• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR

2.4 Cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang”

menangis sambil mengusap-usap kulit perutnya demi menentramkan perasaan saya. Ibu mengatakan agar saya memaafkan kekhilafan Ayah (hlm 35).

2.4 Cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang”

Tokoh saya dalam cerpen ini adalah seorang wanita yang pandai bergaul, bekerja, dan mempunyai karir yang bagus. Setiap kali tokoh saya mempunyai masalah, dia selalu menceritakan masalahnya kepada teman-temannya. Setiap hari tokoh saya melakukan kegiatannya, dia selalu ditemani oleh teman-teman yang berbeda setiap harinya. Hal inilah yang membuat masyarakat di sekitar tokoh saya selalu memberikan komentar buruk terhadapnya. Masyarakat kemudian memberi penilaian yang tidak sesuai dengan keyataan yang dialami oleh tokoh saya. Tokoh saya pun membeli pembelaan, bahwa dia bebas memilih apa yang bisa membuat dia bahagia.

Kemudian tokoh saya menceritakan tentang hubungannya dengan teman-temannya yang kebanyakan laki-laki itu. Rupanya tidak sekedar berteman, tokoh saya juga menjalin keintiman melebihi pertemanan. Tokoh saya sering dikecup pipi, hidung, dahi, dan bibirnya oleh setiap teman prianya. Bahkan tidak jarang kecupan mesra itu berakhir dengan merapatkan tubuh mereka yang basah di tempat tidur sebuah hotel, mobil, toilet umum, elevator, meja kantor, atau pun di dalam kamar karaoke.

Kerena keintimannya dengan banyak teman pria itulah dia terkena HIV. Namun tokoh saya tidak pernah menyesali dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Dalam keadaan seperti itu ternyata masih ada teman yang mau menjenguk

dan menemaninya. Sementara di luar sana masyarakat masih saja menggunjing tentang dirinya yang dianggap munafik, sok gagah, dan murahan.

2.4.1 Tokoh dan Penokohan 2.4.1.1 Tokoh Utama

2.4.1.1.1 Saya

Tokoh utama (protagonis) dalam cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang” adalah tokoh Saya. Tokoh Saya ini adalah tokoh yang paling banyak memegang alur cerita.

Tokoh saya digambarkan sebagai wanita bekerja yang mempunyai banyak teman. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut.

(119)Kalau saya dapat undangan pesta dan perlu gaun malam lengkap dengan perhiasan, saya utarakan (hlm 76).

(120) Ada teman yang menjemput sepulang kantor (hlm 75).

(121)Saya punya banyak sekali teman. Ada teman yang setiap pagi menyiapkan air hangat untuk mandi. Ada teman makan siang ketika rehat kantor. Ada teman yang menemani clubbing. Mereka semua teman-teman yang baik

(hlm 75)

Tokoh saya digambarkan sebagai orang yang terbuka, yang biasa menceritakan masalah-masalah yang sedang dialaminya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(122)Kepada merekalah saya sering menumpahkan apa yang saya rasakan. Kepada merekalah saya meminta bantuan (hlm 81).

(123)Tapi tidak satu pun dari mereka yang mendendam karena saya menjunjung tinggi keterbukaan (hlm 81).

Dalam menjalin pertemanan, tokoh saya digambarkan sebagai tokoh yang

easy going. Hal tersebut dibuktikan dalamkutipan berikut.

(124)Kenapa harus sungkan? Toh, mereka iklas.Saya melakukannya karena saya mau, bukan karena paksaan. Menikmati setiap detail manis yang

kami alami. Percakapan yang mengasyikkan penuh canda dan tawa. Saat-saat yang tidak pantas untuk tidak membuat saya bersyukur (hlm 77).

Tokoh saya ternyata tidak hanya berteman, tetapi juga tidur dengan teman-temannya. Itulah yang menyebabkan tokoh saya mengidap HIV. Namun, tokoh saya begitu naif karena ketika tokoh saya mengidap HIV pun tokoh saya masih membela teman-temannya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(125) Karena ketika saya positif mengidap HIV ternyata masih ada yang setia menyiapkan air hangat untuk bilas badan. Mengirim makan siang. Menemani makan malam. Mendongeng tentang sebuah peristiwa lucu di kafe. Bercerita tentang film yang baru saja diputar, ketika sebagian orang sibuk bergunjing atas akibat yang saya terima karena saya munafik (hlm 83).

Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Saya adalah seorang wanita yang mempunyai banyak teman laki-laki. Hal itu dikarenakan tokoh Saya tersebut hidup di perkotaan yang memungkinkan seseorang untuk berelasi, termasuk tidur dengan laki-laki yang bukan pasangannya. Selain itu, Tokoh Saya juga seorang pribadi yang cukup terbuka dalam menerima orang lain sebagai temannya. Tokoh Saya mempunyai pembawaan yang easy going, dan naif. Dua hal itulah yang membuat orang lain selalu berpandangan negatif terhadap tokoh saya. Namun, tokoh Saya tidak peduli. Hingga akhirnya ia terkena HIV -karena seringnya ia berganti-ganti pasangan- pun, tokoh Saya tetap menerima, bahkan mencintai teman-temannya.

2.4.1.1.2 Masyarakat

Tokoh utama ( antagonis ) dalam cerpen ini adalah masyarakat. Masyarakat digolongkan dalam tokoh utama (antagonis) karena masyarakat selalu

beroposisi dengan tokoh Saya. Masyarakat selalu berkonfik dengan tokoh Saya, dan menentang tokoh Saya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.

(126) Dan apa yang saya rasa, toh tidak membuat mereka berhenti berpikir kalau saya munafik. Berhenti berpikir kalau saya pembual. Berhenti berpikir kalau saya sok gagah. Berhenti berpikir kalau saya sakit jiwa. Berhenti berpikir kalau saya murahan (hlm 73).

Masyarakat digambarkan sebagai sekelompok orang yang suka bergunjing dan merasa paling tahu dengan apa yang dialami oleh tokoh Saya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(127) Semua orang merasa lebih tahu dibanding diri saya sendiri. Beberapa bagian dari mereka itu sibuk dengan pendapatnya masing-masing, dan lebih luar biasa lagi mereka biasa membahas perihal saya ini berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, sementara teman-teman saya semakin banyak, silih berganti tanpa henti dan ini membuat mereka menjadi punya materi yang lebih dari cukup untuk terus mempergunjingkan saya seolah tidak ada hal lain yang lebih pantas untuk diangkat sebagai tema. (hlm 79).

(128) Mereka bergunjing lewat telepon. Mereka saling bertukar pesan lewat sms. Mereka saling mengirim surat elektronik. Mereka saling bertukar pendapet di kafe-kafe. Di rumah. Di kantor. Di pertokoan. Di restoran (hlm 79).

Selain suka bergunjing, masyarakat juga digambarkan selalu berpikiran negatif terhadap tokoh Saya. tokoh Saya dianggap munafik, murahan, pembual, sakit jiwa, dan sok gagah. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(129) Dari sanalah segalanya berpangkal. Semua yang saya lakukan dianggap tidak benar. Sebagian orang menganggap saya munafik karena tidak pernah mengakui kalau saya tidak punya pacar. Sebagian lagi menganggap saya pembual setiap kali mengatakan kalau saya bilang hubungan kami hanya sebatas hubungan pertemanan. Sebagian lagi menganggap saya sok gagah karena mereka berpikir saya tidak mau mengakui kalau sebenarnya saya mencintai seseorang. Sebagian lagi mengangap saya sakit jiwa karena berteman dengan begitu banyak orang. Sebagian lagi menganggap saya murahan karena saya tidur dalam satu hari dengan orang yang berlainan. Perbuatan yang saya jalani dengan penuh kewajaran tiba-tiba berubah menjadi perdebatan (hlm 78).

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Masyarakat selalu beroposisi dengan tokoh Saya. Masyarakat tidak setuju dengan kelakuan tokoh Saya yang dianggap terlalu terbuka dalam berteman dengan laki-laki. Ketidak setujuan masyarakat ditunjukkan dengan selalu mempergunjingkan segala tingkah laku tokoh Saya dengan teman-teman laki-lakinya. Pikiran negatif masyarakat terhadap tokoh Saya memuncak ketika masyarakat tahu bahwa tokoh Saya menderita HIV.

2.4.2 Latar

2.4.2.1 Latar Tempat

Latar tempat dalam cerpen ini adalah rumah, kantor, pertokoan, dan di restoran yaitu ketika tokoh saya banyak dipergunjingkan orang-orang. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(130)Mereka saling bertukar pendapat di kafe-kafe. Di rumah. Di kantor. Di pertokoan. Di restoran (hlm 79).

