• Tidak ada hasil yang ditemukan

CHANNELING AGREEMENTS

Dalam dokumen Laporan Keuangan CFIN 311216 (Halaman 79-84)

TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES Nature of Relationship

39. CHANNELING AGREEMENTS

Perusahaan mengadakan perjanjian kerjasama penyaluran pembiayaan dengan Bank Pan Indonesia (Panin), pihak berelasi, berdasarkan akta No. 24 tanggal 11 Juni 2003 jo akta Addendum Perjanjian Kerjasama Penyaluran Pembiayaan No. 5 tanggal 7 September 2005, yang keduanya dibuat oleh James Herman Rahardjo, S.H., notaris di Jakarta. Dalam perjanjian tersebut, disebutkan bahwa Panin akan membeli piutang-piutang yang dimiliki Perusahaan terhadap pihak-pihak ketiga yang telah membeli mobil baik baru maupun bekas yang dibiayai oleh Perusahaan. Tujuan dari kerjasama/fasilitas pembiayaan ini adalah untuk pembiayaan pembelian kendaraan pihak ketiga (konsumen) secara "consumer finance without recourse" yang dananya disalurkan melalui Perusahaan.

The Company entered into a financing channel joint operation agreement with Bank Pan Indonesia (Panin), a related party, based on deed No. 24 dated June 11, 2003 in conjunction with deed of Amendment Channeling Joint Operations Agreements No. 5 dated September 7, 2005. Both were prepared by James Herman Rahardjo, S.H., notary in Jakarta. In those agreements, it was stated that Panin will purchase the Company’s third party receivables who had bought either new or used vehicles financed by the Company. The purpose of this joint operation/channeling facility is to finance the purchases of vehicles by third parties (customers) under “consumer finance without recourse” basis where the funds are channeled through the Company.

Akta tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan dan berdasarkan Surat dari Panin No. 172/FIT/EXT/09 tanggal 5 Agustus 2009, jumlah pokok yang dapat dibiayai maksimum mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp 600 miliar. Jangka waktu perjanjian diperpanjang sampai dengan tanggal 11 Juni 2021.

The deed have been amended several times and based on letter from Panin No. 172/FIT/EXT/09 dated August 5, 2009, total maximum principal amount being financed was increased to Rp 600 billion. This agreement had been extended until June 11, 2021.

Tingkat suku bunga untuk fasilitas perjanjian kerjasama penyaluran pembiayaan (channeling) menjadi sebesar 10,60% per tahun untuk tenor 1 - 12 bulan, 11,10% per tahun untuk tenor 13 - 24 bulan dan 11,25% per tahun untuk tenor 25 -36 bulan.

The interest rates for channeling facility are 10.60% per annum for 1 - 12 months period, 11.10% per annum for 13 - 24 months period and 11.25% per annum for 25 - 36 months period.

Jumlah pokok pembiayaan konsumen sehubungan dengan perjanjian kerjasama penyaluran pembiayaan (channeling) ini adalah sebesar Rp 52.029.984 ribu pada 31 Desember 2015.

Total principal amount of consumer financing in relation to the financing channeling joint operations (channeling) amounted to Rp 52,029,984 thousand as of December 31, 2015.

Berdasarkan surat dari Panin No. 355/IBD/EXT/16 tanggal 30 September 2016, Perusahaan memperoleh fasilitas kerjasama penyaluran pembiayaan (channeling) baru. Tujuan dari kerjasama/fasilitas pembiayaan ini adalah untuk pembiayaan kendaraaan bermotor baru dan bekas yang dananya disalurkan melalui Perusahaan. Jumlah pokok yang dapat dibiayai tidak melebihi Rp 2.000 miliar dengan jangka waktu kerjasama selama 60 bulan sejak penandatanganan perjanjian kerjasama. Jangka waktu pinjaman atas fasilitas ini adalah maksimum 72 bulan untuk pembiayaan mobil baru dan maksimum 48 bulan untuk pembiayaan mobil bekas.

Based on a letter from Panin No. 355/IBD/EXT/16 dated September 30, 2016, the Company obtained new financing channeling joint operations facility (channeling). The purpose of this joint operation/channeling facility is to finance the purchases of new and used vehicles where the funds are channeled through the Company. Total maximum principal amount being financed are Rp 2,000 billion with the term of 60 months after channeling agreement signed. The availability period of this facility are maximum 72 months for new vehicle financing and maximum 48 months for used vehicle financing.

