• Tidak ada hasil yang ditemukan

COMMUNITY ACTION AND COMMUNITY EMPOWERMENT dr.Hikmawati,M.Med.Ed.

Dalam dokumen Buku Acuan Umum CFHC IPE 2014 1 (Halaman 98-104)

94 mereka yang tekanan darahnya belum pernah dalam kategori tinggi, tidak

COMMUNITY ACTION AND COMMUNITY EMPOWERMENT dr.Hikmawati,M.Med.Ed.

Community and Family Health Care (CFHC) merupakan suatu kegiatan pembelajaran berbasis pada masyarakat/komunitas. Secara tidak langsung, kegiatan ini hendaknya memberikan manfaat bagi komunitas/masyarakat setempat. Banyak hal yang dapat diberikan kepada masyarakat. Bab ini akan membahas mengenai empowering community dan strategi dalam

empowering community.

Empowering community atau pemberdayaan masyarakat adalah sebuah pengaturan mendasar untuk mengatasi permasalahan sosial dan memperbaiki kondisi yang ada (Drier, 1996). Dalam hal kesehatan, tujuan utama yang akan dicapai adalah perbaikan kesehatan pada masyarakat, sehingga hal – hal yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat menjadi komponen inti yang akan terlibat dalam kegiatan empowering community.

Stakeholder sebagai fasilitator dalam empowering community dapat membuat sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat secara efektif dengan beberapa cara. Secara umum, Laverack (2005) mengatakan bahwa kegiatan empowering community dapat dibagi menjadi sembilan domain: peningkatan partisipasi masyarakat, mengembangkan kepemimpinan lokal, meningkatkan kapasitas penilaian masyarakat, meningkatkan kemampuan dalam menanyakan “mengapa”, membangun struktur organisasi yang efektif dan efisien, meningkatkan sumber- sumber yang memiliki mobilitas tinggi, menguatkan hubungan antara organisasi dan masyarakat, membuat sebuah hubungan eksternal dengan pihak-pihak luar tertentu, dan meningkatkan kontrol terhadap manajemen program pemerintah. Namun, kunci sebuah program pemberdayaan masyarakat dapat berhasil terletak pada masyarakat itu sendiri, sehingga “proses belajar” masyarakat lah yang sangat diperlukan dalam setiap program pemberdayaan masyarakat. Dalam mengenalkan masyarakat terhadap proses belajar mereka tidaklah mudah. Dua metode yang saat ini sudah dikenal secara luas adalah PAR (Participated Action Research) dan PRA (Participation Rural Appraisal).

99

PAR (Participated Action Research) merupakan sebuah metode riset yang melibatkan masyarakat. Secara spesifik, PAR merupakan sebuah metode berdasarkan pada refleksi, koleksi data, dan aksi yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan ketidakpemerataan kesehatan dengan melibatkan personal yang kemudian diharapkan melakukan sesuatu yang akan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Baum, MacDougall, & Smith, 2006). Secara umum, PAR merupakan bagian dari action research yang memiliki siklus. Siklus tersebut merupakan siklus proses perbaikan secara terus menerus. Diawali dengan sebuah analisis terhadap masalah yang ada dalam masyarakat, kemudian perumusan penyelesaian terhadap permasalahan yang ada. Perumusan penyelesaian masalah itulah yang kemudian menjadi sebuah riset. Apabila riset tersebut telah dilaksanakan maka sebuah proses evaluasi terhadap permasalahan akan menjadi tahap selanjutnya, sehingga kekurangan dari riset akan menjadi pembelajaran dan riset yang berkelanjutan. Namun, untuk menjadi sebuah pembelajaran bagi sebuah komunitas/masyarakat, ada beberapa hal yang menjadi perhatian atau prasyarat.

Menjadi sebuah pembelajaran bagi sebuah masyarakat memerlukan atensi dan partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Dalam hal atensi, kebutuhan masyarakat dan self-belonging

masyarakat terhadap masyarakat itu sendiri menjadi kunci keberhasilan dalam meraih atensi masyarakat, sehingga menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan mereka sendiri menjadi titik awal dari proses pembelajaran. Proses awal tersebut tidaklah mudah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan,diantaranya keterlibatan tokoh masyarakat (ToMa) atau melibatkan organisasi yang ada dalam masyarakat tersebut. Harapannya, ToMa yang terlibat merupakan tokoh kunci pada struktur masyarakat yang dituju, sehingga dapat terlibat secara langsung dalam menentukan penelitian yang akan dilaksanakan.

