• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR

2.1 Cerpen “Jangan Main-Main ( dengan Kelaminmu )”

2.1.1 Tokoh dan Penokohan .1 Tokoh Utama

si pacar dibohongi. Hal itulah yang membuat si pacar harus bersikap tegas dengan meninggalkan si suami.

Si istri juga terkejut. Ternyata ia masih bisa hamil meskipun si suami jarang menyentuhnya. Jika si suami menyentuhnya pun harus dengan serangkaian ritual untuk menghilangkan kejijikannya pada si istri. Namun, kali ini si istri tidak akan merendahkan diri di depan suaminya yang sudah bertahun-tahun menginjak-injak harga dirinya dengan melakukan perselingkuhan. Si istri tetap meninggalkan si suami meskipun si suami memohon maaf dan berjanji tidak akan meninggalkannya lagi.

2.1.1 Tokoh dan Penokohan 2.1.1.1 Tokoh Utama

2.1.1.1.1 Suami

Tokoh suami termasuk tokoh utama protagonis karena tokoh suami inilah yang paling banyak diceritakan. Tokoh suami digambarkan sebagai seorang pria mapan. Hal itu diucapkannya secara tegas dalam kutipan berikut ini.

(1) Bagi pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai maim mata hingga main kelamin (hlm 1).

Tokoh suami ini digambarkan sebagai seorang pria yang tahu dengan apa yang dia lakukan. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut ini.

(2) Saya sangat tahu aturan main (hlm 1).

Penggambaran suami melalui pemikirannya, ia hanya menilai wanita dari segi fisiknya saja. Hal itu dibuktikan melalui kutipan berikut.

(3) Karena saya sudah terbiasa melihat keindahan.(hlm 8).

(4) Tubuh tinggi semampai. Kaki belalang. Rambut panjang. Leher jenjang.

Pinggang bak gitar. Dan buah dada besar (hlm 8).

(5) ...Anehnya, sejak hari itu, saya lebih memilih lekas-lekas berada di tengah-tengah kemacetan dan segudang rutinitas yang membosankan itu ketimbang

lebih lama di rumah melihat sesosok daging yang tak sedap dipandang dan suara yang tak sedap didengar (hlm 4).

(6) Kalau saya saja jengah bertemu, apalagi kelamin saya? (hlm 4).

Melalui perbuatannya, tokoh suami digambarkan sebagai tokoh yang sibuk seperti yang ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.

(7) Sebentar kemudian saya akan terjebak kemacetan, bertemu klien yang Menyebalkan, dan karyawan yang tak berhenti minta tanda tangan, Rutinitas yang membosankan ( hlm 4 ).

Tokoh suami merasa bahwa ia adalah seorang pria yang paling menderita. Hal itu terlihat dari ucapan-ucapannya yang selalu meratapi nasib.

(8) Apakah memang saya ditakdirkan untuk selamanya terperangkap dengan

onggokan daging yang tak segar, gelayut lemak, dan bunyi kaleng rombeng, hanya kerena saya terlanjur dikaruniai anak (hlm 10).

(9) Apakah saya tidak berhak menentukan dan memilih kebahagiaannya saya Sendiri? ( hlm 10).

Tokoh suami juga digambarkan sebagai orang yang sadar dan mengerti dengan teknologi kecantikan. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

(10) Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan onggokan daging itu dari lemak-lemaknya (hlm 3).

(11) Dan kerut-merut di sekitar mata, kening, dan lehernya, hanya dapat tertolong oleh bedah plastik (hlm 3).

(12) Kalau hanya akupuntur, entah berapa juta jarum yang harus ditusukkan Supaya dapat mengembalikan ke kencangan semula (hlm 3).

Tokoh suami sering dalam posisi bimbang dan berkonflik dengan dirinya. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(13) Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan (hlm 1).

(15) “ Saya hanya main-main, Ma... saya cinta kamu. Beri kesempatan say untuk memperbaiki kesalahan saya” (hlm 12).

Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh suami adalah seorang pria mapan, yang mempunyai seorang istri yang mempunyai tubuh tidak cukup menarik. Hal tersebut diperlihatkan tokoh suami dengan selalu mengeluhkan kondisi istrinya kepada tokoh pacar gelap suami. Tokoh suami tersebut termasuk pria yang menilai seorang wanita lewat kemolekan tubuh. Hal tersebut membuat tokoh pria merasa tidak puas dengan keadaan istrinya, dan kemudian dia berselingkuh. Perselingkuhan yang tokoh suami jalani bersama pacar gelapnya juga tidak membuat tokoh suami bahagia. Tokoh suami masih saja merasa menderita dengan apa yang dialami. Puncak ketidakbahagiaannya adalah ketika pacar gelap dan istri sama-sama meninggalkannya. Seperti umumnya pria-pria yang tinggal di kota modern, tokoh suami ini mempunyai banyak rutinitas, dan sibuk. Tokoh suami juga termasuk pria yang mengikuti kecanggihan teknologi, terutama tekenologi kecantikan. Hal tersebut dibuktikan dengan pengetahuan yang dimilikinya yang akan membuat tokoh istri terlihat lebih menarik.