Jumlah pokok sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen sehubungan dengan fasilitas kerjasama penyaluran pembiayaan (channeling) ini adalah sebesar Rp 29.331.999 ribu pada 31 Desember 2016.

Total principal amount of finance leases and consumer financing in relation to the financing channeling joint operations facility (channeling) amounted to Rp 29,331,999 thousand as of December 31, 2016.

Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, Perusahaan belum mendapatkan akta perjanjian kerjasama penyaluran pembiayaan (channeling) tersebut.

As of the issuance date of the financial statements, the Company has not received the financing channel joint operation agreement (channeling).

40. KONTINJENSI 40. CONTINGENCIES

a. Dr. Tommy Sihotang, S.H., LLM dan Dr. Juniver Girsang, S.H., MH selaku Penggugat mengajukan gugatan perdata pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan No. 398/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel tanggal 14 Juli 2011 terhadap Perusahaan selaku Tergugat V beserta 6 (enam) Tergugat lainnya dan 2 (dua) Turut Tergugat, berupa gugatan ingkar janji/ wanprestasi di mana Penggugat menuntut Para Tergugat untuk membayar success fee kepada Penggugat (selaku Kuasa Hukum Para Tergugat dalam perkara kepailitan).

a. Dr. Tommy Sihotang, S.H., LLM and Dr. Juniver Girsang, S.H., MH as the Plaintiffs filed a civil suit in the South Jakarta District Court with No. 398/Pdt.G/2011/ PN.Jkt.Sel dated July 14, 2011 against the Company as Defendant V with 6 (six) other Defendants and 2 (two) Co-Defendants in a lawsuit for breach of contract in which the Plaintiffs sued the Defendants to pay a success fee to the Plaintiffs (as lawyer of the Defendants in a case of bankruptcy).

Dalam petitum gugatan, Penggugat antara lain menuntut Para Tergugat untuk secara tanggung renteng membayar kerugian kepada Penggugat sejumlah Rp 2.605.828 ribu ditambah dengan bunga sebesar 3% setiap bulannya sejak gugatan didaftarkan sampai dengan Para Tergugat menyelesaikan seluruh kewajibannya secara tunai dan sekaligus, meminta Turut Tergugat untuk membekukan (suspending) kegiatan usaha dan/atau mendenda Perusahaan dan 1 (satu) Tergugat lainnya karena sebagai perusahaan publik telah melakukan perbuatan ingkar janji/ wanprestasi dan tidak melaporkannya kepada Turut Tergugat sebagai badan-badan yang memberi izin dan mengawasi perusahaan-perusahaan publik.

As relief, among others, the Plaintiffs sued the Defendants jointly and severally to pay damages to the Plaintiffs of Rp 2,605,828 thousand plus interest of 3% per month from when the lawsuit was filed up to when the Defendants settle all their obligations in cash and at the same time, asked the Co- Defendants to freeze (suspend) the business activities and/or to fine the Company and 1 (one) other Defendant because as public companies, they have committed a breach of contract and did not report it to the Co- Defendants as the agencies that issue permits and supervise public companies.

Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 398/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel tanggal 23 Mei 2012, telah diputuskan antara lain:

Based on South Jakarta District Court Decision No. 398/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel, dated May 23, 2012, the following matters have been decided, among others:

• Menerima dan mengabulkan gugatan

Penggugat untuk sebagian; •

To accept and grant in part the Plaintiff’s demands;

• Menyatakan Para Tergugat I sampai dengan VII telah melakukan perbuatan ingkar janji/wanprestasi;

• To declare that Defendants I to VII are in default/ have committed breach of contract;

• Menyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum sita jaminan berdasarkan Penetapan Sita Jaminan No. 398/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel tanggal 2 April 2012;

• To declare invalid and without legal force the attachment order based on Attachment Order Decision No. 398/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Sel dated April 2, 2012;

• Menghukum Tergugat I, II, III, IV, V, VI, VII untuk membayarsuccess feekepada Penggugat sebesar Rp 2.605.828 ribu secara tanggung renteng; ditambah bunga 6% setiap tahunnya, terhitung sejak gugatan didaftarkan sampai dengan Para Tergugat menyelesaikan seluruh kewajibannya secara tunai dan sekaligus.

• To sentence Defendants I, II, III, IV, V, VI, and VII to jointly pay the success fee to Plaintiff amounting to Rp 2.605.828 thousand; plus 6% of interest per year, commencing from when the lawsuit was registered until the Defendants have settled the entire obligation in cash and at once.