Selanjutnya, analisis dan refleksi terhadap hasil penelitian juga memegang peranan penting. Analisis hendaknya dilakukan terhadap data penelitian dan penelitian itu sendiri, sehingga didapatkan gambaran secara menyeluruh terhadap proses. Setelah itu, hasil analisis tersebut ditelaah secara seksama oleh seluruh pihak yang terlibat, termasuk masyarakat. Harapannya, masyarakat mampu merefleksikan dan mengambil sebuah pelajaran dari proses penelitian tersebut. Kedua proses yang terletak diakhir ini merupakan kunci keberhasilan dari

100

Oleh karena itu, dalam menyelenggarakan PAR, beberapa tahap harus dilalui, di antaranya: 1. Penentuan masalah, isu, atau perubahan yang diinginkan secara bersama-sama, kemudian

membentuk sebuah komunitas penelitian yang anggotanya adalah tim peneliti dan beberapa wakil masyarakat yang ditunjuk.

2. Pertemuan dalam mengkolaborasikan awal antara tim peneliti dan masyarakat setempat untuk dapat merumuskan sebuah metode dan rencana penelitian yang akan dikerjakan secara bersama-sama.

3. Merumuskan aksi-aksi yang sesuai dengan metode dan rencana penelitian.

4. Pelaksanaan aksi-aksi sehingga tampak outcome yang diharapkan yang kemudian diobservasi baik oleh komunitas penelitian dan masyarakat yang tertarik dengan penelitian ini.

5. Refleksi terhadap aksi dan outcome yang dihasilkan dari aksi yang telah dilakukan.

6. Refleksi ini mengarahkan kepada sebuah assessment yang akan menilai efektifitas aksi pertama, kemudian akan berlanjut kepada fase awal siklus selanjutnya

7. Jikalau dalam refleksi menilai aksi yang pertama tidak berhasil ataupun kurang sesuai dengan harapan, maka outcome yang dihasilkan dari aksi pertama akan menjadi pertimbangan pada siklus berikutnya dengan merumuskan sebuah aksi yang baru dan mungkin berbeda dengan aksi yang pertama.

8. Siklus ini akan terjadi terus menerus sehingga didapatkan hasil yang diinginkan secara bersama-sama. (Walter, 2009)

Beberapa keuntungan dan kerugian dari metode PAR dipaparkan oleh Walter (2009). Beberapa keuntungan dari PAR adalah PAR merupakan penelitian aplikatif yang dapat secara langsung mengatasi permasalahan kesehatan yang ada pada masyarakat, sebuah penelitian kolaboratif yang melibatkan masyarakat dan komunitas riset, penelitian berkomitment yang memungkinkan masyarakat untuk mengenali dirinya sendiri-meningkatkan pengetahuan- penambahan memori secara kolektif, sebuah penelitian yang langsung menyasar permasalahan penting yang real pada masyarakat dan diagnosis secara independen oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan kerugian dari metode PAR adalah sebagai berikut: tidak adanya pemimpin penelitian, sehingga dalam prosesnya sangat mungkin mengarah kepada sebuah penelitian yang kompetitif, penelitian mungkin sulit untuk diaplikasikan karena keterlibatan masyarakat yang minimal.

101

Penelitian ini tidak memiliki agenda waktu yang jelas, sehingga sangat mungkin sulit untuk menilai keberhasilan dari metode ini.

Salah satu contoh aplikasi metode adalah pengatasan permasalahan inklusivitas anak- anak dengan disabilitas (Erwin, et al, 2012). Dengan adanya metode ini, diharapkan seluruh masyarakat bersedia menerima dan memperlakukan anak dengan disabilitas tanpa ada perbedaan yang mencolok. Namun, satu hal yang dipelajari dalam mengimplementasikan PAR pada kasus ini adalah pentingnya partisipasi dari seluruh masyarakat yang ada.

