• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.10 Manajemen Konfigurasi (Configuration Management)

2.10.3 Configuration Management Database (CMDB)

Dalam buku yang berjudul The CMDB Imperative karya Glenn O'Donnell & Carlos Casanova, disebutkan bahwa Configuration Management Database (CMDB) penggunaan tools tersebut tidak datang keranah pengguna sampai setelah tahun 1989, CMDB lahir karena konpleksitasnya dan ekspansi yang semakin besar dari waktu kewaktu, sejalan dengan sistem manajemen tata kelelola IT semakin banyak memberikan berbagai fitur dan manfaatnya, sistem IT tumbuh mencakup melalui jaringan dan didistribusikan ke berbagai perangkat lunak. satu-satunya cara untuk melacak sifat kompleks sistem ini adalah melalui sebuah teknologi. teknologi ini datang dalam bentuk Configuration Management Database, CMDB hadir memberikan suatu pelayanan dalam pengelolaan suatu IT infrastruktur. (Casanova, 2009, p. 26).

Konfigurasi manajemen bukan hanya sekedar suatu teknologi untuk mengumpulkan berbagai peralatan informasi, tetapi juga tentang proses termasuk didalamnya dukungan jaringan dan operasi. Pertimbangan penting lainnya adalah untuk mencari solusi otomatisasi yang menyediakan "sumber referensi" tunggal di semua bidang IT. Hal ini memerlukan solusi yang menggunakan database manajemen konfigurasi untuk mempertahankan informasi tentang lingkungan IT.

2.10.4 Configuration items (CI)

Komponen infrastruktur atau item yang, atau akan, di bawah kendali manajemen konfigurasi. item konfigurasi dapat sangat bervariasi dalam kompleksitas, ukuran dan tipe, mulai dari seluruh sistem termasuk semua perangkat keras, perangkat lunak dan dokumentasi, untuk modul tunggal atau anak di bawah umur komponen perangkat keras. (Hass A. M., 2002)

Setiap komponen yang perlu dikelola untuk menyampaikan layanan IT. Informasi tentang setiap CI dicatat dalam Manajemen Konfigurasi dan dipertahankan dalam siklus manajemen konfigurasi. CI berada di bawah kendali dari manajemen perubahan, CI biasanya meliputi pelayanan IT, hardware, software, orang, dokumentasi. (Norfolk, 2010, p. xv)

2.10.5 Aktivitas & Nilai Configuration Management

Aktivitas dari manajemen konfigurasi digambarkan dalam gambar dibawah ini.

Manajemen konfigurasi memiliki beberapa interaksi dengan proses pendukung lainnya, gambar diatas mengilustrasikan area aktivitas penggunaannya.

b. Metadata

Semua bidang kegiatan dalam konfigurasi manajemen berbagi metadata untuk setiap item ditempatkan di bawah manajemen konfigurasi. Metadata adalah konsep database yang berarti data tentang data yang disimpan dalam database. Jadi metadata dalam konteks ini menjelaskan item konfigurasi. Metadata untuk item konfigurasi mungkin termasuk nama, nama orang / bagian yang memproduksi barang, tanggal produksi, dan referensi ke item konfigurasi terkait lainnya. Dari gambar diatas menunjukkan pemisahan logis dari metadata, meskipun data ini sering disimpan secara fisik di lokasi yang sama (dalam database yang sama) sebagai item dalam penyimpanan terkontrol. (Hass A. M., 2002, p. 36)

Kontrol perubahan menggunakan metadata misalnya, informasi untuk item konfigurasi terhadap perubahan yang diinginkan. Kontrol perubahan tidak dengan sendirinya memberikan kontribusi untuk metadata, karena informasi yang dihasilkan selama perubahan kontrol akan hadir hanya jika item konfigurasi dipengaruhi oleh perubahan yang dinginkan. Sebuah item konfigurasi bisa tetap berguna tanpa informasi pengendalian perubahan, tetapi tidak bisa ada tanpa metadata. (Hass A. M., 2002, p. 41)

c. Configuration Management Value

CM tradisional terdiri dari empat nilai fundamental atau komponen. Mereka termasuk identifikasi, kontrol, audit, dan laporan. Hal ini penting untuk mengkomunikasikan definisi dan interpretasi dari komponen mereka pada lingkungan dalam membangun pemahaman bersama.

