karet Neng”.

2. Sejarah kios dan pedagang kaki lima di Babakan Raya

“Awalnya yang berdagang di sekitar sini itu adalah penduduk asli sini, tapi lama kelamaan banyak pendatang. Sebelum tahun 1997 ketika kepala desanya masih Pak END, Dia memperbolehkan keberadaan pedagang kaki lima. Kemudian setelah tahun 1997, di mana pada saat itu saya sudah menjadi kepala desa maka saya meneruskan kebijakan yang Pak END buat, eh gara-gara hal itu pihak desa banyak memperoleh teguran dari IPB”

3. Pembagian uang retribusi

“Dulu MOU yang pernah disepakati antara pihak desa dan IPB ketika rektornya masih Pak MCK yaitu menyatakan 60% uang dari hasil retribusi merupakan milik IPB dan 40% dari hasil retribusi merupakan milik desa. Uang retribusi ini biasanya ditarik oleh aparat IPB, sehingga nanti setelah uangnya terkumpul desa dioberi jatah 40% itu jika diuangin sekitar Rp9.000.000,00”.

4. Perselisihan IPB dengan aparat Desa Babakan Raya

“Desa sangat bergantung pada pembagian uang retribusi, tapi malah selama empat bulan ini uang retribusi belum keluar sama sekali, ya...mau bagaimana uang operasional desa juga terbatas tetapi kita harus membayar uang sampah yang bersarnya sampai

Rp4.000.000,00 dan uang kebersihan Rp2.000.000,00 serta uang penggajian aparat desa Rp1.500.000,00. Selain untuk hal itu biasanya uang retribusi ini digunakan untuk menyambut tamu dan mensubsidi masyarakat. Begini Neng, IPB itu maunya para

pedagang dipindahkan segera tetapi pihak desa nah maunya ya IPB mau membuat MOU baru yangt bunyinya seperti MOU lama, karena tanpa MOU itu kita tidak bisa

mendapatkan uang retribusi. Perselisihan ini terjadi sudah hampir enam bulan Neng”.

No : 4

Waktu : 14.00-16.30 wib. Tanggal : 15 November 2012

Tempat : Ruang tamu rumah Pak AHS, Babakan Raya Informan : Pak AHS, Ketua paguyuban pedagang di kios Bara

107

Topik : 1 Informasi umum diri responden 2. Sejarah mejamurnya pedagang di Bara

3. Konflik IPB dengan pemerintah Desa Babakan 4. Upaya resolusi.

1. Informasi umum diri responden

Pak AHS (37 tahun) merupakan, warga asli Brebes yang sudah tinggal di Bara selama 18 tahun. Pak AHS merupakan pemilik usaha makanan “Podo Seneng” dan sekaligus menjabat sebagai ketua Paguyuban pedagang makanan di kios Bara. Ketika ditanya tentang jabatan dan fungsinya maka bliau berkata: “Saya menjabat sebagai ketua paguyuban ini sudah hampir dua tahun, Mbak. Kalau ditanya tentang fungsi saya sih seperti katalisator untuk perubahan pedagang agar lebih baik”.

2. Sejarah mejamurnya pedagang di Bara

Pak HS secara rinci menceritakan tentang asal muasal menjamurnya pedagang di Bara. Pak AHS berkata bahwa “Pada tahun 1990, ada beberapa pedagang yang berjualan di trotoar, kemudian pada tahun 1998 dari pihak IPB mulai banyak membahas tentang tata ruang. Dari pihak IPB yang menangani masalah itu kemudian menjembatani pedagang untuk membuat kios yang diperuntukkan bagi pedagang yang berjualan di trotoar. Sewaktu itu pada tahun 2000, IPB membangun kurang lebih 75 kios dan kios tersebut diberikan kepada pedagang secara cuma-cuma. Kios ini dibangun dengan syarat tidak akan ada lagi yang pedagang yang berjualan di trotoar ataupun di pinggir jalan. Tetapi setelah kios-kios itu berdiri selama 2 tahun, mulailah bermunculan lagi pedagang- pedagang kaki lima di trotoar. Hal itu dikarenakan ada oknum aparat desa yang menjembatani pedagang kaki lima tersebut”.

3. Konflik IPB dengan pemerintah Desa Babakan

Pak AHS menyatakan bahwa:“Penarikan uang retribusi dari para pedagang itu di bawahi oleh dua pihak yaitu pihak desa yang mengambil uang retribusi di auning (pedagang yang berjualan di trotoar dan pinggir jalan) dan pihak IPB yang mengambil uang hak guna usaha dari para pedagang berkios di Babakan Raya”. “Dulu sekitar dua tahunan ada oknum IPB yang juga memungut uang retribusi dari auning lo, kan akibatnya para pedagang merasa aman berdagang di auning itu”. “Pada tahun 2013 ada rencana dari IPB untuk mentata ulang pedagang yang ada di Babakan Raya. Ya... kalau saya sebagai ketua paguyuban pedagang sih mendukung kebijakan yang positif saja dan saya akan memperjuangkan agar tidak ada kapitalisme yang bermodal untuk menguasai kios-kios tersebut nantinya” “Menurut saya, pihak Bisnis dan Kemitraan IPB cenderung frontal dalam upaya pengusiran para pedagang kaki lima yang berada di trotoar. Karena pihak dari IPB ini mengambil kebijakan yang tidak terlebih dulu disosialisasikan kepada para pedagang. Ya... kalau para pedagang diusir nanti bagaimana keadaan keluarga pedagang. Ya...seharusnya itukan mendekati masyarakat itu menggunakan hati bukan otak”. “Pada tahun 2005, pernah ada selentingan isu pribumi dan nonpribumi, akibat dari itu maka pedagang juga was-was dan takut akan ada perpecahan dan pertumpahan darah”.

4. Upaya resolusi

“Pada bulan haji kemarin ini (2012) ada pertemuan antara pihak IPB, camat, kepala polisi sektor, komandan rayon militer, pihak aparat desa yang diwakili oleh sekretaris desa dan pihak pedagang yaitu saya (ketua paguyuban kios), di sana saya menyuarakan

108

bahwa jika ada pembangunan dan penataan kembali pedagang yang berada di Babakan Raya maka para pedagang menginginkan pedagang-pedagang yang sudah berjualan di Babakan Raya harus diberi tempat dahulu”. “Ya...biar para pedagang tidak menjual atau mengalihtangankan kios mereka, sebaiknya IPB mendampingi para pedagang dan memberikan sertifikat yang bisa digunakan untuk mengakses modal di bank”.

B. Catatan bersama responden

Dokumen terkait