• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catat data performa semaian seperti yang dicontohkan di bawah ini. Buat lembar terpisah untuk masing-masing replikasi pada setiap blok.

Data apa yang sebaiknya dikumpulkan dan berapa sering?

Kumpulkan data segera setelah eksperimen dilakukan (segera setelah dimasukkan di pot) dan setelahnya pada interval kira-kira 45 hari. Sesi pengumpulan data terakhir haruslah sebelum pohon dipindahkan dari lahan pembibitan ke lapangan (bahkan jika ini terjadi lebih awal dari 45 hari setelah sesi pengumpulan data sebelumnya).

Ukur tinggi tiap semaian (dari leher akar ke meristem apikal) dengan sebuah penggaris dan Diameter Leher Akar (DLA) dengan kaliper Vernier (lihat halaman 61).

Gunakan sistem skoring sederhana untuk mencatat kelangsungan hidup dan kesehatan tanaman (0=mati, 1=rusak parah atau penyakit akut, 2=beberapa mengalami kerusakan/berpenyakit tapi yang lainnya sehat; 3=sempurna/ hampir sehat sempurna). Kemudian, catat deskripsi untuk tiap hama dan penyakit yang diamati, juga tanda-tanda kekurangan nutrisi. Buat keterangan tentang kapan daun berguguran, kelopaknya robek atau pencabangan terjadi, dan catat peristiwa iklim yg tidak biasa yang bisa mempengaruhi eksperimen.

Tentukan akar : Rasio pucuk (kelompok kering) dengan mengorbankan sedikit tanaman di akhir eksperimen. Pada saat bersamaan, buat foto struktur sistem akar. Pindahkan sampel tanaman dari wadahnya dan bersihkan medianya, hati-hati untuk tidak mematahkan akar yang halus. Pisahkan pucuk dari akar pada leher akarnya. Keringkan di oven pada suhu 80-100 C. Timbang pucuk dan sistem akar yang sudah kering tersebut dan hitung berat akar kering dibagi berat pucuk kering untuk tiap sampel tanaman.

Bagaimana data sebaiknya dicatat?

Gunakan lembaran pengumpulan data standar (yang dicontohkan diatas) untuk tiap replikasi di tiap blok. Hitung nilai rata-rata (dan standar deviasi) untuk tiap parameter yang diukur dan tingkat pertumbuhan relatif (lihat di bawah) setelah tiap sesi pengumpulan data.

Bagaimana data mengenai kelangsungan hidup dianalisa?

Untuk setiap replikasi, hitung jumlah semaian yang bertahan sampai waktu ditanam kembali ke lapangan. Kemudian hitung nilai rata-rata untuk masing-masing perlakuan dan standar deviasi; lakukan hal yang sama untuk kontrol. Gunakan analisis ANOVA (Lampiran Bagian 2) untuk menentukan apakah ada perbedaaan daya tahan rata-rata yang signifikan di antara perlakuan yang diberikan. Jika ada, maka gunakan perbandingan berpasangan (Lampiran, Bagian 3) antara setiap nilai rata-rata perlakuan dan nilai rata-rata kontrol untuk mengidentifikasi perlakuan mana yang secara signifikan telah meningkatkan kelangsungan hidup semaian.

Bagaimana seharusnya data pertumbuhan dianalisa?

Buat grafik pertumbuhan semaian dengan membuat sebuah kurva pertumbuhan yang bisa diperbaharui setelah masing-masing sesi pengumpulan data dilakukan. Waktu alur berlalu sejak bibit mulai muncul (sumbu horisontal) vs rata-rata tinggi anak pohon (atau rerata RCD), rata-rata dari blok, untuk setiap perlakuan (sumbu vertikal). Idealnya, kurva tersebut harus menunjukkan pertumbuhan awal yang cepat, diikuti oleh

pertumbuhan yang lebih lambat sebelum ditanam. Dengan ekstrapolasi, kurva tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan berapa lama semaian harus disimpan di lahan persemaian untuk tumbuh dengan ukuran tanaman yang optimal.

Tepat sebelum waktu penanaman optimal di lapangan dilakukan, hitung rata-rata tinggi semaian dan RCD untuk setiap replikasi dan dan buat rata-rata dari rata-rata nilai-nilai semua blok untuk sampai pada nilai-nilai rata-rata perlakuan. Gunakan analisis ANOVA (Lampiran, Bagian 2) untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan diantar rata-rata perlakuan dan jika ada, gunakan perbandingan berpasangan (Lampiran Bagian 3) untuk menentukan perlakuan mana yang secara signifikan membuat semaian tumbuh lebih besar pada waktu penanaman, dibandingkan dengan kontrol.