2.1.1.1.2 Pacar gelap suami

Tokoh pacar gelap suami termasuk dalam tokoh utama antagonis. Tokoh pacar gelap ini juga mempengaruhi alur dan banyak diceritakan. Tokoh pacar suami inilah yang menyebabkan suami dan istrinya berkonflik, selain itu juga menyebabkan tokoh suami berkonflik dengan dirinya sendiri.

Secara fisik, tokoh pacar suami digambarkan sebagai seorang wanita yang cantik dan memiliki tubuh yang indah. Hal itu ditunjukkan lewat kutipan berikut ini.

(16) Bagi wanita secantik saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin (hlm 2).

(17) Saya juga tahu, mereka senang, sayang sampai cinta pada saya, awal mulanya pasti urusan fisik, urusan mata, urusan syahwat (hlm 5). (18) Saya cantik, ia mapan (hlm 6).

Meskipun sebagai pacar gelap, tokoh pacar suami juga menyadari posisinya sebagai perempuan. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(19) Saya toh seorang perempuan yang suatu saat akan menjadi istri, yang berlemak, berkerut-merut, dan cerewet seperti kaleng rombeng, yang pada suatu saat nanti mungkin akan dicampakkan dan dilupakan seperti istrinya sekarang (hlm 6).

(20) Namun begitu, saya sering menasihatinya supaya tidak terlalu kejam pada istrinya (hlm 6).

(21) Sekali-sekali, tak ada salahnya memberi istri sentuhan dan kepuasan. Bukannya saya sok pahlawan. Bukannya saya sok bermoral. Bukannya saya sok membela perempuan (hlm 6).

Tokoh pacar suami ini kadang-kadang juga berkonflik dengan dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(22) Padahal seharusnya saya yang bingung (hlm 11).

(23) Dulu, ia katakan jarang menyentuh istrinya. Tapi ternyata istrinya hamil. Lantas apakah yang sedang dilakukannya sekarang di depan saya lagi-lagi hanya sebuah lelucon? (hlm 11).

Melalui pikirannya, tokoh pacar gelap suami ini juga berpikiran negatif terhadap tokoh suami.

(24) Mungkin selama ini ia hanya berbohong untuk menyenangkan saya (hlm 9).

(25) ...jika mereka punya anak, pastilah hubungan mereka tambah membaik (hlm 9)

Melalui perbuatannya, tokoh pacar suami ini bisa bersikap tegas dalam mengambil keputusan. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(26) Tidak seperti dirinya yang hanya dapat bergumam, saya akan menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri (hlm 12).

(27) “Saya tidak main-main, I’m leaving you...” (hlm 13). (28) Sudah saatnya saya bertindak tegas (hlm 11).

(29) Saya rasa saya sudah melangkah terlalu dalam. Sudah begitu banyak waktu terbuang hanya untuk urusan gombal-gombalan (hlm 11). Tokoh pacar suami ini digambarkan sebagai tokoh yang fair menghadapi masalah. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

(30) Saya butuh uang, ia butuh kesenangan. Serasi bukan? (hlm 6). (31) Target saya hanya kawin urat, bukan kawin surat (hlm 6).

Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara fisik tokoh pacar gelap suami ini adalah seorang wanita yang sangat cantik. Pacar gelap suami ini juga sangat mengerti dengan posisinya sebagai seorang wanita selingkuhan. Oleh karena itu, kadang-kadang tokoh pacar gelap suami ini berkonflik dengan dirinya, dan marah apabila tokoh suami selalu menjelek-jelekkan istrinya. Hingga pada akhirnya tokoh pacar gelap suami ini tahu bahwa tokoh suami masih berhubungan baik dengan istrinya, tokoh pacar gelap suami pun memutuskan untuk meninggalkan tokoh suami.

2.1.1.1.3 Istri

Tokoh istri dalam cerpen ini digolongkan penulis dalam tokoh utama wanita protagonis. Hal ini dikarenakan tokoh istri inilah yang paling banyak diceritakan, dan penampilannya sesuai dengan pandangan-pandangan kita.

Secara fisik, tokoh istri digambarkan sebagai sosok wanita yang tidak cantik, gemuk, berlemak, wajah penuh kerutan, dan cerewet. Hal itu dikemukakan dalam kutipan berikut.

(32) Sebenarnya saya sudah sering dinasihati teman-teman, untuk senantiasa menjaga berat badan (hlm 7).

(33) Mungkin saja maksudnya, jutaan jarum pun tak sanggup menyelamatkan kerut-merut di wajah saja (hlm 7).

(34) Saya sadar, saya memang cerewet (hlm 7).

Penggambaran fisik tokoh istri ini juga dikemukakan oleh tokoh suami lewat kutipan berikut ini.

(35) Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan onggokan daging itu dari lemak-lemaknya (hlm 3).

(36) Lantas apakah ada teknologi pengubah pita suara? Ketika onggokan daging itu bernyawa, ia benar-benar bagai robot dengan rekaman suara. Celakanya, rekaman suaranya cempreng seperti kaleng rombeng (hlm 4).

