Pada gambar 8a ini terlihat saat Surya yang menjadi Yesus disalib dan dipasangi mahkota duri persis seperti patung Yesus yang juga terdapat di belakangnya dengan pengambilan gambar secara Medium Close Up.
Pada gambar 8b terlihat Surya dengan keseluruhan badannya yang disalib serta beberapa pemain drama di bawahnya. Di belakang tampak juga Romo yang duduk dan menyaksikan drama tersebut. Scene ini dengan pergerakan kamera Track Forward dan diambil secara Long Shot. Audio yang digunakan pada gambar 8a dan 8b adalah dialog Surya dan musik bernada slow. Dialog yang diucapkan Surya adalah :
Surya : “Allah, Allah. Mengapa Kau tinggalkan aku?”
Pergerakan kamera Track Forward juga digunakan pada gambar 8c dimana Surya yang memerankan Yusuf yang mengangkat bayi Yesus dan menunjukkan pada umat lainnya diambil secara Medium Close Up. Audio yang digunakan adalah musik bernada slow.
Signifikansi tahap kedua (Konotasi)
Gambar 8a sampai 8c tersebut sama-sama memperlihatkan peran Surya dalam memainkan drama di Gereja. Surya yang beragama Islam memerankan tokoh utama, seperti Yesus pada saat perayaan Malam Jumat Agung dan Yusuf pada saat Malam Natal. Hal ini sangat jarang didengar atau bahkan belum pernah didengar dimana seorang Muslim ikut terlibat dalam drama perayaan yang beragama non Muslim. Bahkan bagi beberapa umat Islam masuk Gereja
commit to user
pun sudah merupakan hal yang haram, apalagi ikut terlibat di dalamnya. Tapi ini berbeda bagi Surya. Dia beragama Islam tapi dia tidak mempersoalkan perbedaan yang ada, dia bertoleransi dengan mereka yang beragama non Islam salah satunya dengan ikut bermain dalam drama perayaan Gereja. Surya pun juga sangat menghayati perannya sehingga ia dapat memerankan Yesus dan Yusuf dengan sangat bagus.
Pengambilan gambar secara Long Shot pada gambar 8b semakin memperjelas keseluruhan suasana pada saat Surya memerankan Yesus yang disalib. Pengambilan gambar secara Medium Close Up pada gambar 8a menunjukkan ekpresi Surya yang beragama Islam yang sangat menghayati perannya sebagai Yesus yang disalib. Kode sinematografis inilah yang menunjukkan toleransi beragama yang dilakukan Surya terhadap mereka yang beragama Katolik. Hal ini ditunjukkan dalam pergerakan kamera secara Track Forward dalam gambar 8b dan 8c. Gerakan kamera yang tidak diam menciptakan suasana toleransi beragama di Gereja. Adanya shot yang menunjukkan Surya yang menjadi Yesus disalib dan dipasangi mahkota duri persis seperti patung Yesus yang juga terdapat di belakangnya serta Surya yang memerankan Yusuf yang mengangkat bayi Yesus semakin mempertajam situasi toleransi beragama, dalam hal ini toleransi yang dilakukan Surya sebagai pemeluk Islam terhadap mereka yang memeluk agama Katolik. Sementara itu musik slow semakin mendukung suasana perayaan di Gereja.
commit to user
Gambar 9Gambar 9a Scene 34 Shot 3 Gambar 9b Scene 48 Shot21
Signifikansi tahap pertama (Denotasi)
Saat perayaan Malam Jumat Agung dan Malam Natal di Gereja, tim Banser Nahdlatul Ulama (NU) datang ke Gereja termasuk juga Soleh. Mereka bekerjasama dengan Polisi untuk menjaga keamanan di sekitar Gereja. Gambar 9a memperlihatkan mobil yang datang dan berhenti di depan Gereja saat perayaan Malam Jumat Agung dengan pergerakan kamera Tilt dan pengambilan gambar secara Long Shot. Mobil tersebut berisikan tim Banser NU. Sedangkan pada gambar 9b menunjukkan tim Banser yang berjaga di depan Gereja saat perayaan Malam Natal dengan pengambilan gambar secara Long Shot.
