• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

B. Pendidikan dan Pelatihan

2. Competence Based Education and Training ( CBET )

Competence Based Education Training (Pendidikan dan Pelatihan

Berbasis Kompetensi) merupakan suatu proses pendidikan dan pelatihan

yang dirancang untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan

secara khusus, untuk mencapai hasil kerja yang berbasis target kinerja

(performance target) yang telah ditetapkan. Target kinerja yang dimaksud

adalah kompetensi. Artinya, pendidikan dan pelatihan yang diperuntukkan

bagi sumberdaya bukan sekedar membentuk kompetensi, tetapi

kompetensi tersebut harus relevan dengan tugas dan jabatannya. Dengan

kata lain, kompetensi itu secara langsung dapat membantu di dalam

melaksanakan tugas sehari-hari dari sumber daya tersebut.

Makna kompetensi secara umum menurut Anderson adalah

sebagai sebagai karakteristik dasar yang terdiri dari kemampuan (skill),

pengetahuan (knowledge) serta atribut lainnya yang mampu membedakan

seseorang yang perform dan tidak perform. Berdasarkan pengertian

tersebut diatas, kompetensi dipandang sebagai alat penentu untuk

Senada dengan pengertian tersebut, Mulyasa41 menjelaskan bahwa

kompetensi merupakan indikator yang menunjuk pada perbuatan yang bisa

diamati dan sebagai konsep yang mencakup aspek–aspek pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta tahap–tahap pelaksanaannya secara utuh.

Bagi Spencer dan Spencer kompetensi adalah karakteristik yang

mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu

dalam pekerjaannnya.42 Kompentensi seorang individu merupakan sesuatu

yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi

tingkat kinerjanya. Sesuatu yang dimaksud bisa menyangkut motif, konsep

diri, sifat, pengetahuan maupun kemampuan/keahlian. Kompentensi

individu yang berupa kemampuan dan pengetahuan bisa dikembangkan

melalui pendidikan dan pelatihan.

Selanjutnya menurut Spencer dan Spencer kompetensi dapat

dibagi atas 2 (dua) kategori yaitu threshold competencies dan differentiating

compentencies. Threshold competencies adalah karakteristik utama yang

harus dimiliki oleh seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya.

Tetapi tidak untuk membedakan seorang yang berkinerja tinggi dan rata-

rata. Sedangkan differentiating competiencie adalah factor-faktor yang

membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah.43 Misalnya

seorang dosen harus mempunyai kemampuan utama mengajar, itu berarti

41

E. Mulyasa, Dr., M.Pd., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 88

42

M.Lyle Spencer and M.Signe Spencer , Competence at Work:Models for Superrior Performance (New York: John Wily & Son,Inc,New York,1993), h.120

43

pada tataran threshold competencies, selanjutnya apabila dosen dapat

mengajar dengan baik, cara mengajarnya mudah dipahami dan analisanya

tajam sehingga dapat dibedakan tingkat kinerjanya maka hal itu sudah

masuk kategori differentiating competencies.

Mengacu pada berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa kompetensi yang dimaksud adalah kompetesi yang mencakup

tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh seseorang

untuk dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai tugas pokok dan fungsi

sumber daya tersebut.

Kompetensi seseorang dapat berkembang atau meningkat melalui

beberapa cara, seperti melalui pengalaman, belajar sendiri, pendidikan

formal maupun melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) tertentu. Masing-

masing pola perkembangan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan,

namun sebaiknya diperoleh melalui perpaduan dari semua cara tersebut.

Merujuk pada aspek teoritis dan praktis perkembangan kompetensi

yang diperoleh melalui Diklat dapat dikatakan lebih lengkap dan mendalam

dari pada melewati pengalaman. Hal ini karena pada pelaksanaan diklat

dirancang berdasarkan sistem belajar yang terstruktrur yang dibimbing oleh

banyak fasilitator dan penyelenggara. Lain halnya dengan perkembangan

kompetensi yang diperoleh melalui pengalaman, dimana lebih banyak

didasarkan pada kegiatan praktek langsung sebagai respon dari kebutuhan

hidup dimana selama ini sumber daya tersebut tinggal dan bermukim.

