• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR

2.3 Cerpen “Menyusu Ayah”

“ Sedari tadi aku meeting, baru saja selesai, sekarang sudah di jalan.” Si Mas pura-pura membunyikan klakson. Sekonyong-konyong rolling door dibuka dari luar (hlm 20).

(92) “ Dia tidak orgasme di dalam vagina. Dia orgasme di dalam mulut!” (hlm 18).

2.3 Cerpen “Menyusu Ayah”

“Menyusu ayah” bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Nayla. Nayla seorang anak perempuan yang memiliki kekuatan fisik seperti anak laki-laki sebayanya. Sebagai seorang anak, ternyata Nayla tidak pernah menyusu pada ibunya. Untuk mengganti kerinduan kepada ibunya, Nayla menyusu penis ayahnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, Nayla bertingkah laku seperti anak laki-laki. Dia bermain kelereng, mengenakan celana pendek, memanjat pohon, berkelahi dan kencing berdiri. Fisik Nayla pun juga seperti laki-laki. Rambutnya pendek, tubuhnya kurus kering dan hitam, dan payudaranya rata. Namun, semua itu tidak pernah dipikirkan oleh Nayla.

Suatu hari, Nayla bertanya kepada ayahnya tentang penyebab ayahnya tidak mau menyusuinya lagi. Mendengar pertanyaan seperti itu ayah Nayla marah. Ayahnya menyangkal. Sejak ayahnya tidak menyusuinya lagi, Nayla kemudian berpaling ke teman-teman ayahnya. Kini, Nayla lebih sering menyusu pada penis teman-teman ayahnya. Nayla tidak merasa risih. Sebaliknya, Nayla merasa bahagia.

Tidak ada kebahagiaan yang tidak berakhir. Suatu hari, ketika Nayla sedang menyusu penis teman ayahnya, tiba-tiba teman ayahnya itu meraba payudara Nayla. Tidak hanya itu, semakin hari ulah teman ayahnya itu semakin

menjadi. Dia tidak hanya meraba payudara, tetapi juga meraba kemaluan Nayla. Suatu hari, teman ayahnya itu merebahkan tubuh Nayla dan memperkosanya. Hal tersebut mengingatkan Nayla ketika ia diperkosa oleh ayahnya. Kini, Nayla mengandung anak yang kelak juga akan menjadi anak yang kuat dengan atau tanpa figur ayah.

2.3.1 Tokoh dan Penokohan 2.3.1.1 Tokoh Utama 2.3.1.1.1 Nayla

Tokoh utama (protagonis) dalam cerpen ini adalah Nayla, karena tokoh Nayla adalah tokoh yang paling banyak ditampilkan dalam cerita. tokoh Nayla juga tokoh yang banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.

Tokoh Nayla digambarkan sebagai anak perempuan yang kuat, berani, dan mempunyai bentuk fisik seperti laki-laki. Nayla juga menyukai hal-hal yang menyangkut laki-laki. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut

(93) Saya perempuan, tapi saya tidak lebih lemah daripada laki-laki (hlm 35).

(94) Saya mengenakan celana pendek atau celana panjang. Saya bermain kelereng dan mobil-mobilan. Saya memanjat pohon dan berkelahi. Saya kencing berdiri. Saya melakukan segala hal yang dilakukan anak laki-laki. (hlm 37).

(95) Potongan rambut saya pendek. Kulit saya hitam. Wajah saya tidak cantik. Tubuh saya kurus kering tidak menarik. Payudara saya rata (hlm 37).

(96) Tangan saya meraih patung kepala kuda di atas meja dan menghantam ke kepalanya. Tubuhnya mengejang sesaat sebelum ambruk ke tanah. Matanya masih membelalak ketika terakhir kali saya menatapnya sebelum dunia menggelap (hlm 43).

(97) Kini, saya adalah juga calon ibu dari janin yang kelak akan berubah menjadi seorang anak yang kuat, dengan atau tanpa figur ayah (hlm 43).

Sebagai seorang anak perempuan, Nayla tentu saja mempunyai rasa sayang terhadap ibunya. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut.

(98) Saya ingin membela ibu. Saya ingin mengatakan kalau Ayah yang sebenarnya mempunyai pikiran-pikiran kotor dengan menuduh ibu tidur dengan laki-laki lain. Saya ingin memberitahu kepada Ayah, kalau saya sudah siap kehilangan figur ayah ketimbang ibu (hlm 38). Nayla termasuk anak yang memiliki ingatan yang kuat dalam mengingat berbagai kejadian yang pernah ia alami. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut.

(99) Buktinya saya masih mengingat dengan jelas poses persalinan saya. Bahkan saya juga mengingat suara Ibu mendendangkan lagu Nina Bobo ketika saya masih meringkuk di dalam perutnya. Saya juga masih ingat pertengkaran antara Ibu dengan Ayah (hlm 35).