Signifikansi tahap kedua (Konotasi)
Kedua gambar di atas sama-sama memperlihatkan tim Banser NU yang menjaga keamanan di sekitar Gereja saat terdapat perayaan hari besar. Padahal diketahui bahwa NU (Nahdlatul Ulama) merupakan organisasi Islam di Indonesia. Gambar tersebut juga menandakan adanya toleransi beragama yang dilakukan tim Banser NU terhadap umat Katolik. Tim Banser NU dengan
commit to user
sukarela menjaga keamanan di sekitar Gereja supaya perayaan hari besar dapat berlangsung dengan lancar dan umat Katolik merasa aman dan nyaman selama beribadah. Pergerakan kamera Tilt dan pengambilan gambar secara Long Shot menampilkan situasi yang berkesan toleransi beragama dimana sikap tim Banser NU menunjukkan bahwa mereka sangat menerima perbedaan dan menghargainya dengan tidak mengganggu perayaan di Gereja tetapi malahan ikut serta menjaga keamanan Gereja.
Scene ini seperti mewakili kejadian dalam kehidupan nyata dimana pada Malam Natal 2011 kemarin tim Banser NU turut serta dalam menjaga keamanan di Gereja Katedral Keuskupan Jakarta. Di Solo pun Banser NU juga ikut andil dalam mengamankan Gereja saat perayaan Natal 2011 kemarin. Sedikitnya 200 personil dari Banser Gerakan Pemuda Ansor NU Kota Solo diturunkan untuk turut menjaga 142 Gereja di Solo68. Pengamanan tersebut sebagai wujud kerukunan umat beragama di Kota Solo.
68
Syaifullah Amin, Banser Jaga Gereja di Kota Solo
(http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,35455-lang,id
c,wartat,Banser+Jaga+Gereja+di+Kota+Solo-.phpxdiakses pada tanggal 15 Februari 2012,
commit to user
Gambar 10Scene 41
Gambar 10a Shot 23
Gambar 10b Shot 33
Signifikansi tahap pertama (Denotasi)
Pada gambar 10a terlihat Surya yang sedang memakai pakaian ala Santa Klaus lengkap dengan tongkatnya tampak gembira bernyanyi dan menari-nari saat mengunjungi anak temannya Rika. Terlihat juga Rika dan orang tua anak yang sakit ikut bertepuk tangan. Gambar berikutnya memperlihatkan Surya yang memerankan Santa Klaus sedang memberikan hadiah pada anak yang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Kedua gambar tersebut menggunakan pengambilan gambar secara Medium Long Shot, straight-on angle dan pencahayaan high key.
commit to user
Audio yang digunakan adalah dialog Surya dan efek suara. Dialog yang diucapkan Surya adalah :
Surya : (menyanyi lagu Jingle Bells sambil menari-nari) “Jingle bells… Jingle bells… Jingle all the way…
Oh what fun it is to ride, In a one-horse open sleigh, ow…. Jingle bells… Jingle bells… Jingle all the way…
Oh what fun it is to ride, In a one-horse open sleigh….
Yeeee…..Hohohoho.. Abi, Santa membawa hadiah untuk kamu. Karena kamu adalah laki-laki yang kuat, maka Santa memberikan . . .Yeeee..Hohohoho..(sambil menunjukkan hadiah pada Abi). Hehehe…Hohohoho…”(sambil memberikan boneka robot pada Abi).
Signifikansi tahap kedua (Konotasi)
Pada gambar 10a dan 10b dimana Surya memakai baju ala Santa Klaus di Rumah Sakit saat mengunjungi anak dari temannya Rika. Anak tersebut juga bernama Abi dan mengidolakan Santa Klaus. Surya memerankan Santa Klaus dalam adegan ini karena dimintai tolong oleh Rika dan teman-temannya. Walaupun dalam agamanya Surya tidak ada Santa Klaus, tapi Surya bersedia untuk menghibur orang lain yang beragama non Islam. Dalam scene tersebut, Surya bersikap layaknya Santa Klaus yang baik hati dan suka memberi hadiah pada anak kecil.
commit to user
Tindakan Surya ini merupakan bentuk toleransi beragama dimana adanya kepedulian dan kesediaan Surya untuk menjenguk serta menghibur anak kecil yang belum dikenalnya. Dan ini semakin diperjelas dengan adanya kode- kode sinematik yang terdapat dalam gambar. Pengambilan gambar secara Medium Long Shot dan straight-on angle semakin menunjukkan toleransi beragama yang dilakukan Surya kepada Abi yang sedang terbaring di rumah sakit saat itu. Audio yang digunakan pada kedua gambar adalah dialog Surya dan efek suara, yaitu suara tepuk tangan dan suara langkah kaki Surya semakin mendukung suasana haru yang terdapat dalam gambar itu dimana sangat terlihat ekspresi serta sikap Surya yang begitu sangat bersemangat dalam menghibur anak kecil tersebut.