PRA (Participation Rural Appraisal)

PRA (Participation Rural Appraisal) merupakan sebuah metode yang memberi kesempatan bagi sebuah komunitas untuk bekerja sama dengan penyedia jasa resmi untuk mengidentifikasi, menganalisis secara kritis permasalahan yang mereka hadapi sesuai dengan kemampuan, dan nilai yang mereka miliki, sehingga perubahan itu bisa diaplikasikan secara mandiri oleh komunitas itu sendiri (Bar-On & Prinsen, 1999). Perbedaan mendasar dengan PAR adalah pada metode PRA masyarakat tidak terlibat secara langsung dalam penelitiannya. Dalam artian, pada metode PRA ini penelitian dilakukan oleh sebuah organisasi resmi (baik NGO ataupun non-NGO), sehingga topik, subjek, dan metode yang dipilih akan tergantung pada agen yang telah ditunjuk.

Prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan PRA dapat dijabarkan ke dalam enam hal: belajar aktif, triangulasi, fleksibilitas, fokus pada kekuatan, kecukupan pengetahuan, dan analisis ditempat(Bar-On & Prinsen, 1999). Masyarakat dianggap sebagai pembelajar yang aktif, sehingga identifikasi masalah yang didapatkan oleh organisasi yang masuk merupakan kesimpulan yang sebenarnya dari masyarakat. Adanya triangulasi terhadap tiga komponen PRA: partisipan, alat, dan observasi terhadap lingkungan/lokasi. PRA bersifat sangat dinamis, tujuan penelitian yang diselenggarakan sangat menyesuaikan dari kebutuhan atau identifikasi pada saat itu yang sangat mungkin berubah mengikuti waktu. Organisasi akan berfokus terhadap kelebihan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, tindakan aksi yang dipilih akan memanfaatkan segala kelebihan atau kekuatan yang dimiliki sehingga kekurangan/kelemahan atau permasalahan yang ada dapat diatasi. Kecukupan pengetahun sangat berpengaruh terhadap proses penelitian yang ada karena proses penelitian tidak hanya akan berdasarkan pada data

102

instrument namun pada aksi yang dilakukan. Analisis biasanya akan dilakukan pada saat itu juga. sehingga menunjang proses belajar masyarakat yang cepat.

Oleh karena itu, untuk keberhasilan sebuah metode PRA, langkah-langkah yang harus dilakukan adalahsebagai berikut:

1. Kunjungan awal

2. Identifikasi lokaldan pelatihan ko-fasilitator lokal 3. Koleksi data dan analisis

4. Pertemuan masyarakat

5. Identifikasi organisasi dan rencana aksi

6. Perencanaan implementasi aksi oleh organisasi 7. Evaluasi

8. Pertemuan akhir dengan komunitas/masyarakat (Robinson, 2002)

Salah satu contoh PRA adalah perbaikan sanitasi desa di Alaska (Berardi, 1998). Program PRA dilaksanakan oleh suatu organisasi pemerintahan dalam upayanya untuk mengatasi peningkatan biaya kesehatan yang ditimbulkan oleh buruknya sanitasi. Diangkatnya program ini disebabkan oleh identifikasi permasalahan dari program yang sebelumnya. Dikatakan bahwa sulitnya mengubah sanitasi desa di Alaska berkaitan dengan budaya, nilai, dan kondisi desa. Keberhasilan program ini terletak pada kerja sama yang baik dari penduduk lokal Alaska dengan organisasi pelaksana program.

103

DAFTAR PUSTAKA

Baum, F., MacDougall, C., Smith, D.,2006. Participatory Action Research. Journal Epidemiology Community Health,60:854–857, DOI: 10.1136/jech.2004.028662

Bar-On A.A., Prinsen, G.,1999. Planning, communities, empowerment: An Introduction of Participatory Rural Appraisal. International Social Work, 42(3): 277 - 294

Berardi, G.,1998. Application of Participatory Rural Appraisal in Alaska. Human Organization, 57(4): 438 – 446

Drier, P.,1996. Community empowerment Strategies: The Limits and Potential of Community Organizing in Urban Neighborhood. A Journal of Policy Development and Research, 2(2): 121 – 159

Erwin, E.J., Puig, E.I., Everson, E.L., Beresford, M., 2012. Community and Connection in Inclusive Early Childhood Education: A Participatory Action Research. Young Exceptional Children. DOI: 10.1177/1096250612451759

Laverack , G., 2006. Using a ‟domain‟ approach to build community empowerment. Oxford University Press and Community Development Journal, 41(1): 4 - 12

Robinson,L.,2002. Participatory Rural Appraisal: A Brief Introduction. A Research and Application Journal

104

Dalam dokumen Buku Acuan Umum CFHC IPE 2014 1 (Halaman 98-104)