• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GANGGANG LAUT

2.3 Tumbuhan Talus

2.3.2 Chlorophyceae (Ganggang hijau)

Gambar 2.1 Beberapa spesies Trichodesmium ( Romimohtarto dan Juwana, 1999) A = Trichodesmium erythraeum

B = Trichodesmium contortum C = Trichodesmium thiebauti D = Trichodesmium hildebrantii

Dinding sel dari kelompok tumbuh-tumbuhan ini biasanya terdiri atas bahan kitin, bukan selulosa seperti yang dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan lain. Karena itu, mereka menambah persediaan kitin yang dihasilkan di laut, khususnya oleh Crustecea, yakni kelas hewan yang antaranya terdiri atas udang dan kepiting. Beberapa Myxophyceae sifatnya endophytic, yaitu mereka hidup di dalam tubuh tumbuh-tumbuhan lain dalam suatu asosiasi yang dinamakan simbiosis. Misalnya, dalam sel diatomae, Rhizosolenia, mungkin hidup ganggang spesies Richelia intracellularis.

2. 3. 2 Chlorophyceae (ganggang Hijau)

Sesuai dengan namanya, kelompok ganggang ini berwarna hijau. Pigmen dari kloroplas, yakni bentuk sel yang mengandung pigmen untuk fotosintesis, mencakup dua jenis klorofil, yaitu klorofil-a dan klorofil-b dan berbagai karotenoid. Warna kuning dan

33

oranye dari pigmen karotenoid tertutup oleh berlimpahnya klorofil yang berwarna hijau (Smith, 1955; Tjitrosoepomo, 1991). Berbeda dengan ganggang hijau-biru yang dinding selnya terbuat dari kitin, ganggang hijau dinding selnya terdiri atas karbohidrat berselulosa, lain dengan produk nitrogen berupa kitin. Beberapa ganggang hijau dari laut, seperti Halimedia (Gambar 2.2) menghasilkan kerak kapur (CaCO3). Karena itu, organisme ini dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi terbentuknya endapan kapur di beberapa bagian perairan laut, terutama di daerah tropis. Sendi-sendi dari spesies Halimedia ini tidak berkapur, yang menyebabkan lentur dan ganggang ini dapat bergerak-gerak dalam air jika air bergerak. Kelas ganggang ini mempunyai bentuk sangat beragam, tetapi bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa (sekat) atau tanpa sekat, dan berbentuk lembaran (Tjitrosoepomo, 1991; Kadi, 1996).

Perkembangbiakan seksual kelas ganggang ini dilakukan seperti berikut. Isi dari suatu sel biasa dari tumbuh-tumbuhan yang pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin yang disebut gamet berbulu-getar dua. Setelah gamet ini lepas ke dalam air, mereka bersatu berpasangan dan melalui pembelahan sel berkembang menjadi tumbuh-tumbuhan baru yang dikenal sebagai sporofit, tetapi biasanya melalui fase benang dulu.

34

Gambar 2.2 Beberapa spesies Halimedia (Romimohtarto dan Juwana, 1999) A = Halimedia incrassata.

B = Halimedia monile. C = Halimedia opuntia. D = Halimedia fragilis. E = Halimedia scabra.

Perkembangbiakan dapat juga dilakukan secara aseksual. Setiap sel biasa dari tumbuh-tumbuhan sporofit dapat membentuk zoospora yang berbulu-getar empat (spora adalah sel perkembangbiakan yang berbeda dengan biji, terutama karena sel ini tidak berisi embrio tumbuh-tumbuhan yang siap berkembang). Zoospora ini setelah dilepas tumbuh langsung menjadi gametofit, yakni tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan gamet.

35

Prosesnya dikenal sebagai pergantian generasi dan terkait dengan ini adalah perubahan sitologi yang penting. Akan tetapi dalam hal Ulva, bentuk mikroskopik (sporofit dan gametofit) tidak dapat dibedakan, yakni mereka isomorfit (sporofit dan gametofit sama) atau homolog. Perkembangbiakan aseksual dapat pula terjadi dengan fragmentasi yang membentuk tumbuh-tumbuhan tak melekat.

Selama masa perkembangbiakan, sejumlah besar gamet dan zoospora dapat dilepaskan, meninggalkan tumbuh-tumbuhan induk tak berwarna dan membentuk perebakan warna hijau dalam air teluk yang tenang. Bagi banyak hewan penyaring makanan, gamet dan spora tumbuhan ini dan tumbuh-tumbuhan spesies lain menjadi sumber makanan yang tak boleh diabaikan dalam kita mempelajari makanan dari hewan-hewan litoral. Di teluk-teluk, fase renang dari ganggang dan lendir ganggang ikut membentuk lapisan tipis utama dan menjadi tumbuh-tumbuhan pengotor pada kapal dan benda-benda terendam lainnya.

Ganggang hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas, khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut, dan tetap di daerah bawah-pasut sampai ke jelukan 10 meter atau lebih. Jadi, di habitat yang mendapat penyinaran matahari bagus, ganggang dari kelas ini terdapat melimpah di perairan hangat (tropis). Di laut Kutub Utara, ganggang hijau ini lebih jarang ditemukan dan bentuknya kerdil.