Mitos toleransi beragama umat Islam terhadap umat non Islam saat hari
raya umat non Islam :
Pada gambar 7 sampai gambar 10 menunjukkan adanya persamaan toleransi yang ditunjukkan umat Islam terhadap umat non Islam, dalam film ini umat Katolik. Dalam film ini, umat Islam yang diwakili oleh Menuk, Surya, Soleh, dan tim banser NU menunjukkan sikap menghargai perbedaan terhadap mereka pemeluk agama berbeda. Dengan adanya keikutsertaan mereka pada saat perayaan Malam Jumat Agung dan Malam Natal di Gereja semakin memperjelas adanya toleransi beragama. Mereka sama-sama tidak takut untuk masuk Gereja.
Padahal sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat tentang hukum seorang Muslim memasuki Gereja. Ada yang membolehkan dan ada pula yang
commit to user
mengharamkan. Para ulama di kalangan mazhab Malikiyah dan Hanabilah serta sebagian ulama Syafi’iyah berpendapat seorang muslim diperbolehkan memasuki gereja atau tempat ibadah orang kafir lainnya. Tapi sebagian yang lainnya mensyaratkan harus ada izin dari mereka yang menggunakan tempat tersebut. Oleh karena itu hukum memasuki gereja seperti halnya untuk menghadiri perkawinan atau bertugas melakukan pekerjaan tertentu, bukanlah sesuatu yang diharamkan. Asalkan selama orang muslim tersebut tidak melaksanakan hal-hal yang bertentangan dengan aturan-aturan agama. Meskipun demikian, sebaiknya dia tidak melakukannya (masuk ke gereja) kecuali jika perlu dan mendesak.69
Ada pula yang mengharamkan dimana hukum memasuki tempat ibadah orang kafir pada saat mereka sedang merayakan hari agama mereka adalah haram. Umar Ra berkata: “janganlah kalian memasuki tempat ibadah orang kafir pada saat mereka sedang merayakan hari agama mereka, karena kemarahan Allah akan turun kepada mereka” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah 3/442).70 Islam mengajarkan untuk menghormati dan bertoleransi kepada umat agama lain.
Dalam Islam, telah jelas dan baku dalam mengatur hubungan antara manusia dengan manusia walau berbeda keyakinan. Banyak ditemukan ayat-ayat Al Quran yang mengajarkan setiap individu muslim harus bersikap luwes, terbuka, berlapang dada dan toleransi terhadap perbedaan termasuk dalam
69
Sayyid Mustofa Herlan. Hukum Seorang Muslim Memasuki Gereja
(http://sayyidherlan24.wordpress.com/2010/09/26/hukum-muslim-masuk-gereja/ diakses pada tanggal 04 April 2012, 08.14 WIB)
70
Ibnu Jatmiko. Haram Masuk Gereja Saat Hari Raya Mereka
(http://pgriciampea-smp.site90.net/BungaRampai/9/ibadah/Menghadiri.html diakses pada tanggal 04 April 2012, pukul 08.18 WIB)
commit to user
perbedaan keyakinan. Seperti Q.S Yunus ayat 99, Q.S Al-Ankabut ayat 46 dan lain-lain yang meletakkan prinsip-prinsip bagaimana seharusnya seorang Muslim memandang dan menghadapi pemeluk agama-agama lain. Dari ayat- ayat Al-Quran tersebut terdapat beberapa prinsip ajaran yaitu ajaran untuk menjauhkan sikap paksaan, tekanan, intimidasi dan yang sejenisnya. Islam tidak mengenal tindak kekerasan dan dalam pergaulan dengan pemeluk agama-agama lain harus bersikap toleran. Islam memandang pemeluk agama lain memiliki persamaan, yaitu sama-sama mempercayai Tuhan. Islam mengulurkan tangan persahabatan terhadap pemeluk agama lain, selama pihak yang bersangkutan tidak menunjukkan sikap bermusuhan dan memerangi.71
71
Fachrurrozy Pulungan. Toleransi Beragama dalam Islam