Gambar 2.5 Empat Nila Fundamemntal dari Manajemen Konfigurasi

(Moriera, 2010, p. 12)

Identification

Nilai pertama yang CM adalah menyediakan kemampuan untuk mengidentifikasi semua item konfigurasi (CI) yang berkaitan dengan produk dan perubahannya. Melalui identifikasi CI, kita dapat mengontrol, audit, dan melaporkan perubahan yang terjadi. CI mungkin bisa termasuk (hardware, software, document, procedur, etc).

Gambar 2.6 Proses Identifikasi

Tujuan dari aktivitas identifikasi ini untuk menentukan metada dari setiap konfigurasi item, yang bersifat unik dan mengidentifikasi setiap hubungan dengan bagian luar dan setiap konfigurasi item lainnya. Proses identifikasi ini merupakan salah stu bagian yang penting dalam konfigurasi manajemen. Pada bagian ini, identifikasi, label, dan registrasi dari setiap konfigurasi item. Ini merupakan semua kegiatan untuk menentukan konfigurasi item apa saja yang akan disimpan, apa saja atributya, dan bagaimana hubungan yang terjadi diantara setiap konfigurasi item. Identifikasi dapat seperti : (hardware, software/application, personel / user, documentation, Etc).

(Menken, 2008, p. 87)

Storage / Penyimpanan

Tujuan dari penyimpanan ini untuk memastikan bahwa konfigurasi item tidak hilang atau rusak, dan itu semua dapat ditemukan kapan saja, dan dapat mengantarkan pada kondisi apa yang kita harapkan

untuk menemukan konfigurasi tersebut, dan tetap dapat menyimpan dan mengindikasi siapa yang yang memberikan item konfigurasi tersebut atau mengandakannya.

Gambar 2.7 Proses Storage Control

(Hass A. M., 2002, p. 12)

Control

Nilai kedua yang CM berikan adalah kemampuan untuk mengontrol perubahan untuk semua konfigurasi item pada semua produk. Ketika nilai pertama (identifikasi) memberikan kita cara untuk mengidentifikasi ketika ada perubahan, kontrol memungkinkan kita untuk mengambil pendekatan proaktif untuk mengubah sehingga kita dapat memutuskan kapan perubahan akan terjadi.

Ketika membangun dan merawat pada proses produksi, perubahan tak terelakan. Tujaun utama dari adanya kontrol perubahan untuk mengontrol secara penuh dari semua permintaan perubahan.

Gambar 2.8 Proses Change Control

(Hass A. M., 2002, p. 19)

Pada tahapan ini, untuk memastikan yang berhak dalam mengotorisasi dan mengidentifikasi pada konfigurasi item dari penerima untuk menjaga integritas dari konfigurasi manajemen tersebut. Pada proses kontrol proses yang terjadi seperi :

• Registrasi setiap ada konfigurasi item baru dan versinya • Update dari konfigurasi item

Update hubungan dari request for change (RFC) dengan implementasi perubahan (change control).

Membuat dan merekam permintaan perubahan (request for change). Manajemen perubahan dimulai dengan adanya permintaan perubahan / request for change (RFC). Perbedaan diantara service request dengan RFC. Pada dasarnya service request bisa menyertakan perubahan terkait lingkungan, tetapi umumnya perubahan pada operasional tidak menimbulkan dampak dalam bisnis. RFC dapat

mengacu seperti melalui aktivitas dari setiap user melalui service desk, pengenalannya atau penggantian dari konfigurasi item, atau output dari setiap pengembangan proyek, ini juga bisa mengacu dari kegiatan problem management. Tujuan utama dari kontrol perubahan adalah memfasilitasi setiap request untuk menjelaskan setiap prosedur, otomatisasi, dan pengecekan sederhana. (Doherty, Peter. A CA Service Management Process Map).

 Audit

Nilai ketiga yang configuration management berikan adalah kemampuan untuk memastikan kebenaran, kelengkapanan, dan konsisitensi dari baselines. Ini membantu kita memastikan integritas produk dalam pengembangan sehingga dapat ditentukan jika konfigurasi sebenarnya dari produk dan perubahan di dalamnya selaras dengan spesifikasi fisik dan fungsional yang disepakati. (Moriera, 2010, p. 14)

 Report

Nilai keempat yang diberikan oleh CM adalah kemampuan untuk merekam dan melaporkan status dari setiap komponen disekitar (proyek) lingkungan.

(Moriera, 2010, p. 15)

Status laporan berguna dan dapat dibaca, informasi diperlukan untuk mengelola setiap produk pengembangan dan perawatan.