Latar yang lain juga dialami tokoh saya ketika ia melakukan rutinitasnya sehari-hari mulai pagi sampai malam hari. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut

(131) Ada teman yang setiap pagi menyiapkan air hangat untuk mandi. Ada teman yang menjemput sepulang kantor. Ada teman yang menemani nonton. Ada teman yang menemani clubbing (hlm 75).

(132) Pulang kantor, saya sering kelelahan. Inginnya lekas pulang dan tidur. Tapi jika ada teman yang mengajak nonton, rasanya saya tidak tega menolak apalagi ia sudah khusus jauh-jauh menjemput ke kantor. Pada saat kami nonton, tidak jarang ponsel saya berdering. Andaikan tidak saya angkat karena karena tidak sopan menerima telpon di dalam bioskop, tetap saja mereka meninggalkan sms (hlm 75).

Latar waktu dalam cerpen ini adalah pagi, siang, dan malam. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(133) Yang setia menyiapkan air hangat untuk mandi setiap pagi. Yang setia menemani makan siang (hlm 76).

(134) Makan malam di bawah kucuran sinar rembulan dan keredap lilin di atas meja (hlm 77).

Latar waktu juga ditunjukkan ketika tokoh Saya bertemu dengan orang-orang yang menggunjingkan dia. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(135) Apalagi jika secara kebetulan kami bertemu dalam satu kesempatan dengan membawa teman baru. Pembicaraan mendadak berhenti. Mereka sembunyi bertukar senyum. Mereka sembunyi-sembunyi bermain mata

(hlm 79).

Latar waktu ditunjukkan ketika pada akhirnya tokoh Saya mengalami HIV. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(136) Karena ketika saya positif mengidap HIV ternyata masih ada yang setia menyiapkan air hangat untuk bilas badan. Mengirim makan siang. Menemani makan malam. Mendongeng tentang sebuah peristiwa lucu di suatu kafe (hlm 83).

(137) Bercerita tentang film yang baru saja diputar, ketika sebagian orang sibuk bergunjing atas akibat yang saya terima karena saya munafik (hlm 83).

2.4.2.3 Latar Sosial

Latar sosial dalam cerpen ini adalah masyarakat modern. Hal tersebut ditunjukkan dengan gaya hidup tokohnya serba modern. Gaya hidup yang modern tersebut misalnya dengan selalu mandi dengan air hangat setiap pagi, pergi ke tempat-tempat hiburan, pesta, menggunakan sarana komunikasi dan transportasi yang mewah, dan mengenal sistem keuangan.

Latar sosial masyarakat modern dalam cerpen ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(138) Ada teman yang setiap pagi menyiapkan air hangat untuk mandi (hlm 74).

(139)Ada teman yang menemani clubbing (hlm 75).

(140)Andaikan tidak saya angkat karena tidak sopan menerima telpon di dalam bioskop, tetap saja mereka bisa meninggalkan sms (hlm 77). (141) Pada saat kami nonton, tidak jarang pula ponsel saya berdering

(hlm 75).

(142) Biasanya minta ditemani ke disko atau sekedar nongkrong di kafe (hlm 75).

(143) Kalau saya bosan mobil van dan ingin ganti sedan, saya pesan (hlm 76).

(144) Kalau sekali-sekali harus jebol tabungan atau terpaksa mencairkan deposito bolehlah ... yang penting dananya memang ada (hlm 77). (145) Menyeleksi mulai dari apakah ada pernak-pernik baru yang saya

pakai, kantong belanja, hingga jenis kartu kredit saat membayar bon tagihan makan (hlm 80).

Latar masyarakat modern juga ditunjukkan dengan kehidupan masyarakatnya yang suka bergosip, atau menggunjingkan orang lain. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(146) Semua orang merasa lebih tahu dibanding diri saya sendiri (hlm 79).

(147) Beberapa bagian dari mereka itu sibuk dengan pendapatnya masing-masing, dan lebih luar biasa lagi mereka bisa membahas perihal saya ini berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, sementara teman-teman saya semakin banyak, silih berganti tanpa henti dan ini membuat mereka menjadi punya materi yang lebih dari cukup untuk terus mempergunjingkan saya seolah tidak ada hal lain yang lebih pantas untuk diangkat sebagai tema (hlm 79).

(148) Mereka bergunjing lewat telepon (hlm 79).

Dokumen terkait