Tokoh istri digambarkan sebagai tokoh yang mempunyai feeling yang kuat. Hal itu terbukti dalam kutipan berikut.

(37) Tapi jika saya katakan hubungan mereka itu hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas hati nurani saya akan menolak (hlm 2).

Sebagai seorang ibu rumah tangga, tokoh istri tahu akan kewajibannya agar suami betah di rumah. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(38) Saya ingin rumah selalu terjaga rapi, bersih, supaya ia senantiasa betah di rumah (hlm 7).

(39) Supaya perasaannya tenang sebelum dan sesudah meninggalkan rumah

(hlm 7).

(40) Bahkan, untuk urusan rumah inilah kulit saya keriput, tubuh saya gembrot, karena saya sudah tak punya waktu lagi selain mengurus rumah, rumah dan rumah (hlm 7).

Ketika tokoh istri menyadari jika selama ini dia dibohongi oleh tokoh suami, maka ia pun bertindak tegas, dan berniat bertekad untuk melepaskan diri dari tokoh suami. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan beikut.

(41) Sudah saatnya saya bertindak tegas (hlm 12).

(42) Saya berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri (hlm 12).

(43) “Saya tidak main-main. I’m leaving you...” (hlm 13) .

Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa penokohan fisik tokoh istri adalah seorang istri yang penampilannya sudah tidak cantik lagi. Tokoh istri ini digambarkan memiliki tubuh yang gemuk, berkerut, dan berlemak. Namun, meskipun begitu tokoh istri tetap setia kepada suaminya dan tetap berusaha membahagiakan suami dengan cara mau mengurus rumah dan keperluan suaminya sehari-hari. Tokoh istri juga digambarkan memiliki feeling yang kuat bahwa suaminya berselingkuh. Pada awalnya tokoh istri bisa sabar, namun pada akhirnya tokoh istri meninggalkan tokoh suami yang dianggapnya tidak bisa merubah perilaku menjadi lebih baik.

2.1.2 Latar

Latar dalam sebuah cerita biasanya meliputi latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Dalam cerpen ini yang paling dominan adalah latar sosial.

2.1.2.1 Latar Tempat

Latar tempat dalam cerpen ini adalah rumah. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(44) Anehnya, sejak hari itu, saya lebih memilih lekas-lekas berada di tengah-tengah kemacetan dan segudang rutinitas yang membosankan

itu ketimbang lebih lama di rumah melihat seonggok daging yang tak sedap dipandang dan suara yang tak sedap didengar (hlm 4).

Selain itu, latar dalam cerpen ini adalah di ranjang. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(45) Ketika ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging yang tak segar, begitu ucapannya yang saya dengar dalam bisik-bisik perbincangan telepon dengan entah teman, atau daging segarnya yang baru (hlm 6).

2.1.2.2 Latar Waktu

Latar waktu dalam cerpen ini adalah ketika pagi hari tokoh suami akan berangkat ke kantor. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(46) Pagi-pagi sebelum berangkat kerja saya mau tenang (hlm 4).

(47) Anehnya, sejak hari itu, saya lebih memilih lekas-lekas berada di tengah-tengah kemacetan dan segudang rutinitas yang membosankan itu ketimbang lebih lama di rumah melihat seonggok daging yang tak sedap dipandang dan suara yang tak sedap didengar (hlm 4).

2.1.2.3 Latar Sosial

Latar sosial dalam cerpen ini adalah masyarakat modern. Hal tersebut dibuktikan dengan telah adanya peralatan kesehatan modern, serta pengetahuan tentang teknologi kecantikan yang cukup memadai. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(48) Ketika pada suatu hari saya terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging tak segar dipenuhi gajih yang tak akan mudah hilang dengan latihan senam maupun fitnes setiap hari sekalipun (hlm 3).

(49) Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan seonggok daging itu dari lemak-lemaknya (hlm 3).

(50) Dan kerut di sekitar mata, kening, dan lehernya, hanya dapat tertolong oleh bedah plastik (hlm 3).

(51) Kalau hanya akupunktur, entah berapa juta jarum yang harus ditusukkan supaya dapat mengembalikan ke kencangan semula (hlm 3).

Selain pengetahuan tentang teknologi kecantikan yang cukup memadai, latar sosial masyarakat modern juga ditunjukkan dengan rutinitas kerja yang cukup sibuk, dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(52) Sebentar kemudian saya akan terjebak kemacetan, bertemu klien yang menyebalkan, dan karyawan yang tak berhenti minta tanda tangan, rutinitas yang membosankan (hlm 4).

Dalam masyarakat modern, kedudukan wanita sudah sejajar dengan pria. Wanita juga bebas untuk memilih yang terbaik untuk dirinya. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut.

(53) Mungkin saya sudah terlalu lama merendahkan diri saya sendiri dengan membiarkannya menginjak-injak harga diri saya selama pernikahan kami. Tapi jangan harap ia bisa melakukan hal yang sama kepada anak saya. Sudah saatnya saya bertindak tegas. Saya berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri (hlm 12).

Dokumen terkait