Atas putusan pengadilan tersebut di atas, Pihak Tergugat telah mengajukan banding. Telah diperoleh Putusan Banding No. 78/PDT/2014/PT.DKI tanggal 28 April 2014, yang antara lain memutuskan menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Atas Putusan Pengadilan Tinggi tersebut, para tergugat pada tanggal 3 Desember 2014 telah mengajukan permohonan kasasi dan pada tanggal 16 Desember 2014 telah mengajukan Memori Kasasi. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, perkara ini masih dalam proses kasasi di Mahkamah Agung.

In response to court verdict above, the Defendant has filed an appeal. There is appeal decision No. 78/PDT/2014/PT.DKI dated April 28, 2014, which decided among other, to uphold South Jakarta District Court Decision. In response to Superior Court Decision, on December 3, 2014 the defendants filed a request cassation and filed cassation brief on December 16, 2014. As of issuance dated of the financial statements, this lawsuit is still in the process of cassation in Supreme Court.

b. Ade Putra (selaku Penggugat) dan Perusahaan (Tergugat I) memiliki kaitan hukum karena adanya peristiwa hukum yang terjadi. Tergugat I melalui pihak eksternal melakukan penagihan pembayaran angsuran sewa pembiayaan akan tetapi pada saat penagihan di luar sepengetahuan Tergugat I, pihak eksternal (profcoll) melakukan penagihan disertai dengan aksi perusakan kantor PT Anatoptur and Travel dan penganiayaan dengan kekerasan yang korbannya adalah Penggugat. Perusakan tersebut disebabkan karena kesalahan alamat penagihan yaitu seharusnya ke Kantor Lessee (PT Antartika Transido) melainkan melakukan penagihan ke kantor tempat Penggugat bekerja. Ade Putra (Penggugat) mendaftarkan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Surabaya dengan dasar Pasal 1365 "Perbuatan Melawan Hukum" dengan tuntutan materiil:

b. Ade Putra (as plaintiff) and the Company (Defendant I) have a legal involvement because of the legal events that occurred. Defendant I through an external party performing billing of leasing installment payments but at the time of the collection, beyond the knowledge of Defendant I, the external party (profcoll) performed collection accompanied by the action of damage to the offices of PT. Anatoptur and Travel and violent mistreatment, whose victim was the Plaintiff. The destruction occurred because of an error in the billing address, which should have been the Office of the Lessee (PT. Antarctica Transido) but instead the collection was conducted at the office where the Plaintiff worked. Ade Putra (Plaintiff) filed a civil suit with the Surabaya District Court on the basis of Article 1365 "Unlawful acts" with the material demands:

• Ganti kerugian untuk memperbaiki kantor Penggugat sebesar Rp 55.000 ribu;

• Compensation to repair the Plaintiff’s office amounting to Rp 55,000 thousand; • Penggugat mengalami cedera karena

pihak profcoll Tergugat I melakukan kekerasan dan penganiayaan kepada Penggugat sebesar Rp 25.000 ribu;

• Plaintiff suffered an injury due to violent mistreatment by Defendant I’s profcoll

and in the amount of

Rp 25,000 thousand; • Bahwa Penggugat menuntut ganti rugi

kepada Tergugat I biaya rawat jalan untuk ke dokter psikiater akibat shock

dengan kejadian tersebut sebesar Rp 25.000 ribu;

• That the Plaintiff demanded compensation from Defendant I for outpatient costs for a psychiatrist due to shock from to the incident amounting to Rp 25,000 thousand;

• Biaya Konsultasi Hukum kepada Kuasa

Hukum sebesar Rp 50.000 ribu; •

Cost of Legal Counsel for Legal Consultation amounting to Rp 50,000 thousand;

• Biaya transportasi untuk Penggugat yang telah mengeluarkan biaya setiap berkonsultasi denganLawyersebanyak 5 kali total nya sebesar Rp 10.000 ribu;

• The cost of transportation for the Plaintiff who has spent costs for each consultation with his Lawyer 5 times, totalling Rp 10,000 thousand;

• Biaya perkara di muka Pengadilan (Jasa Honorarium Pengacara) sebesar Rp100.000 ribu;

• Fees for hearing the case before the Court (Lawyers Fee) amounting to Rp 100,000 thousand;

• Biaya transportasi Lawyer yang akan dikeluarkan oleh Penggugat untuk

Lawyer pada saat ingin menghadiri

persidangan adalah sebesar Rp 50.000 ribu.

• Lawyer’s Transportation costs to be incurred by the Plaintiff to Lawyer when intending to attend the hearings amounting to Rp 50,000 thousand.