Gambar 2.10 Proses Status Reporting

(Hass A. M., 2002, p. 25)

Pelaporan ini meliputi kondisi yang terjadi saat ini dengan kejadian yang berlalu dengan konsen pada setiap konfigurasi item melalui siklus hidup (siklus perputaran) yang terjadi didalamnya. Informasi yang dihasilkan seperti :

Garis besar konfigurasi

Perubahan konfigurasi item, kejadian, dan rekam permasalahan. 2.10.6 Hubungan CMS & CMDB

CMDB seringkali dilihat hanya sebagai kumpulan data dari setiap atribut. Menyatukan dan menjadi terkait setiap atribut yang biasanya memiliki batasan pada teknologi karena pada dasarnya telah didesain kearah yang salah, terbatas pada permintaan atribut. CMS memiliki kekuatan untuk

mematahkan siklus melalui pengamatan setiap hubungan yang diperlukan untuk membuat data mentah menjadi lebih berguna. (Casanova, 2009, p. 48)

Hubungan antara CMS dan CMDB, Management Configuration System atau CMS tidak jauh berbeda. Configuration Management Database (CMDB) adalah fondasi darimana repositori pengetahuan tentang penggunaan IT dibangun. CMDB merupakan instrumen penting untuk merespon kebutuhan tersebut, dan tujuan dari CMS adalah untuk menyediakan pusat kontrol pada konfigurasi infrastruktur IT.

Fungsi dari CMDB ini sangat mambantu bagi stakeholder penyedia pelayanan IT. Diibaratkan seorang manager proyek dalam membangun konsep pelayanan IT akan melalui proses produksi, memodifikasi, dan membangun kembali produk IT yang ada atau membangun baru. Untuk itu manager proyek tersebut akan menggunakan fasilitas ini dalam membantu dan bertindak sebagai sumber informasi untuk mengelola dan melacak berbagai sumber daya perusahaan IT. Lebih lanjut menyediakan konteks bagi sumber daya dengan melacak hubungan antara sumber daya untuk memahami ketergantungan antara mereka.

Menurut David A. Messineo and Malcolm Ryder. (2008) CMDB memainkan peran penting dalam mendefinisikan dan melaksanakan strategi dengan membantu manajemen, menyediakan lingkungan yang mendukung untuk kekuatan-kekuatan struktural yang menguntungkan saat dampak, ekonomi, dan profitabilitas. Minimal akan membantu dalam

menyederhanakan pengelolaan dan koordinasi sumber daya dari perspektif bisnis secara mendasar.

2.10.7 Pendekatan (The Right Approach)

Dalam paper karya Klaus Dettmer dan Andy Watson (2006), yang berjudul “CMDB in 5 Step, A Project Guidline for Implementing a Configuration Management Database” disebutkan ada beberapa tahap dalam mengembangkan suatu manajemen data konfigurasi, salah satnnya adalah pendekatan dalam pengembangannya yaitu dengan “Bottom-upor Top-downapproach.

Bottom-upor Top-down” merupakan prosedur terbaik yang sangat kuat bergantung pada ukuran dari sebuah organisasi, dan secara keseluruhan setiap objek. Melalui pendekatan Bottom-up satu yang harus diperhatikan sangat hati-hati jangan sampai kehilangan dari tanda tujuan utamanya. biasanya beberapa konfigurasi manajemen database sudah tersedia pada file MS.Excel, MS Access database, dan lainnya. Tantangannya untuk menyukseskan diperlukan konsolidasi administrasi pada setiap konfigurasi data tentang objek apa saja yang menghasilkan cukup untuk detail dari setiap user, tanpa adanya manajemen konfigurasi data akan menjadi terlalu luas atau menjadi alat yang sulit dipakai.

IET Solution merekomendasikan pendekatan “Top-down”. Bukan merekam setiap item konfigurasi dengan semua konfiguraasi, namun fokus pada unsur-unsur yang memiliki dampak besar pada suatu pengiriman layanan IT. Memeriksa tujuan organisasi, apa manfaat yang diharapkan,

layanan apa yang ingin ditingkatkan. Pendekatan yang digunakan dalam membangun konfigurasi manajemen database menggunakan pendekatan top-down approach”, dimana dalam pendekatan ini ditentukan terlebih dahulu aspek-aspek apa saja yang akan diambil dalam membangun konfigurasi manajemen tersebut, misalnya adalah : (menentukan item konfigurasi yang akan dicatat, menentukan atribut atau informasi apa saja yang akan disimpan, menentukan service / pelayanan apa saja yang digunakan dalam sistem konfigurasi manajemen database ini. (Watson, 2006, p. 9)

Dokumen terkait