Perhitungan laju pertumbuhan relatif menghilangkan pengaruh perbedaan ukuran asli bibit / anakan, segera setelah ditanam di pot pada pertumbuhan berikutnya. Perhitungan tersebut dapat digunakan untuk membandingkan tanaman yang lebih besar pada awal percobaan dengan yang lebih kecil. Hal ini didefinisikan sebagai rasio pertumbuhan tanaman terhadap ukuran rata-ratanya selama periode pengukuran, berdasarkan persamaan di bawah ini ...

(Ln FS - ln IS) x 36.500 Jumlah hari antara pengukuran

... dimana In FS = logaritma alami dari ukuran akhir semaian (baik ketinggian semaian atau RCD) dan ln IS = logaritma alami dari ukuran awal semaian. Unit-unit tersebut adalah per persen per tahun.

Untuk apa target tersebut dicapai?

Mengadopsi setiap perlakuan yang secara signifikan berkontribusi pada pencapaian target-target berikut dengan waktu penanaman optimal (yaitu 4-6 minggu ke musim hujan):

•> 80% kelangsungan hidup anakan sejak mulai tumbuh.

• Rata-rata ketinggian anakan > 30 cm untuk spesies perintis yang tumbuh dengan cepat dan> 50 cm jenis-jenis pohon klimaks yang tumbuh lambat.

• Batang yang kokoh, yang mendukung dedaunan yang matang dan bisa beradaptasi dengan sinar matahari (tidak pucat, daun yang tumbuh lebat) ("kekokohan quotient", tinggi (cm) / RCD (mm) <10).

• Akar: rasio tunas antara 1:1 dan 1:2; dengan akar yang tumbuh aktif secara vertikal (tidak ada akar spiral) dan banyaknya akar-akar halus yang bercabang.

Anakan pohon Carallia Brachiata ini, yang tumbuh di lahan sebuah FORRU di Provinsi Krabi, Thailand Selatan, telah mencapai sebagian besar target yang tercantum di atas. Anak-anak pohon ini ditanam untuk memperbaiki hutan hujan tropis dataran rendah yang merupakan habitat bagi spesies burung yang terancam punah yaitu Gurney's Pitta.

Taksonomi dan morfologi bibit pohon

Survei peremajaan hutan alam memerlukan identifikasi bibit pohon dan anakan pohon yang sangat muda, tapi hal ini sulit.untuk dilakukan. Flora mendasarkan deskripsi spesies tanaman terutama pada struktur reproduksi. Morfologi bibit pohon (terutama bentuk daun) sering dibedakan secara jelas dari bentuk daun-daun pohon yang telah matang dan spesimen bibit hampir tidak pernah dimasukkan dalam koleksi herbarium. Oleh karena itu, sumber untuk identifikasi bibit pohon hutan tropis hampir tidak ada (tapi lihat FORRU, 2000). Oleh karena itu, lahan pembibitan, memproduksi bibit dan anakan dari umur yang diketahui, dari biji yang dikumpulkan dari pohon induk yang teridentifikasi, mewakili sumber daya yang sangat berharga untuk mempelajari morfologi dan taksonomi bibit pohon.

Cobalah untuk mengumpulkan minimal 3 spesimen bibit / anakan pada semua tahap perkembangan untuk setiap jenis pohon yang tumbuh. Siapkan spesimen tersebut sebagai spesimen herbarium yang dilakukan dengan cara biasa, susun beberapa spesimen dengan urutan kronologis pada lembar herbarium tunggal. Pada label herbarium, catat usia berdasarkan hari dari setiap bibit / anakan dan masukkan juga rincian mengenai induk pohon yang menghasilkan benih tersebut. Libatkan seorang seniman untuk menghasilkan gambar garis bibit. Publikasikan gambar dan deskripsi bibit tersebut di sebuah buku identifikasi.

Bibit pohon hutan tropis tetap belum dipelajari secara luas. Sebuah lahan pembibitan FORRU menyediakan kesempatan untuk mengumpulkan spesimen bibit dari spesies yang diketahui beserta umurnya dan mempublikasikan deskripsi mengenai spesies tersebut.

Bibit spesimen Prunus Cerasoides, dengan label herbarium di kiri atas.

BAGIAN 7 - PERCOBAAN DENGAN WILDLINGS