(100)Saya ingin menelanjangi Ayah dan membuktikan bahwa saya (bayi yang) bisa mengingat tidak seperti bayi-bayi pada umumnya (hlm 38). Sebagai seorang anak perempuan, Nayla ternyata memiliki orientasi seks yang menyimpang. Nayla mengisap penis ayahnya, teman ayahnya, dan mengisap penis teman-teman sebayanya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.

(101)Saya mengisap penis Ayah. Dan saya tidak menyedot air susu Ibu. Saya menyedot air mani Ayah (hlm 37).

(102)Saya tidak ingin dinikmati laki-laki. Saya ingin menikmati laki-laki, seperti ketika menyusu penis Ayah waktu bayi (hlm 37).

(103)Sejak Ayah tidak lagi sudi menyusui, saya berpaling ke teman-teman Ayah. Saya tidak ingin mencicipi lagi susu teman laki-laki saya yang sebaya (hlm 39).

(104)Saya senang cara mereka mengarahkan kepala saya perlahan ke bawah dan membiarkan saya berlama-lama menyusu di sana. Saya senang mendengar desahan nafas mereka dan menikmati genggaman yang mengencang pada rambut saya (hlm 39).

Karena seks yang menyimpang itulah, dalam pergaulannya Nayla dijauhi oleh teman-temannya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(105)Dan biasanya mereka tidak mau bergaul lagi dengan saya. Setiap kali saya mendekati mereka yang sedang asik bermain kelereng, lantas satu persatu meninggalkan saya pergi. Bahkan ada yang jelas-jelas melarikan diri ketika baru melihat saya datang mendekat (hlm 39). Meskipun Nayla menikmati hubungan seksnya dengan teman-teman Ayahnya, namun pada akhirnya dia menyadari bahwa hubungan seks yang dia jalani akan menjadi malapetaka. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(106)Tapi tidak ada pesta yang tidak usai. Kebahagiaan adalah saudara kembar kepahitan. Ternyata orang dewasa lebih mampu berkhianat (hlm 40).

Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara fisik Nayla digambarkan sebagai seorang anak perempuan yang kuat, dan tomboi. Sebagai seorang anak perempuan, Nayla mempunyai rasa sayang yang besar kepada almarhumah ibunya. Hal tersebut ditunjukkannya dengan selalu mengingat kejadian-kejadian yang dialaminya bersama sang ibu. Dalam masalah seks, Nayla mengalami penyimpangan seksual. Nayla suka menghisap penis laki-laki. Keanehan tingkah laku Nayla tersebut membuatnya dijauhi teman-teman. Namun, pada akhirnya Nayla menyadari bahwa aktifitas seks yang dia lakukan membuatnya menderita.

2.3.1.1.2 Ayah

Tokoh ayah adalah tokoh utama (antagonis). Hal tersebut dikarenakan tokoh Ayahlah yang meyebabkan tokoh Nayla berkonflik. Selain itu tokoh Ayah juga menentang tokoh Nayla. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut.

(107) Saya ingin menguak rahasia Ayah yang sempat menuduh bayi dalam kandungan ibu hasil perselingkuhan. Padahal sekarang, saya mirip sekali dengan Ayah. Tapi tangan Ayah masih menggenggam sabuk. Matanya masih berkilat-kilat seperti siap membenturkan kepala saya kapan saja (hlm 38).

Tokoh Ayah digambarkan sebagai sosok ayah yang kasar. Kasar melalui perbuatan, maupun dari perkataannya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(108) Bahkan ketika saya menjelaskan bahwa saya bisa mengingat kejadian demi kejadian waktu masih bayi, ia malah menghajar saya dengan sabuknya dan membenturkan kepala saya ke dinding supaya pikiran kotor saya hilang

(hlm 37).

(109)Kata Ayah, saya mewarisi pikiran-pikiran kotor almarhumah Ibu, salah satu sifat yang sangat dibenci Ayah atas Ibu. “ Ibumu itu pelacur! Untung saja ia lekas pergi. Kalau tidak, aura mesum ibumu bisa mempengaruhi mu.”

(hlm 38).

Selain kasar, tokoh Ayah juga sering melakukan pelecehan seksual terhadap Nayla. Tokoh Ayah memperkosa Nayla. Hal tersebut secara eksplisit ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(110)Saya merasakan sesuatu yang hangat meyembur deras dalam kemaluan saya. tapi saya sudah kehilangan hasrat untuk menghisapnya. Mendadak perut saya mual. Saya mual membayangkan penis Ayah. Mual membayangkan penis-penis teman sebaya saya. mual membayangkan penis-penis teman-teman Ayah. Dan mual membayangkan penisnya yang tengah berada di dalam kemaluan saya (hlm 42).