Penggugat merasa biaya – biaya tersebut patut dibebankan kepada Tergugat I. Adapun atas kejadian yang dianggap Penggugat dilakukan oleh Tergugat I melalui Debt

Collector / profcoll sangat merugikan

sehingga tuntutan Immateriil atas perkara ini sebesar Rp 10.000.000 ribu akan dibebankan pada Perusahaan (Tergugat I).

The Plaintiff felt these cost should be borne by Defendant I. The above events were considered by the Plaintiff to have been committed by Defendant I through the Debt Collector / profcoll as very detrimental, therefore the Plaintiff demanded to immaterial damages in on this matter in the amount of Rp. 10,000,000 thousand to be charged to the Company (Defendant I).

Telah ada putusan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surabaya pada tanggal 25 Agustus 2015 dimana salah satu amar putusannya adalah menolak gugatan Penggugat.

There is decision from Surabaya District Court Judge dated August 25, 2015 which one of the ruling is to to reject the claims of Plaintiff’s.

Atas putusan tersebut, Penggugat mengajukan banding di Pengadilan Tinggi Jawa Timur melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, perkara tersebut masih dalam proses banding di Pengadilan Tinggi Jawa Timur.

In repsonse to the decision, Plaintiff has filed an appeal in East Java Superior Court through the Clerk of the Surabaya District Court . As of the issuance date of the financial statements, this case is still in the process of appeal in East Java Superior Court.

c. Perkara gugatan konsumen ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) kota Cirebon melalui surat pengaduan No. 012/BPSK/V/2016 tanggal 2 Mei 2016 antara Ibnu Saechu (Penggugat) melawan Perusahaan (Tergugat)sehubungan dengan Penggugat (Konsumen) telah menunggak kewajiban pembayaran kepada Tergugat (Perusahaan) sehingga dilakukannya penarikan kendaraan Penggugat dan Penggugat (Konsumen) melaporkan Tergugat (Perusahaan) ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) kota Cirebon.

c. A customer lawsuit was filed with the Cirebon City Consumer Dispute Settlement Agency (BPSK) through complaint letter No. 012/BPSK/V/2016 dated May 2, 2016 between Ibnu Saechu (Plaintiff) against the Company (Defendant) in connection with the Plaintiff (Consumer) having delinquent payment obligations to the Defendant (the Company) so that it repossessed the Plaintiff’s vehicle, the Plaintiff (Consumer) reported the Defendant (the Company) to the Cirebon City Consumer Dispute Settlement Agency (BPSK).

Atas kasus ini telah ada Putusan BPSK No.012/BPSK/VI/2016 tanggal 16 Juni 2016 yang antara lain memutuskan mewajibkan Perusahaan (Tergugat) untuk mengembalikan kendaraan tersebut kepada Penggugat dan membatalkan perjanjian piutang yang telah ditandatangani oleh Penggugat dan Tergugat.

For this case there is BPSK Decision No.012/BPSK/VI/2016 dated June 16, 2016 which among other matters requires the Company (Defendant) to return the vehicle to the Plaintiff and to cancel agreement that was signed by the Plaintiff and Defendant.

Atas putusan BPSK tersebut, Perusahaan mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri Sumber Cirebon yang teregistrasi No. 37/Pdt.G/2016/PN.SBR tanggal 29 Juni 2016. Dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri Sumber Cirebon, Konsumen selaku Tergugat juga mengajukan tuntutan atas kerugian immateriil yang dideritanya sebesar Rp 500.000 ribu.

In response to BPSK decision above, the Company has filed an appeal in Sumber

Cirebon District Court

No. 37/Pdt.G/2016/PN.SBR dated June 29, 2016. In the process of trial at Sumber Cirebon District Court, Consumer as Plaintiff filed a demand of immaterial damage amounted to Rp 500,000 thousand.

Telah diperoleh putusan dari Pengadilan

Negeri Sumber Cirebon

No. 37/Pdt.G/2016/PN.Sbr tanggal 22 Agustus 2016 dengan amar putusan antara lain:

There is decision from Sumber Cirebon District Court No. 37/Pdt.G/2016/PN.Sbr dated August 22, 2016 which decided among others:

• Menolak eksepsi Konsumen (Tergugat) • To reject Consumer’s (Defendant’s) exception

• Menolak gugatan Perusahaan

(Penggugat) •

To reject claim from the Company (Plaintiff)

• Menghukum Perusahaan (Penggugat) untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp 301 ribu.

• To sentence the Company (Plaintiff) to pay legal costs amounting to Rp 301 thousand.