(http://www.waspada.co.id/index.php/Afiliasi/images/index.php?option=com_content&view= article&id=76649:toleransi-beragama-dalam-islam&catid=33:artikel-jumat&Itemid=98, diakses pada tanggal 04 April 2012, pukul 11.21 WIB)
commit to user
Gambar 11Scene 50
Gambar 11a Shot 5 Gambar 11b Shot 9
Signifikansi tahap pertama (Denotasi)
Pengambilan gambar secara Long Shot digunakan pada gambar 11a dimana memperlihatkan Rika dan Abi yang sedang membagi-bagikan kotak dus pada orang-orang yang mengantre di depan toko buku Rika. Tampak sebuah becak berhenti di depan toko tersebut dan menurunkan penumpangnya yaitu seorang laki-laki dan perempuan yang berjilbab. Kemudian gambar 11b beralih secara Medium Long Shot dimana Rika berpelukan dengan perempuan tersebut dan Abi juga menghampiri laki-laki tersebut. Pengambilan kedua gambar tersebut secara straight-on angle dan pencahayaan high key.
Signifikansi tahap kedua (Konotasi)
Gambar 11a dan 11b menunjukkan adanya syukuran Khatam Quran Abi dengan membagi-bagikan kotak dus pada orang-orang di depan toko buku Rika. Rika yang beragama Katolik mengadakan syukuran untuk anaknya, Abi yang
commit to user
beragama Islam. Syukuran tersebut tidak dirayakan dengan hura-hura melainkan dengan pembagian makanan pada orang-orang yang lebih membutuhkan. Pengambilan gambar 11a secara Long Shot semakin memperjelas tindakan toleransi beragama, dimana Rika turut serta merayakan syukuran anaknya dan berbagi dengan sesama manusia tanpa memandang latar belakang, agama, suku, dan ras.
Kemudian datanglah dua orang yang ternyata orang tua Rika dengan naik becak dan berhenti di depan toko buku. Rika dan Abi yang sudah lama tidak bertemu langsung menghampiri mereka dan berpelukan. Di situ tergambar jelas dari ekspresi Rika dan Abi bahwa mereka terkejut dengan kedatangan tersebut. Dalam gambar 11b seolah ingin menunjukkan bahwa Ibu Rika beragama Islam dimana beliau memakai jilbab. Pelukan yang diberikan Rika pada orang tuanya menunjukkan bahwa Rika sangat senang dengan kedatangan mereka dan menyayangi mereka.
Kedatangan orang tua Rika pun menandakan bahwa mereka tetap peduli dan sayang sama Rika walaupun Rika sudah memeluk agama yang berbeda dengan mereka. Pengambilan kedua gambar tersebut secara straight-on angle dan didukung pencahayaan high key memperlihatkan bahwa kedatangan orang tua Rika memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Rika dan Abi. Pengambilan gambar 11b secara Medium Long Shot semakin memperjelas situasi keakraban antara Rika dengan orang tuanya. Kerukunan yang terjalin di antara mereka inilah merupakan salah satu wujud toleransi beragama.
commit to user
Gambar 12Gambar 12a Scene 38 Shot 3 Gambar 12b Scene 40 Shot 1
Signifikansi tahap pertama (Denotasi)
Pergerakan kamera secara Pan digunakan pada gambar 12a dimana memperlihatkan Tan Kat Sun yang sedang menjelaskan aturan-aturan Restoran Cina miliknya pada Hendra saat bulan puasa. Tan Kat Sun yang tengah sakit saat itu tampak sedang makan dan minum dengan dilayani oleh istrinya. Sedangkan pada gambar 12b memperlihatkan Restoran Cina Tan Kat Sun yang tampak dari depan dan di sekelilingnya ditutupi oleh tirai. Di depan restoran tersebut juga ada dua orang tukang becak sedang duduk di becaknya masing- masing. Audio yang digunakan pada gambar 12a dan 12b adalah dialog dan efek suara. Dialog pada gambar 12a terjadi antara Tan Kat Sun dengan Hendra, sebagai berikut :
Tan Kat Sun : “ Inget Hen, ini bulan puasa. Ya. Pasang tirai barangkali anak- anak sudah pada tahu.”