Di Indonesia, tercatat sedikitnya 12 genus ganggang hijau, yang banyak di antaranya sering dijumpai di perairan pantai. Berikut ini disampaikan beberapa genus ganggang hijau tersebut (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

1. Caulerpa yang dikenal oleh penduduk sebagai anggur laut, terdiri atas 15 spesies dan lima varietas. Beberapa spesies ganggang ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

36

Gambar 2.3 Beberapa spesies Caulerpa (Romimohtarto dan Juwana, 1999). A = Caulerpa prolifera.

B = Caulerpa sertularioides. C = Caulerpa racemosa. D = Caulerpa floridana.

2. Ulva mempunyai talus berbentuk lembaran tipis seperti sla; karena itu dinamakan sla laut. Ada tiga spesies yang tercatat, satu di antaranya adalah Ulva reticulata. Ganggang ini biasanya melekat dengan menggunakan alat pelekat berbentuk cakram pada batu atau substrat lain atau pada tabung dari cacing beruas. Tangkainya pendek yang menghubungkan dengan daunnya yang tipis dan lebar. Bentuk dan ukuran daunnya tidak teratur. Daun yang lebar dapat mencapai 400 cm2. Daunnya mempunyai sejumlah perforasi tak teratur dan tebalnya hanya dua sel. Ganggang ini dapat tumbuh mulai dari daerah air pasang rata-rata pada pasut bulan-setengah sampai air surut terendah pada bulan purnama. Tumbuhan ini dapat terlepas dari pegangannya dan tersebar di sekitar mintakat pasut. Ganggang ini tumbuh bagus di selat dan perairan teluk yang tenang.

3. Valonia (V. ventricosa) mempunyai talus yang membentuk gelembung berisi cairan berwarna ungu atau hijau mengkilat, menempel pada karang mati atau batu karang. Di perairan pantai Malaysia, terdapat spesies Valonia fastigiata. Ganggang ini

37

berbenang hijau bercabang dan beruas, garis tengahnya kira-kira 1 mm, tumbuh ke atas membentuk sebuah talus yang permukaan atasnya berbentuk kubah. Ujung bawah dari benang melekat kuat pada permukaan batu. Talus yang lebar dapat berukuran 4 cm garis tengahnya dan 1,5 cm tingginya.

4. Dictyospaera (D. cavernosa) dan spesies-spesies lain dari genus ini di Nusa Tenggara Barat dinamai bulung dan dimanfaatkan untuk sayuran.

5. Halimedia terdiri atas 18 jenis. Seperti telah dikemukakan di atas genus ini berkapur dan menjadi salah satu penyumbang endapan kapur di laut. Halimedia tuna terdiri atas rantai bercabang dari potongan tipis berbentuk kipas. Potongan-potongan ini berkapur, masing-masing bergaris tengah 2 cm. Yang terbesar dihubungkan satu dengan lainnya oleh sendi-sendi tak berkapur. Mereka terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah, pada pantai berbatu dan pada paparan terumbu. Akan tetapi, potongan-potongannya dapat tersapu ke bagian atas pantai setelah terjadi badai. Halimedia Opintia berbeda dengan H. tuna karena spesies ini mempunyai potongan bentuk kipas lebih kecil, berwarna hijau muda, mempunyai panjang 1 cm, dan mempunyai bentuk pinggiran yang kurang teratur. Spesies ini terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan-setengah pada pantai berbatu dan paparan terumbu.

6. Chaetomorpha mempunyai talus atau daunnya berbentuk benang yang menggumpal. Spesies yang diketahui adalah C. crassa yang sering menjadi gulma bagi budidaya rumput laut.

7. Codium hidup menempel pada batu atau batu karang, tercatat ada enam spesies (Gambar 2.4-2.5)

38

Gambar 2.4 Codium tomentosum (Romimohtarto dan Juwana, 1999). A = Tumbuh-tumbuhan Codium.

B = Irisan membujur talus. C = Irisan melintag talus.

Gambar 2.5 Codium decordicatum (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

8. Dari genus Udotea tercatat dua spesies dan banyak terdapat di perairan Sulawesi seperti di Kepulauan Spermonde dan Selat Makassar. Ganggang ini tumbuh di dasar pasir dan terumbu karang.

9. Tydemania (T. expeditionis) tumbuh di paparan terumbu karang yang dangkal dan di daerah tubir pada kejelukan 5-30 m di perairan jernih.

39

10. Bernetella (B. nitida) menempel pada karang mati dan pecahan karang di paparan terumbu.

11. Burgesenia (B. forbesii) mempunyai talus berbentuk kantung silendris berisi cairan berwarna hijau tua atau hijau kekuning-kuningan, menempel di batu karang atau tumbuh-tumbuhan lain.

12. Neomeris (N. annulata) tumbuh menempel pada substrat dari karang mati di dasar laut. N. annulata hidup di daerah pasut di seluruh perairan Indonesia.

Dokumen terkait