(111)Tangan saya meraih patung kepala kuda di atas meja dan menghantamkan ke kepalanya. Tubuhnya mengejang sesaat sebelum ambruk ke tanah. Matanya masih membelalak ketika terakhir kali saya menatapnya sebelum dunia menggelap. Pancaran mata itu, tidak seperti pancaran mata teman-teman Ayah yang lain. Pancaran mata itu, sama seperti pancaran mata Ayah

(hlm 43).

Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Ayah adalah tokoh yang selalu beroposisi dengan Nayla. Tokoh Ayah digambarkan sebagai seorang ayah yang kejam. Kekejaman ayah Nayla ini dapat dilihat dari perilaku yang tidak semestinya ia lakukan kepada Nayla. Hingga puncak kekejaman tokoh

Ayah ini ialah ketika ia sering melakukan pelecehan seksual kepada Nayla hingga akhirnya memperkosa Nayla.

2.3.2 Latar

Latar dalam cerpen ini dikemukakan sebagai berikut. 2.3.2.1 Latar Tempat

Latar tempat dalam cerpen ini antara lain kamar bersalin. Kamar bersalin ini melatari kelahiran Nayla. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut

(112) Tapi dokter kandungan seperti tidak peduli. Ia malah menggunting tali pusar saya lalu menaruh saya kedalam gendongan suster yang selanjutnya memandikan saya. Saya berteriak memohon ibu. Suster membawa saya keluar dari kamar bersalin. Terpisah dari ibu (hlm 36). Selain itu, latar yang terdapat dalam cerpen ini adalah rumah Nayla. Dalam cerpen ini disebutkan rumah Nayla menjadi tempat pertemuan antara Nayla dan teman Ayahnya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(113)Mereka tidak pernah pergi meninggalkan saya sendiri, seperti Ayah dan teman-teman. Mereka justru datang pada saat rumah sepi (hlm 40).

2.3.2.2 Latar Waktu

Dalam cerpen ini terdapat beberapa kejadian yang melatari peristiwa-peristiwa. Peristiwa kelahiran Nayla mengawali latar waktu dalam cerpen ini. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.

(114) Ketika Ibu kehabisan napas dan sudah tidak dapat lagi mengejan, saya menggigiti dinding vagina Ibu dengan gusi supaya jalan keluar bagi saya lebih mudah (hlm 36).

(115) Ketika detak jantung Ibu melemah dan desah napasnya tinggal satu-satu, saya menendang rahim Ibu dan mendorong badan saya keluar keras-keras (hlm 36).

Latar waktu dalam cerpen ini juga ditunjukkan dengan peristiwa pelecehan seksual yang dialami Nayla ketika ia remaja. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(116) Pada suatu hari ketika sedang asyik menyusu salah satu teman Ayah, ia meraba payudara saya yang rata (hlm 40).

(117) Hingga suatu hari ia merebahkan tubuh saya. Saat itu, pancaran matanya tidak seperti teman-teman Ayah yang lain. Pancaran matanya begitu mirip Ayah. Saya memalingkan pandangan ke berbagai arah. Tapi ia memaksa saya menatap matanya. Ia mencium kening saya, turun ke bibir, turun ke dagu, turun ke leher, turun ke payudara dan terus turun hingga kemaluan saya (hlm 41).

Selanjutnya, latar waktu ditunjukkan dalam peristiwa ketika Nayla hamil. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(115) Kini, saya adalah juga calon ibu dari janin yang kelak akan berubah menjadi seorang anak yang kuat, dengan atau tanpa figur ayah (hlm 43).

2.3.2.3 Latar Sosial

Latar sosial dalam cerpen ini adalah kehidupan masyarakat kelas menengah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya fasilitas-fasilitas sederhana yang digunakan oleh tokoh. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.

(116) Dokter kandungan memegang kedua kaki saya dan mengangkat saya hingga jungkir balik. Saya ingin memeluk Ibu. Tapi dokter kandungan seperti tidak peduli. Ia malah menggunting tali pusar saya lalu menaruh saya ke dalam gendongan suster yang selanjutnya memandikan saya (hlm 36).

(117) Suster membawa saya keluar dari kamar bersalin. Terpisah dari Ibu (hlm 36).

Latar sosial juga ditunjukkan dengan tokoh Nayla menyebut orangtuanya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(118) Saya juga masih ingat pertengkaran antara Ibu dengan Ayah. Ayah menuduh bahwa janin dalam kandungan Ibu bukan miliknya. Ibu

menangis sambil mengusap-usap kulit perutnya demi menentramkan perasaan saya. Ibu mengatakan agar saya memaafkan kekhilafan Ayah (hlm 35).

Dokumen terkait