Ping Hen : “ Iya, Pi.”
Tan Kat Sun : “ Mungkin nanti kalau kamu turun, tirainya udah dipasang. Ya. Satu hal lagi, jangan jualan babi bulan ini. Kita harus hormati
commit to user
orang puasa. Inget, jangan jualan babi sebulan. Ngerti kowe ? hemm ?
Ping Hen : “ Iya, iya Pi.”
Dialog pada gambar 12b terjadi antara tukang becak, sebagai berikut :
Tukang Becak 1 : “ Mbak, becak mbak ? “
Tukang Becak 2 : “ Mbak, becak mbak ? “
Pengambilan kedua gambar tersebut secara Medium Shot, straight-on angle dan pencahayaan high key.
Signifikansi tahap kedua (Konotasi)
Pergerakan kamera secara Pan pada gambar 12a bermaksud
menunjukkan Tan Kat Sun yang sedang menjelaskan aturan-aturan Restoran Cina miliknya pada Hendra saat bulan puasa. Saat bulan puasa Tan Kat Sun menyuruh Hendra untuk menutup sekeliling restoran dengan tirai dan tidak berjualan babi. Hal ini dimaksudkan untuk menghormati mereka yang sedang puasa. Tan Kat Sun yang tengah sakit menyerahkan restorannya untuk sementara dikelola Hendra.
“Kita harus hormati orang puasa”. Ucapan Tan Kat Sun kepada Hendra ini sangat memperjelas bahwa Tan Kat Sun sangat mengutamakan sikap menghargai pemeluk agama lain dan tetap bersikap toleran dalam menjalankan bisnis restorannya. Tindakan Tan Kat Sun ini merupakan bentuk toleransinya kepada pemeluk agama Islam. Dia bahkan tidak mencari keuntungan dengan tidak menjual babi saat bulan puasa. Gambar 12b memperlihatkan restoran Tan
commit to user
Kat Sun yang sudah tertutup tirai menandakan bahwa restoran tersebut menghargai pemeluk agama Islam yang sedang menjalankan puasa. Pengambilan gambar secara Medium Shot semakin mempertajam adanya toleransi beragama yang dilakukan Tan Kat Sun kepada pemeluk agama Islam pada saat bulan puasa.
Gambar 13
Scene 6 Shot 1
Signifikansi tahap pertama (Denotasi)
Gambar ini memperlihatkan Menuk yang sedang sholat dan istri Tan Kat Sun sedang sembahyang secara Konghucu di dalam restoran Cina Canton dengan pengambilan gambar secara Medium Shot, straight-on angle dan pencahayaan high key. Audio yang digunakan adalah musik bernada slow.
Signifikansi tahap kedua (Konotasi)
Gambar inimemperlihatkan pada penonton bahwa Menuk dan istri Tan Kat Sun sama-sama menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing di
commit to user
tengah kesibukan mereka bekerja. Tampak Menuk menjalankan sholat dan istri Tan Kat Sun sembahyang secara Konghucu secara bersamaan. Ini merupakan wujud kebebasan beragama dalam menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing dengan nyaman dan saling menghargai. Bahkan negara pun menjamin kebebasan beragama dalam peraturan perundang-undangan seperti dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”. Kebebasan beragama sangat diperlukan sekarang ini demi terciptanya perdamaian dan kerukunan beragama mengingat banyaknya keragaman agama yang terdapat di Indonesia. Kebebasan beragama merupakan salah satu hak paling dasar bagi seseorang, dimana kita memiliki keluasan untuk mengungkapkan apa yang kita yakini dan percaya melalui ibadah di muka umum.
Dengan pengambilan gambar secara Medium Shot, dan straight-on angle semakin mempertajam suasana toleransi beragama yang terdapat di restoran Cina Canton dimana para pegawainya berhak untuk menjalankan ibadah sesuai
agama dan kepercayaannya masing-masing. Audio bernada slow dan
pencahayaan high key semakin mendukung suasana yang terkesan khikmad tersebut.