Atas putusan pengadilan negeri tersebut di atas, Pihak Penggugat mengajukan kasasi. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, Perusahaan belum mendapat putusan kasasi dari Mahkamah Agung Republik Indonesia.

In response to the decision of district court above, Plaintiff has applied for cassation. As of the issuance date of the financial statements, the Company has not received cassation decision from Indonesia Supreme Court.

41. MANAJEMEN RISIKO 41. RISK MANAGEMENT

a. Tujuan dan kebijakan manajemen risiko

keuangan

a. Risk management objectives and policy

Kebijakan Manajemen Risiko Perusahaan merupakan kebijakan yang disusun untuk memenuhi perkembangan yang pesat dalam industri jasa pembiayaan termasuk dalam kaitan pengembangan manajemen risiko secara terkonsolidasi dengan PT Bank Pan Indonesia Tbk sebagai induk perusahaan

(parent company) yang bergerak dalam

bidang jasa perbankan.

The Company’s Risk Management Policy is a policy designed to address the rapid developments in the financial service industry, including in relation to the development of consolidated risk management with PT Bank Pan Indonesia Tbk as the holding company (parent company), which is engaged in banking services.

Perusahaan menyadari bahwa pengelolaan kegiatan pembiayaan yang sehat dan berlandaskan tata kelola yang baik membutuhkan penerapan manajemen risiko yang meliputi proses identifikasi, pengukuran, monitoring dan pengendalian risiko. Dalam penerapan manajemen risiko tersebut Perusahaan meyakini bahwa peran aktif Dewan Komisaris, Direksi dan Senior Manajemen sangat menentukan efektifitas manajemen risiko.

The Company recognizes that management of financing activities based on good governance requires the application of risk management that includes the processes of identifying, measuring, monitoring and controlling risk. In the application of risk management, the Company believes that the active role of the Board of Commissioners, the Directors and Senior Management strongly determines the effectiveness of its risk management.

Kebijakan manajemen risiko merupakan salah satu upaya manajemen Perusahaan untuk menjamin adanya landasan yang kuat bagi pelaksanaan kegiatan operasional Perusahaan sehingga kegiatan operasional dapat berjalan dalam limit risiko yang terukur untuk mencapai target peningkatan

shareholder value.

The risk management policy is one of the Company management’s efforts to ensure a strong foundation for the implementation of operational activities so that operations can proceed within measurable limits of risk to achieve the target of enhanced shareholder value.

Tujuan penerapan kebijakan manajemen risiko adalah:

The objectives of application of the risk management policy are:

• Untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan bisnis dan kegiatan pendukung dalam operasional Perusahaan telah memperhitungkan seluruh potensi risiko yang mungkin timbul, baik dalam bentuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas maupun risiko operasional.

• To ensure that all business activities and operational support activities within the Company have taken into consideration all potential risks that may arise, whether in the form of credit risk, market risk, liquidity risk, or operational risk.

• Untuk melakukan fungsi kontrol dan pengelolaan terhadap seluruh risiko yang melekat pada aktivitas bisnis dalam batas–batas toleransi risiko Perusahaan yang telah ditetapkan.

• To perform the function of supervision and management of all risks inherent in business activities within the Company’s established risk tolerance limits.

• Untuk mengoptimalkan penggunaan

modal Perusahaan. •

To optimize the use of the Company’s capital.

• Untuk memastikan kepatuhan terhadap seluruh peraturan yang relevan, antara lain peraturan Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan otoritas lain.

• To ensure compliance with all relevant regulations, including those of Bank Indonesia, the Ministry of Finance, and other authorities.

• Untuk meningkatkan shareholder value

dalam jangka panjang. •

To increase long-term shareholder value.

Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip- prinsip transparansi, independensi, wewenang dan tanggung jawab serta kewajaran transaksi.

The Company consistently applies the principles of transparency, independence, authority and responsibility, and the fairness of transactions.

Perusahaan menyadari pentingnya untuk memiliki sebuah mekanisme yang memadai dalam mengakomodasi risiko-risiko yang dihadapi oleh Perusahaan. Perusahaan memiliki mekanisme yang bertumpu pada 4 (empat) pilar manajemen risiko, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

The Company recognizes the importance of having an appropriate mechanism to accommodate the risks facing the Company. The Company has a mechanism that is based on four (4) pillars of risk management, which can be described as follows:

Pilar 1: Pengawasan Aktif Dewan

Komisaris dan Direksi

Pillar 1: Active Supervision by Boards of

Dalam dokumen Laporan Keuangan CFIN 311216 (Halaman 79-84)