Competency Based Education and Training (CBET) merupakan

manusia yang berfokus pada hasil akhir (outcome). Competency Based

Education and Training (CBET) sangat fleksibel dalam proses kesempatan

untuk memperoleh kompetensi dengan berbagai cara. Hasil Competency

Based Education and Training (CBET) menuntut persyaratan dan

karakteristik tersendiri, khususnya bila diterapkan untuk diakui secara

nasional. Hal ini berbeda dengan pendidikan dan pelatihan yang pada

umumnya dilakukan (tradisional) yang berfokus pada masukan (input),

proses, dan keluaran (output) yang sangat bervariasi dan bisa jadi tidak

sesuai dengan standar kebutuhan pekerjaan / tugas.

Tujuan Competency Based Education and Training (CBET) adalah

agar peserta didik dan latih mampu mengerjakan tugas dan pekerjaan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Secara khusus, tujuan utama

Competency Based Education and Training (CBET) adalah menghasilkan

kompetensi dalam menggunakan ketrampilan yang ditentukan untuk

pencapaian standar pada suatu kondisi yang telah ditetapkan dalam

berbagai pekerjaan dan jabatan.

Penelusuran (penilaian) kompetensi yang telah dicapai dan

sertifiikasi. Hasil Competency Based Education and Training (CBET)

hendaknya dihubungkan dengan standar kompetensi yang akan diberikan.

Program pendidikan dan pelatihan didasarkan atas uraian kerja Kebutuhan

multi – skilling Alur karir (career path). Menurut Rylatt 44, terdapat 9 prinsip yang harus diperhatikan dalam Competency Based Education and Training

(CBET):

44

a) Bermakna.

Praktek terbaik Kompetensi harus merefleksikan kebutuhan utama

bisnis, yang didasarkan atas standar industri / kejuruan yang terbaik.

b) Hasil pembelajaran

Competency Based Education and Training (CBET) lebih difokuskan

pada hasil pembelajaran, bukan pada penyampaian pendidikan dan

pelatihan.

c) Fleksibel

Competency Based Education and Training (CBET) dapat dilakukan

dengan berbagai cara dan metode, baik yang bersifat formal maupun

informal.

d) Mengakui pengalaman belajar sebelumnya.

Competency Based Education and Training (CBET) mengakui

pengalaman belajar yang dimiliki oleh peserta, sehingga mereka tidak

dituntut harus mengikuti pendidikan dan pelatihan sampai akhir. Bila

kemudian peserta mengikuti ujian dan lulus ujian kompetensi maka

mereka berhak memperoleh kelulusan dan kualifikasi.

e) Tidak didasarkan atas waktu.

Competency Based Education and Training (CBET) tidak dibatasi oleh

waktu. Perbedaan kemampuan setiap peserta akan menentukan

f) Penilaian yang diperlukan.

Competency Based Education and Training (CBET) sangat

memperhatikan kemampuan memperagakan kompetensi sehingga

setiap orang perlu untuk dnilai tingkat kompetensinya.

g) Monitoring dan evaluasi.

Proses ini mutlak diperlukan mulai dari masukan, proses sampai pada

keluaran.

h) Konsistensi secara nasional.

Competency Based Education and Training (CBET) berlandaskan pada

penampilan kompetensi yang secara nasional konsisten dengan

kebutuhan industri sehingga hasilnya seseorang karyawan dapat

dterima di tempat lain dan dapat dipekerjakan secara nasional.

i) Akredetasi pembelajaran

Kurikulum yang digunakan dalam Competency Based Education and

Training (CBET)harus memperoleh pengakuan dari badan / instansi

yang berkompeten.

Sistem Competency Based Education and Training (CBET) dapat

dilakukan dengan berbagai model, salah satu diantaranya adalah Model

Sistem Strategik Competency Based Education and Training (CBET) pada

perusahaan yang dilakukan melalui 5 tahap. Menurut Dubois45, tahap-tahap

tersebut adalah Analisis kebutuhan penilaian dan perencanaan,

Pengembangan Model Kompetensi, Perencanaan Kurikulum, Perancangan

dan Pengembangan Intervensi Pembelajaran, dan Evaluasi.

45

Dokumen terkait